"Kau tanda tangani, atau kakak laki-lakimu akan terlibat, tak sulit bagiku untuk menemukannya. Kaki tanganku ada di mana mana" Ancam Arju. Jantung Arumi mulai bereaksi, degupan jantungnya mulai terasa cepat. Apa lagi ancaman Arju sangat meyakinkan.
"Mahluk seperti apa anda sebenarnya tuan Prince Lee, bahkan wajah tanpan anda berhasil menyembunyikan kebusukan hati anda" Balas Arumi, tangannya makin mengepal erat karna ia merasa sangat takut pada suaminya.
"Aku tak memintamu untuk menilaiku, yang kubutuhkan sekarang adalah kesepakatan. Jangan pikir, aku menikahimu karna aku sungguh mencintaimu. Memandangmu saja membuatku muak. Apa lagi membayangkan, bagai mana caranya menghabisakan malam pengantinku yang panjang itu bersama mu" Jelas Arju. Arumi makin mengepalkan tangannya. Ia ingin sekali memukul wajah tampan suaminya yang ternyata memiliki kebusukan hati yang cukup akut. Bahkan ruqiyah saja belum cukup untuk menghaluskan kebencian dan dengki dalam hati pria itu.
"Ayo! Lakukan! Cepat tanda tangan semua berkas itu! nyawa kakakmu ada di genggamanmu. Jangan berpikir untuk mengadu pada siapapun. Aku yakin, kau adalah penyimpan rahasia terbaik. Apakah dugaanku tepat?" Tanya Arju mulai melangkah dan mendekatkan wajahnya hingga jidak mereka bertabrakan.
"Lakukan sekarang!" Ucapnya. Arumi sangat tertekan. Ia sungguh ingin menangis, namun apa daya.Tekanan dari suaminya membuatnya tak bisa melakukan apapun. Ia tampak kaku seperti sebuah boneka.
"Kenapa? Tanganmu bergetar saat hendak menulis, apakah kau tak mampu melakukannya?" Tanya Arju semakin menekannya. Akhirnya dengan keberanian yang sudah hancur. Arumipun menanda tangani berkas bermatrai itu.
"Good job! Sungguh wanita yang luar biasa... kau cukup memuaskan untuk sebuah piguran. Mulai besok! Lakukan ekting terbaikmu. Sekarang, pergilah... aku sudah tak membutuhkanmu lagi. Berkas ini akan cukup belarti untukku. Mengingat, ibuku sangat benci sebuah perceraian" Arju mendapatkan berkas tersebut dan mulai pergi dari ruangan tersebut. Sedangkan Arumi yang masih terduduk mulai mengatur napasnya yang sedari tadi terasa berat.
Ia sungguh tak menyangka. Pernikahan yang terjadi hanya sekali dalam hidupnya akan ternodai seperti demikian adanya. "A-astagfirullah... apa yang harus ku lakukan? Kenapa aku sangat bodoh? Hanya karna kehilangan sosok ibu. Lantas aku mempercayai mulut manis seorang pria yang berusaha membujuk ku untuk menjalin ikatan sakral yang di penuhi kebohongan" Tangis Arumi. Sudah lama sejak Arju keluar ruangan tersebut, Arumi tak pernah muncul. Arumi tak keluar begitu saja dari dalam ruangan CEO itu hingga membuat Joe khawatir.
Joe mulai memastikan dengan mengetuk pintu itu. Tapi nyatanya tak ada jawaban dari dalam sana. Akhirnya Joe pun membuka pintu tersebut tergesa hingga pintu pun mulai terbuka.
BRAK! Bunyi pintu tersebut. Joe mulai menelisik, benar saja. Sesuatu yang buruk telah terjadi hingga Arumi menangis dan menyembunyikan wajahnya di balik sepuluh jarinya. Ia terlihat beberapa kali menyeka air matanya. Joe yang khawatir mulai menghampiri wanita tersebut dan menyerahkan sehelai sapu tangannya.
"Nona, ini..."Ucap Joe tulus. Arumi mulai nepis cepat air matanya dan segera beranjak. Arumi sungguh mengabaikan uluran tangan pria tersebut.
"Maaf tuan Joe. Tapi, saya baik-baik saja. Bisakah ada mengantarkan aya pulang?" Tanya Arumi berjalan cepat.
"Baik nona muda..." Jawab Joe lepas.
Merekapun mulai berlalu pergi. Sedangkan kotak makan siang yang terjatuh itu Joe simpan di pinggir pintu ruangan tersebut.
Tak berselang lama, setelah Joe dan Arumi pulang dengan menggubakan mobil kluarga Wijaya. Ny Hesti datang keruangan Arju untuk membahas tentang makan siang yang di buatkan Arumi. Namun, belum sempat ia membuka pintu. Matanya mulai tertuju ke arah kotak makan siang itu dan mulai memicu persoalan baru.
"Sekertaris Han, lihatlah... apa itu?" Tanya Ny. Hesty menyuruh sekertaris han untuk melihat apa yang ada di samping daun pintu itu. Sekertaris Han mulai menjongkok dan meraih apa isi dalam kantong merah muda itu.
"Sekertaris Han. Apa itu?" Tanya Ny. Hesty kembali. Sekertaris Han mulai menyimak isi di dalam bungkusan tersebut kemudian melapor "Nyonya besar, ini adalah kotak nasi berisikan nasi bersama lauk pauknya" Jelas sekertaris Han.
"Apa? Bukankah itu seharusnya di berikan pada Arju? Ada apa dengan gadis muslimah itu. Apakah ia tak becus mengurus suaminya? Sungguh menjengkelkan!"Bathin Ny Hesty.
"Apa yang harus kami lakukan?" Tanya Sekertaris Han. Ny Hesty geram dan mulai memerintah.
"Buang! Aku akan menemui Arju, pastikan kalian membereskan semua ini!" Jelas Ny Hesty. Merekapun mulai mengangguk.
Sementara Sekertaris Han membereskan kotak nasi yang di kirim Arumi. Ny Hesty mulai mencari Anaknya untuk bertanya hal apa yang sebeneranya telah terjadi.
PERJALANAN MENUJU KEDIAMAN WIJAYA...
"Hiks... Hiks...!" Tangis Arumi tak henti. Ia terus sesegukan sepanjang jalan hingga membuat Joe risih. Joe terus menatap kaca spion di depannya berulang-ulang.
"Nona... apakah ada masalah yang terjadi?" Tanya Joe ramah. Ia berharap wanita di belakangnya itu mau membagi kesedihannya dengannya. Arumi mulai menyeka air matanya dan menahan kesedihannya. Ia mengatur napasnya dan mulai menghentikan tangisnya "Tak ada apa-apa. Lanjutkan saja mengemidi, jangan kemudikan mobilnya terlalu cepat. Kecelakaan tempo hari sudah cukup membuatku trauma" Ucap Arumi tegas, padahal hatinya sedang hancur. Joe mulai menurunkan atensinya dan kembali menatap jalanan yang cukup sepi siang itu.
"Tuan Joe, bisakan anda mengantarkan saya ke tempat pemakaman ibu saya. Saya sangat rindu pada ibu saya" Tanya Arumi.
Joe yang menatap kaca sepion di depannyapun mulai menunduk "Baik nona" Balas Joe.
"Apakah anda tahu dimana makam ibu saya?"
"Tidak, Tapi mungkin saja jasad ibu anda di makamkan di pemakaman kluarga Wijaya" Ujar Joe. Arumipun menyambut kebaikan Joe yang menurutnya sigap.
"Ayo kita kesana"
"Baik..."
Beberapa saat kemudian. Joe dan Arumi sampai di TPU setempat. Benar saja, makam ibunya di semayamkan di tempat tersebut. Arumi mulai bersimpuh seraya memeluk papan bertuliskan nama ibunya. Betapa sakitnya hati Arumi saat ia tak bisa saksikan kepergian ibnya. Bahkan ia tak bisa mengantarkan ibunya untuk terakhir kalinya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Lantunan ayat suci terdengar merdu dari suara indah Arumi. Ia bahkan menghatamkan setiap bait surah yang ia baca tanpa tuntunan tertulis. Joe pun salut dan nampak terpesona. Dalam hatinya bertanya "Bagai mana bisa Tuan muda Arju mengabaikan istri sesempurna nona muda. Jika di pehitungkan, wanita baik seharusnya untuk pria yang baik-baik pula... Apakah ini adalah termasuk cobaan untuk nona muda?"
Tak terasa sore mulai menjelang, Arumi masih tampak rindu dengan ibunya. Ia belum mau beranjak "Nona, langit mulai mendung. Ini pertanda hujan akan segera tiba. Apakah anda sudah bisa berdiri sekarang?" Tanya Joe memperingatkan. Arumi menengok ke arah Joe, iapun mengangguk "Ya. Mari kita pergi" Lenguh Arumi lemas.
Joe mulai menyerahkan sekeranjang kelopak mawar untuk di tabur Arumi "Nona, taburlah air dan bunga ini, agar makam ibu anda tampak lebih cantik" Ujar Joe. Arumi meraih keranjang tersebut dan tersenyum "Dari mana kamu dapatkan bunga ini?" Joe mulai menunjuk ke arah pintu gerbang makam tersebut.
"Dari sana, saya mendadak membelinya untuk anda. Kupikir anda akan sangat membutuhkannya" Jawab Joe singkat. Arumi kembali tersenyum, ia menyadari bahwa pria di sampingnya memang sangat baik dan manis. Tapi sebisa mungkin, ia tak akan pernah menaruh hatinya untuk pria lain. Ia sadar saat ini, ia adalah istri dari pria lain.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments