Pagi itu, setelah Arumi selesai shalat subuh dan di lanjut shalat dhuha, Ibu Arju (Ny. Hesty) Menyerunya.
"Arumi... bisakah kamu bantu ibu?" Ucap sang ibu seraya mengetuk kamar Arumi. Arumi segera melepas mukenanya dan mulai membuka pintu.
"Ya. Apa yang bisa Arumi bantu"
"Arumi, Pagi ini akan ada meeting penting di kantor, pasti setelah itu akan ada makan siang. Sebelum makan siang di mulai, tolong antarkan nasi kotak ke ruangan suamimu" Jelas sang ibu mertua. Arumi amat senang, ia tersenyum mengembangkan bibirnya. Sudah lama sekali Arumi belum bertemu dengan suaminya. Ini adalah kesempatan yang cukup langka baginya.
"Tentu bu, serahkan saja padaku"
"Baiklah, Joenathan... kemarilah" Seru Ny Hesty, Joenathan yang baru sembuh dari luka pun mulai datang menghampiri.
"Ya. Nyonya" Jawabnya.
"Joe, antar Arumi berangkat ke kantor perusahaan Wijaya Group pukul sepuluh, jangan terlambat..." Jelas Ny. Hesty. Joenathan mengangguk "Baik nyonya"
"Oh ia, satu lagi. Jika ada sesuatu yang mencurigakan. Kamu segera melaporkan, sekecil apapun itu! Jangan lupa"
"Baik Nyonya..." Angguk Pengawal Joe. Arumi memandang mertuanya hang hendak berlalu itu, kemudian ia bertanya "Buk, Apakah pelaku bom panci rakitan itu sudah di tangkap?" Tanya Arumi.
Ny Hesty berbalik, Ia mulai tersenyum dan mengelus kerudung Arumi lembut "Belum, sabar ya... polisi sedang mengusut semuanya. Beberapa CCTV yang ada di sana berhasil di retas. Dan sebagian lainnya di rusak. Jadi, sejauh ini pihak kepolisian sangat sulit untuk menangkap pelaku utamanya. Tapi, jangan takut, Joe akan selalu ada dan melindungimu" Ucap Ny Hesty. Arumi mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah... Jangan sampai lupa atau terlambat, gunakan waktu sebaik-baiknya, bujuk Arju untuk pulang, Dengan begitu... baru benar" Jelas Ny Hesty seraya melepas belaiannya dan pergi. Arumi mengangguk dan tersenyum.
"Terimaksih ibu"
"Sama-sama, jangan sungkan... anggap lah aku seperti ibumu sendiri"
"Baik bu" Arumi tersenyum memandang punggung ibu mertuanya yang hendak menghilang di balik persimpangan tangga utama. Joe manatap senyum alami Arumi. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Nona muda, kenapa kau malah ada dalam situasi ini. Kluarga ini, sangat tak cocok untuk orang baik sepertimu. Semakin kamu dekat dengan mereka, kamu akan semakin terjerat dan mati perlahan. Aku tak yakin kamu akan hidup lebih lama lagi di sini" Bathin Joenathan Risih.
Arumi mulai menoleh ke arah Joe, Ia menatap Joe kaget "Tuan Joe, kenapa kamu memandangku seperti itu?" Tanya Arumi risih.
Joe kaget dan mmalingkan wajahnya tanpa Exspresi "Tidak, aku hanya ingin bertanya, apakah luka anda sudah sembuh?" Tanya Joe, Arumi tersenyum "Alhamdulilah... Tuan Joe, luka anda sangat serius, apakah anda juga baik-baik saja?"
"Tentu... saya tak pernah mempermasalahkan luka"
"Tapi luka anda memang sangatlah parah, aku pikir anda akan mati karna saya" Keluh Arumi ia amat kecewa pada dirinya sendiri.
"Mati? Bagiku, mati adalah sebuah pengabdianku yang terbesar. Mati adalah hal yang pasti bukan? Tapi hidup adalah misteri terbesar. Kita takan pernah tahu akan seperti apa hidup kita ke depannya" Ucap Joe seraya berlalu meninggalkan Arumi.
Arumi paham benar apa yang di katakan Joe. Iapun membalas satu kalimat terakhir itu "Anda benar... mati adalah hal yang pasti. Jadi, karna mati terjadi sekali... bisakah, kamu lebih menghargai nyawamu? Kali ini, hargai nyawamu untuk orang yang paling kau cintai" Balas Arumi sambil tersenyum, Joe tertegun dan menghentikan langkahnya. Arumi masuk kamar dan mulai menutup pintu tersebut BLAM!
Joe masih berdiri di tempat semula dan belum beranjak. Rasa kecewa di hatinya berhasil merubahnya menjadi pria dingin dan kejam. Pembunuhan berantai di masa lalunya membuatnya memendam sebuah kebencian yang tak terlampisakan.
"Orang yang aku cintai? Hidup untuk orang yang aku cintai? Heh, ironis sekali... Bahkan, dirinya tak paham ia hidup untuk siapa. Beraninya wanita itu menggurui ku seperti ini?" Bathin Joe amat marah pada kata-kata Arumi tadi. Joe mulai melangkah dengan segudang Amarah di hatinya.
Beberapa jam kemudian...
Tok! Tok!
"Nona, mari berangkat sekarang" Ucap Joe seraya terus mengetuk pintu kamar Arumi keras. Tak berselang lama Arumipun keluar dari kamar tersebut.
KLEK! saat pintu terbuka, betapa kagetnya pengawal Joe saat melihat wanita itu keluar dari kamarnya dengan penampilan yang berbeda. Kerudung merah dengan pakaian tertutup warna putih. Arumi tersenyum dan menayapa "Selamat siang pengawal Joe... mari, kita berangkat sekarang" Ucap Arumi seraya melangkah menjauhi pengawal tersebut.
"Ya. Nona..."
Arumi mulai sampai di lantai bawah. Kotak bekal Arju telah di sediakan para pelayan dan segera di berikan pada nona Arumi "Nona, bekal makan tuan muda... silahkan anda bisa memeriksanya" Ucap pelayan.
"Apa?" Tanya Arumi bingung.
"Anda, bisa mencicipinya terlebih dahulu... Itu biasa di lakukan seorang istri untuk memastikan keamanan makanan untuk suaminya"
"Begitukah?" Tanya Arumi.
"Baiklah..." Arumi membuka satu persatu kotak makan itu dan mulai mencicipinya. Tapi saat sendok hendak masuk ke dalam mulutnya. Joe sigap mengambilnya dan memakannya.
"Tuan Joe! Apa yang anda lakukan?!"
"Biar saya yang pastikan. Ini aman atau tidak" Ucap Joe. Arumi pun tercengang.
"Apa boleh aku yang mencicipinya?!" Tanya Joe. Para pelayan lainpun mulai mengangguk. Joe mulai mencicipi seluruh isi di dalam kotak tersebut. Ternyata benar saja, Seseorang ingin menjebak nona Arumi, Didalaam kotak nasi itu telah di taburi obat pencuci perut.
"Nona, Jangan bawa ini untuk tuan Arju, rasanya sudah masam. Bila berkenan, Silahkan buat yang baru saja" Ujar Joe mencoba meyakinkan Arumi. Tapi Arumi heran, kenapa tiba-tiba Joe bersikap demikian.
"Ada apa di dalam masakan itu? Kenapa tuan Joe terlihat tidak baik-baik saja.Oh, ini pasti ada alasannya" Bathin Arumi.
"Baiklah... Aku akan membuat masakan spesial untuk suamiku" Ucap Arumi. Arumi mulai memasak dan menyelesaikannya dengan waktu yang singkat. Arumi nampak baik-baik saja, ia terlihat tak menghiraukan masalah apa yang akan timbul jika Joe tidak mencicipi masakan itu.
USAI MEMASAK...
"Bu, Arumi berangkat... " Seru Arumi mencari ibu mertuanya. Lalu pengawas rumah tangga Yan mendekati Arumi "Nona, Nyonya besar sudah pergi sedari tadi. Mungkin ia sudah berangkat kekantor" Ucap Pengawas Yan. Arumi tersenyum seraya pamit "Oh, begitu.. jika demikan, aku betangkat Assalamualaikum" Arumi pamit dan membuka pintu lalu keluar rumah besar itu.
BLAM...
"Nona silahkan masuk" Ucap Joe membuka pintu mobil itu.
"Terimakasih tuan Joe"
"Jangan ucapkan lagi. Ini adalah tugas saya" Balas Joe dingin. Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil tersebut. Mobil pun melesat cepat keluar dari Area kediaman tersebut.
Joe mulai melajukan mobilnya menuju Kantor prusahaan Wijaya Group.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments