Seluruh kluarga di kediaman tersebut menyambut kedatangan Arumi. Mereka terdiri dari Arju, ibu Arju nenek Arju dan anak perempuan kecil yang cukup imut.
Beberapa pelayan berdiri di belakang kursi yang menampakan keakraban kluarga tersebut "Selamat datang Arumi" Ucap Sang nenek. Arumi mengangguk dan tersenyum "Kemarilah nak, kau sungguh cantik. Belum pernah nenek lihat wanita berhijab sebelumnya. Kau sungguh cantik alami, ayo kemari, nenek sangat ingin memelukmu" Ucap Sang nenek. Arumi mulai mengatur langkahnya dan mulai mendekati sang Nenek.
"Wah, benar... kau sungguh cantik" Ucap sang nenek meluk erat tubuh Arumi.
"Arumi, parfum apa yang kamu kenakan nak, baunya sungguh menyenangkan?" Tanya sang nenek.
"Ini adalah parfum yang saya racik sendiri nek. Jika nenek ingin, saya bisa membuatkannya untuk nenek" Ucap Arumi. Mendengar jawaban itu nenek Arju tercengang, ia kembali memeluk Arumi "Wah nak. Menantuku tak salah memilih calon cucuk menantu. Kau sungguh bisa membuat parfum seperti ini?" Tanya Nenek Arju senang.
"Ia nek, selain parfum saya juga bisa membuat sabun dan pelembab masker wajah dan lulur mandi" Jawab Arumi. Nenek Arju makin gemas dan makin sayang pada Arumi. Sedangkan wajah kesal di pasang Arju dan ibunya.
"Kakak, belarti kakak sangat mahir dalam setiap pembuatan kecantikan?" Tanya gadis mungil berusia sekitar tujuh tahun itu.
Arumi mengangguk dan mulai tersenyum ke arah gadis mungil itu "Ya, siapa namamu gadis kecil cantik?" Tanya Arumi menyentuh pipi kembung gadis kecil itu.
Sang gadis kecil merespon "Nama saya Aluna" Jawabnya. Arumi lagi-lagi tersenyum "Aluna, nama yang indah... berapa usiamu nak?" Tanya Arumi, Ibu Arju marah dan menarik Aluna ke pelukannya "Sudahlah, berhenti basa-basi. Nek... sekarang tegaskan apa saja yang harus Arumi patuhi dalam keluarga ini?" Ucap Ny Hesty. Arumi menatap sayu ke arah calon mertuanya.
"Jangan kasar begitu, Arumi baru saja berduka apakah benar, ibumu baru saja meninggal?" Tanya Sang nenek merangkul Arumi hingga kepala Arumi menyanar di bahu nenek tersebut.
"Apakah itu benar nak?" Tanya sang nenek lagi. Arumi mengangguk "Sayang, malangnya nasibmu... jika di dunia ini kamu sudah tak punya siapapun. Maka anggaplah kami sebagai kluargamu, hiduplah dengan bahagia bersama kami. Nenek akan menganggap mu sebagai cucukk nenek sendiri. Jadi, jangan penuhi pikiranmu dengan kesedihan ya. Jika hatimu ikhlas, insyaallah. Ibumu akan bahagia saat menghadap sang kholik" Jelas Nenek Arju. Meski demikian, Arumi tetap belum percaya pada kehendak takdir. Ia masih menangis sedih di pelukan neneknya.
"Menangislah sekarang, tapi jangan terus menangis, biarkan ibumu tenang ya" Jelas sang nenek.
Akhirnya setelah Arumi menyapa kluarga tersebut. Kepala pelayan mengantarkan Arumi ke kamar yang akan di tempati Arumi kelak. Ruangan besar dengan seluruh pasilitas serba elit di dalamnya. Arumi yang terpukau itu mulai melepas sepatunya. Ia mulai menjinjing sepatunya saat masuk kamar tersebut.
"Nona, apa yang anda lakukan? Kenapa anda malah melepas sepatu anda?" Tanya kepala pelayan tersebut.
"Apa? A-aku takut sepatuku akan mengotori lantai dan karpet yang ada di dalam sana" Balas Arumi menunduk malu. Pelayan tersebut tersenyum ia mempersilahkan Arumi untuk masuk.
"Masuklah nona, jangan buka sepatu anda. Jika sepatu anda kotor, maka para pelayan lain akan membersihkan lantai yang anda pijak" Ucap Sang kepala pelayan. Betapa malunya Arumi saat terlihat bodoh.
"Baiklah nona, apakah anda ingin membersihkan diri?" Tanya kepala pelayan. Arumi yang malu hanya bisa menggelang kan kepalanya nampak bodoh.
"Jika demikian, silahkan ganti pakaian anda, di lemari itu sudah tersedia segala keperluan anda, Jadi... anda tak usah risaukan pakaian ganti anda" Jelas Kepala pelayan. Arumi kembali mengangguk dan enggan menatap mata kepala pelayan tersebut.
"Jika demikian, saya akan segera keluar, selamat beristirahat" Ucap Sang pelayan.
"Tunggu! Bisakah saya tahu... si-siapakah nama anda, itu... agar saya lebih mudah memanggil anda" Tanya Arumi. Kepala pelayan tersebut menoleh dan mulai mengangguk "Ya. Panggil saya kepala pelayan Yan" Jelas kepala pelayan tersebut
"Oh. Ia, terimakasih... saya mengerti" Arumi mengangguk.
"Selamat istirahat nona" Ucap Kepala pelayan Yan.
BLAM Pintupun tertutup. Arumi segera masuk kamar mandi dan mengambil air wudhu, ia selalu berwudhu sebelum tertidur pulas, itu adalah kebiasaan yang di terapkan ibunya sejak ia kecil. Selesai berwudhu Arumi mulai keluar dari kamar kecil yang menurutnya sangat luas.
Saat ia keluar kamar kecil tersebut dan menutup pintu kamar tersebut, betapa kagetnya Arumi saat melihat calon suaminya telah terduduk di sana "Hei, kau sudah keluar, kukira kau pingsan di dalam" Tanya Arju tersenyum menyeringai.
"Ah! Ke-kenapa anda ada di sini?" Tanya Arumi gugup. Arumi belum lupa bagai mana pria itu marah saat Arumi merekam adegan romantis antara Clara dan Prince Lee.
"Kenapa? Kenapa kau terkejut? Apakah kau takut padaku? Atau malah senang saat aku ada di kamarmu? Calon istriku" Ucap Arju. Arumi terkejut. Ia mulai mundur "I-itu. Itu... Aku sebenarnya, Hari itu sebenarnya aku ingin menolak pernikahan ini, tapi ternyata... ada hal yang tak bisa di hentikan. Takdir buruk menimpa kami sebelum kami sampai di tempat tujuan" Jelas Arumi. Mendengar kejelasan Arumi membuat Arju kaget.
"Be-benarkah?" Tanya Arju.
"Te-tentu saja. Usiaku baru saja menginjak Sembilan belas tahun, mana mungkin aku menikah secepat ini" Jelas Arumi.
"Lalu, sekarang... belum terlambat jika kau menolak pernikahan kita" Pinta Arju, Ia mulai berdiri dan menghampiri Arumi. Arumi nampak kikuk dan mundur dengan langkah yang terbata-bata.
"A-apa? Ke-kenapa kamu berfikir ingin menghentikan pernikahan ini setelah melamarku dan memasang cincin di jemariku?" Tanya Arumi menundukkan pandangannya saat pria di hadapannya terus melangkah maju dan menggoda Arumi.
"Kenapa? Apakah aku harus menjawabnya" Tanya Arju tersenyum menyungingkan bibirnya.
"A-aku, Aku harus segera tidur. Bisakah anda keluar tuan Prince Lee" Ucap Arumi mulai melangkah maju menuju daun pintu.
"Tidak, aku tidak akan keluar sebelum kamu menghapus vidio di ponselmu, tidak kah itu sangat merugikan bagiku?" Tanya Arju. Arumi mengingat rekaman Vidio tersebut.
"I-itu, itu sudah hilang, Saat tragedi itu... semuanya lenyap" Jelas Arumi, ia terlihat murung lagi. Arju makin kesal pada wanita di depannya itu. Ingin sekali ia mencekik batang lehernya hingga putus.
"Benarkah? Baguslah kalau begitu. Lagipula, setelah aku menikahimu, nama Price lee akan hilang. Aku akan menghapus namaku sesegera mungkin dari panggung hiburan yang telah membesarkan namaku itu" Jelas Arju. Arumi melihat jelas ada rasa kesal di hati Arju hingga membuat Arumi makin canggung dan tak yakin atas keputusannya itu.
Arju membuka pintu dan mulai melangkah keluar "Tunggu! Bisakah... sebelum keluar ruangan ini. Anda menyapa atau memberi salam?" Tanya Arumi. Lagi-lagi pertanyaan itu membuat Arju marah "Kenapa? Ini adalah rumahku! Kenapa kau selalu ingin aku menyapa atau memberi kalimat konyolmu itu!" Marah Arju. Arumi menekuk wajahnya lalu berkata "Hanya ucapkan salam saja takan membuatmu rugi, Tuan Prince Lee... itu akan jadi kebiasaan baik untukmu dan memberikan berkah pada siapapun"
"Omong kosong!" Arju membuka pintu kasar dan menutupnya BLAM! Arumi kaget dan segera duduk di ranjang tersebut. Arumi merangkak naik ke ranjang itu dan mulai rebahan. Sosok ibu tak bisa hilang dalam benaknya. Hingga menjelang lelapnya Arumi menyempatkan membaca beberapa bait Al-Quran untuk menemani ibunya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments