Mobil yang Joe kendarai melaju sangat cepat, hingga tanpa sadar, mobil tersebut telah sampai di muka perusahaan Wijaya Group.
"Nona, kita sudah sampai. Silahkan keluar" Ucap Joe seraya membukakan pintu untuk Arumi. Joe sekarang adalah pengawal khusus yang di tunjuk langsung oleh Ny. Hesty untuk menjaga menantunya dari serangan Arju yang mungkin tak terduga.
"Terimakasih tuan Joe" Ucap Arumi seraya keluar perlahan. Lentik jemari Arumi yang putih mulus itu tampak memegangi kotak bekal yang cukup banyak.
"Nona, saya bawakan bekal anda" Ucap Joe. Arumi menunduk sambil tersenyum, ia tak bisa menatap mata lawan bicaranya karna Joe bukanlah mahromnya.
"Tak usah, saya bisa melakukannya sendiri"Jawab Arumi seraya menunduk dan berjalan menjauh. Arumi mulai melangkah menuju lantai sebelas menggunakan lift.
Saat lift mulai beroprasi, Arumi beberapa kali menengok jam di lengan kirinya, ia nampak sangat gelisah. "Semoga kita tak terlambat ya" Ucap Arumi.
"Masih ada beberapa menit sebelum makan siang" Balas Joe.
Arumi mulai sampai di lantai sebelas, langkahnya berlanjut ke area ruangan CEO. Arumi mulai sampai di sana, ia segera memegang Hendle dan membukanya.
KLEK! Saat Arumi membuka pintu hingga melebar dan memperlihatkan seisi ruangan, betapa kagetnya dia.
Degh! Mata Arumi terbelalak sempurna, hingga kotak makan yang ia genggam pun jatuh berserakan di lantai.
PYANG! Pupil mata Arumi membesar, joe datang dan menutup pemglihatan Arumi menggunakan telapak tangan kanannya.
"A-astagfirullah!" Pekik Arumi. Arju kaget dan tercengang.
"Ka-kau! Kenapa tak mengetuk pintu dulu!" Arju sangat marah pada Arumi.
Arumi sangat terkejut, Saat ia membuka pintu tadi, Clara telah duduk di pangkuan Arju dengan sangat Agresif. Bahkan nampaknya suaminya itu tengah menikmati setiap sentuhan yang di berikan oleh Clara.
"A-apa yang sedang kalian lakukan?!" Tanya Arumi mengepalkan tangannya erat. Ia mulai sadar akan sebuah kesalahan yang terjadi di hidupnya kali ini.
"Sayang, pergilah duluan" Ucap Arju mendorong tubuh Clara pelan dan mulai merapihkan pakaiannya.
"Oke. Tapi nanti malam jangan lupa... kita akan merayakan pesta ulang tahun berdua saja" Ujar Clara seraya membelai wajah Arju mesra.
"Tunggulah, aku akan memastikan bahwa aku pasti akan datang apapun yang terjadi" Balasnya.
Arumi sungguh kesal. Arumi mulai menurunkan lentangan telapak tangan Joe dan menatap langsung perselingkuhan suaminya dan mantan kekasihnya.
"Tuan! Apa maksud anda! Kenapa anda masih berhubungan dengan mantan kekasih anda?!" Tanya Arumi marah. Arju terdiam dan tersenyum menyeringai. Sementara Clara berjalan menghampiri daun pintu yang terhalangi tubuh Joe dan Arumi.
"Minggir!" Pekik Clara mendorong tubuh Arumi hingga oleng dan menabrak dada bidang Joe.
BRUK! "Akh!" Pekik Arumi.
"Heh! Dasar wanita perebut kekasih orang!" Hujat Clara menatap tajam Arumi.
"Apa anda bilang?! Bukankah kata-kata itu cocok dengan kriteria anda! dasar penggoda suami orang!" Balas Arumi.
"Apa katamu! Kau pikir siapa dirimu!" jawab Clara melemparkan kelima jemarinya cepat hingga melesat terarah ke pipi Arumi. Arumi kesal dan menangkap lemparan telapak tangan Clara.
TAP! Sigapnya Arumi menahan lesatan telapak tangannya.
"Keterlaluan!" Pekik Clara. Arumi tersenyum sinis "Kenapa? Anda tak puas karna belum menyentuh pipi saya. Maaf, tapi saya takan membiarkan siapapun melukai saya. Meski itu adalah suami saya sekalipun!" Jawab Arumi tegas. Joe tersenyum sedangkan Arju makin marah pada kelakuan istrinya yang mulai mengintimindasi kekasihnya.
"Berhenti! Apa yang kau lakukan! Lepaskan lengan Clara! Kau pikir siapa dirimu!!" Bentak Arju kepada iatrinya.
Arumi melotot tajam ke arah Arju "Inikah wajah asli anda? Apa yang anda inginkan sebenarnya! Kenapa anda malah memihak wanita yang bukah muhrim anda! Kenapa? Apakah ini adalah salah saya?!" Tanya Arumi bertubi. Aruju mencengkaram pergelangan tangan Arumi dan menghempasnya kasar. Hingga lengan Clarapun ikut terhempas.
"Agh!"Pekik Arumi. Arju menatap tajam ke arah Arumi. Arumipun menyerah. "Clara, pergilah duluan, ada yang harus ku selesaikan bersama istriku" Ucap Arju, Clarapun melangkah keluar dengan penuh amarah hingga Clara dengan sengaja menabrakkan bahunya ke bahu Arumi keras, hingga Arumi terpekik "Aduh!" Lengking Arumi, Arumi menoleh ke arah Clara dan Clarapun tersenyum puas sambil menggumam "Jalan-g!" Ucap Clara seraya pergi. Arumi makin emosi dan terus istigfar dalam hatinya.
Arju yang amat marah itu tak bisa mengontrol amarahnya, iapun meraih tangan Arumi dan menyeretnya masuk "Ah! sakit! Apa yang ingin anda lakukan!" Pekik Arumi histeris. Joe yang masih ada di tempat mulai menarik satu lengan Arumi hingga langkah Arju terhenti tarikan Joe.
"Berengsek! Apa yang kau lakukan Joe! Lepaskan wanita ini!" Bentak Arju menarik lengan Arumi. Arumi histeris kesakitan.
"Saya adalah pengawalnya. Keselamatan nona Arumi adalah prioritas utama saya" Jawab Joe lantang.
Arju tersenyum "Heh! Kau pikir kau lebih berkuasa dari pada aku! Selain aku suaminya! Aku adalah walinya! Aku bertanggung jawab atas istriku! Kau paham!" Bentak Arju. Arumi yang ada di tengah-tengah tekana mulai histeris "Sakit! Tuan Joe, tolong lepaskan! Yang dikatakan Tuan Prince Lee memang benar! Saya adalah istrinya. Apapun yang akan di lakukan Tuan prince Lee, tidak ada hubungannya dengan anda" Jelas Arumi. Seketika, Joe pun melepas lengan Arumi, hingga tubuh Arumi menabrak dada suaminya.
"Heh! ingat ini Joe! Jangan pernah ikut campur"
BLAM! pintupun tertutup rapat. Joe yang terdiam di balik daun pintu yang tertutup itu hanya bisa menatap telapak tangannya.
"Maaf nona... "Bathin Joe.
Dalam ruangan tersebut. Arju mendorong tubuh istrinya kasar hingga Arumi terjungkal di sofa. Arju segera melempar setumpuk kertas kehadapan wajah Arumi kasar.
SRAK! seketika wajah Arumi yang merah pekat karna marah pun mulai tertutupi lembaran kertas yang penuh dengan tulisan.
"Bacalah! Aku tak ingin banyak berdebat tentang ini" Ucap Arju mulai duduk di kursi singgah sananya. Arumi makin marah dan mengepalkan tangannya.
"Kenapa anda melakukan ini padaku!" Ucap Arumi mulai merapihkan pakaiannya yang sedikit berantakan. Arju yang terduduk menahan dagunya mulai menatap intrens Arumi.
"Beaninya kau bertanya dengan nada tinggi seperti itu! Kau pikir siapa dirimu?!" Tanya Arju marah besar. Arumi menggigit bibirnya hingga sedikit berdarah.
"Saya berhak bertanya dan menegur suami saya yang sedang kalaf. Apa sebenarnya mau anda?! Kenapa anda mempermainkan saya seperti ini?!" Tegas Arumi mulai berdiri. Arju duduk menegakkan tubuhnya lalu menyender santai di kusinya seraya menumpangkan kakinya.
"Kalaf? Kalaf itu adalah kesalahan terberatku karena telah menikahimu! Wanita urakan! Tidak modis apa lagi tidak sexy sama sekali!" Ucapnya ringan, meski terlontar begitu ringan dari mulut Arju, tetap saja ucapan itu sangat menyakitkan untuk Arumi.
"Kejam! Pria ini sungguh kejam! Apa maksudnya kata-kata itu?! Padahal pernikahan kami hampir memasuki bulan pertama, apakah ini sebabnya ia tak pernah menemuiku di malam pengantinku?" Bathin Arumi.
"Kenapa kau diam! Berhenti memasang wajah mengenaskan itu! Sekarang cepat tanda tanganni berkas yang berserakan di lantai itu!" Bentak Arju menggebrak meja.
"Aku tidak mau!"
"Lancang sekali kau mentang kehendakku! Kau pikir siapa dirimu!"
"Kenapa saya harus menandarangani semua itu! Sedangkan saya di perlakukan tak adil! Ini adalag nista meja utama! Anda seharusnya segera menceraikan saya! Bukan membuat sebuah kesepakatan yang tak saya harapkan?!" Bentak Arumi menghampiri suaminya dan menggebrak meja.
"Berani sekali kau! Apakah kau sudah termasuk orang kaya?! Bahkan, kau takan mampu hidup tanpa naunganku! Apa kau pikir setelah bercerai denganku? Hidupmu akan baik-baik saja?!" Jelas Arju terkekeh dengan tawa yang terpingkal-pingkal.
"Kenapa anda sangat yakin! Masih ada Allah yang mendukung saya!" Balas Arumi yakin. Arju makin marah dan mulai mengancam "jika kau bersikeras ingin cerai denganku. Maka jangan harap kakakmu akan hidup tenang, jangan salahkan aku jika kakakmu ikut terseret dalam masalah ini. Aksesku takn
terbatas, kaki tanganku ada di mana-mana, Jika kau keras kepala. Bersiaplah menanggung konsekuensi yang lebih parah dari kematian!" Ancamnya. Arumi yang sedari tadi gemetaran itu telihat pasrah pada apa yang ia dengar.
"Astagfirullah... pernikahan macam apa yang aku alami ini?! Apakah ini adalah awal daris sebuah ke hancuran?" Bathin Arumi menghujat.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments