Pagi ini, Keluarga Martadinata berkumpul di meja makan. Seperti biasa mereka rutin melakukan sarapan pagi bersama. Tentunya ada yang berbeda pada sarapan pagi kali ini. Kezia yang baru tiba kemarin setelah selesai menyelesaikan kuliahnya di luar negeri, ikut bergabung untuk sarapan. Sehingga anggota keluarga yang ikut sarapan di meja makan bertambah.
"Bagaimana dengan nilai-nilaimu selama kuliah di sana ?" tanya sang kakek.
"hasilnya bagus dong, Kek. Nilai akhirku sangat memuaskan. Kezia gitu loh !" ucap Kezia membanggakan dirinya.
"Yah, baguslah kalau begitu" ucap kakek yang mengambil gelas kopinya dan meneguknya.
"Jadi, kapan Pa aku bisa memimpin perusahaan yang di kantor cabang ?" tanya Kezia tiba-tiba.
"Uhuk-uhuk !" Pak Rey, sang papa sampai batuk mendengar ucapan Kezia.
Sedangkan Tio hanya tersenyum sinis mendengarkan ucapan adiknya.
foto : Tio.
"Kezia, kamu itu baru saja menyelesaikan kuliahmu. Dan belum mengenal sama sekali tentang lingkungan kerja. Jadi, sebaiknya kamu memulai semuanya dari dasar" ucap Pak Rey.
"Dulu, kakakmu juga begitu. Memulai semuanya dari awal sehingga bisa sampai di titik ini. Konyol, Bila baru pertama kalinya kamu bekerja dan belum ada pengalaman sama sekali dalam bidang ini tetapi langsung ingin memimpin perusahaan" sambung Pak Rey.
"Tapi, Pa.." ucap Kezia yang ingin membantah.
"Enggak ada kata tapi !" Pak Rey menyela ucapan Kezia.
Pandangan mata Pak Rey lalu beralih pada Tio.
"Tio ajak Kezia ke kantormu hari ini. Kenalkan dia pada lingkungan kerja dan ajarkan dia bagaimana cara kinerja perusahaan kita padanya. Letakkan dia sesuai bidang yang dia ambil sewaktu kuliah" ucap Pak Rey.
"Baik, Pa" jawab Tio.
Kezia yang mendengar perintah papanya pada Tio, merasa kesal. Hanya saja dia tidak berani menunjukkan rasa kesalnya karena merasa segan pada papanya.
Setelah selesai menyelesaikan sarapan pagi, Kezia mengejar Tio yang sedang berada di garasi dengan tergesa-gesa.
"Kak, aku ikut naik mobilmu ya ke kantor" ucap Kezia.
Tio menghela nafas.
"Kamu kan bisa bawa mobilmu sendiri ke kantor" ucap Tio.
"Aku enggak mau, masih lelah habis pulang kemarin" ucap Kezia.
"Jangan manja, kendarai mobilmu sendiri atau minta antar supir ke kantor. Kakak tidak terbiasa satu mobil dengan orang lain" ucap Tio.
Tio lalu masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya pergi tanpa mengajak Kezia.
"Kak Tio jahattttt !" teriak Kezia.
**********
Di Perusahaan MD Group, Tio yang baru saja tiba di kantor langsung memeriksa dokumen pekerjaannya. Dia meneliti satu-persatu agar tidak ada angka yang meleset pada dokumen tersebut. Dia juga membuka layar laptopnya untuk memeriksa email yang masuk. Dia berharap semua pekerjaan manager proyek yang selama ini dia tangani dapat selesai, karena setelah menikah nanti dia akan bertugas menjadi Direktur perusahaan ini.
"Brakkk"
Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka.
Kezia yang menyusul ke kantor dengan membawa mobilnya sendiri menghampiri Tio.
Tio menatap tajam pada sekretarisnya, yang berada di belakang Kezia. Ekspresi wajah Tio seolah mengatakan mengapa kau membiarkannya masuk tanpa izin.
Sang sekretaris yang langsung mengerti arti tatapan atasannya tersebut, langsung memberikan penjelasan.
"Maaf, Pak. Nona Kezia memaksa masuk, walaupun sudah saya bilang untuk menunggu izin dulu dari Pak Tio" ucap Khusnul, sekretaris Tio.
Kezia melotot mendengarnya.
"Habisnya sih.. Kak Tio kan kakakku sendiri. Dan ini juga perusahaan kita. Kenapa aku harus pakai izin segala ?" ucap Kezia.
Tio kembali melirik sekretarisnya.
"Kamu boleh keluar sekarang" ucap Tio pada khusnul.
"Baik, Pak" ucap Khusnul yang melangkah keluar sembari menutup pintu ruangan Tio.
Sekarang pandangan mata Tio beralih pada Kezia.
"Kakak kejam banget deh ! Aku kira kakak cuma bercanda sewaktu menyuruhku menaiki mobil sendiri ke kantor. Ternyata aku beneran ditinggal" ucap Kezia.
"Ini kantor, jangan panggil kakak kalau di kantor. Profesionallah sedikit" ucap Tio.
"Aku tidak mau. Aku akan tetap memanggilmu kakak.. kakak.. dan kakak" ucap Kezia sambil menjulurkan lidahnya, mengejek Tio.
Tio terdiam untuk sesaat.
"Dasar, anak manja !" ucap Tio.
Tio lalu menelepon sekretarisnya untuk masuk ke dalam ruangan.
"Ada keperluan apa Pak Tio memanggil saya ?" tanya sekretaris Tio.
"Tolong, kamu panggilkan Pak Ardi, manager produksi kita. Ada yang perlu saya bahas dengan dirinya" ucap Tio.
"Tapi, Pak.." ucap Khusnul.
"Pak Ardi sudah tidak masuk kantor lagi semenjak 3 hari yang lalu. Dia sudah pensiun. Pak Presdir juga sudah mengetahuinya, karena dia yang mengeluarkan suratnya. Mungkin Pak Tio belum mengetahui kabar ini karena baru kembali dari perjalanan dinas dan sibuk mengurus proyek baru " ucap Khusnul.
"Jadi, siapa yang mengisi posisi manager produksi sekarang ?" tanya Tio.
"pegawai dari kantor cabang, Pak. Tadinya dia menjabat sebagai asisten manager di kantor cabang. Karena kinerjanya yang sangat baik, dia mendapat promosi jabatan sebagai manager produksi sekarang. Hari ini kebetulan, dia sudah masuk kantor" ucap Khusnul.
"Panggil dia ke ruangan saya sekarang" ucap Tio.
"Baik, Pak" ucap Khusnul yang lalu beranjak pergi ke luar ruangan.
"Jadi, aku belum ada pekerjaan nih ? Kalau begitu aku main game saja" ucap Kezia sembari melangkah ke sofa di ruangan itu.
Tio kembali memperhatikan layar laptopnya dan mencari tahu nama pegawai baru yang mengisi posisi manager produksi.
Namun, belum sempat dia membuka file pegawai tersebut, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Seorang perempuan berambut panjang dengan paras wajah yang sangat menawan masuk ke dalam ruangan. Bentuk tubuhnya yang proposional semakin menunjang penampilannya. Dia menghampiri meja Tio dan tersenyum lebar.
Kezia yang melihatnya sekilas pun, sempat terhipnotis untuk sesaat.
Wow, cantiknya...
Batin Kezia.
"Kak Tio, apa kabar ?" ucap wanita itu.
Tio menatap wanita yang sekarang berdiri di hadapannya. Lalu dia kembali menatap layar laptopnya dan membuka file pegawai untuk memastikan.
Data karyawan beserta foto wanita itu langsung terpampang di layar laptop Tio.
"Jadi kamu yang mengisi posisi manager produksi sekarang ?" tanya balik Tio.
"Iya, kak" ucap Zizi.
"Kakak ?" Kezia menyela.
Kezia meletakkan ponselnya dan melangkah menghampiri meja Tio.
"Kenapa memanggil kak Tio dengan sebutan kakak ? Kalian saling mengenal ?" tanta Kezia.
Zizi tersenyum.
"Iya. Saya dan kak Tio satu sekolahan dulu" ucap Zizi.
"Ooh.." ucap Kezia.
"Dia teman Mia" ucap Tio pada Kezia.
Lah, ada pilihan yang cantik. Kok, malah pilih kak Mia.. Emang dasar kak Tio matanya sudah rabun kayaknya.
Batin Kezia.
"Saya memanggilmu kemari karena ada proyek yang baru masuk. Saya memerlukan laporan pengendalian biayanya" ucap Tio.
"Baik, kak" ucap Zizi.
"Dan ini adik saya Kezia. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya dan akan segera bergabung dengan perusahaan kita. Dia lulusan arsistek, jadi tempatkan dia sebagai pegawai di bagian desain, di unitmu. Bergabung dengan pegawai yang lain" ucap Tio.
"Baik, kak" ucap Zizi.
"Apa ? Gabung bersama dengan pegawai yang lain ? Kenapa aku di tempatkan di posisi pegawai kak ? Aku enggak mau ! Setidaknya kakak memberikan jabatan manager kepadaku. Aku ini kan anak pemilik perusahaan. Sama seperti kakak !" ucap Kezia.
"Jangan membantah ! Sekarang kamu bisa ikut Zizi ke ruangannya di lantai 4" ucap Tio.
Raut wajah Kezia terlihat sangat kesal sekarang. Dia menatap kakaknya dengan perasaan dongkol.
"Kak Tio kejam !" ucap Kezia yang beranjak dari tempatnya dan melangkah ke luar ruangan.
"Kamu juga boleh keluar sekarang" ucap Tio sambil menatap Zizi.
"Baik, kak" ucap Zizi.
Zizi lalu melangkah keluar menuju pintu. Namun, dia menghentikan langkahnya saat Tio memanggilnya kembali.
"Tunggu dulu !" ucap Tio.
Deg !
jantung Zizi berdebar. Dia merasa Tio sudah mulai terpikat dengan penampilannya dan kagum pada kinerja kerjanya yang mendapatkan promosi naik jabatan dengan mudah.
Zizi membalikkan badan dan memasang senyuman yang paling manis.
"Iya, ada apa Kak ?" tanya Zizi pada Tio dengan suara manjanya.
Tio menatap Zizi.
"Jangan lagi memanggilku kakak di kantor ini. Aku merasa risih !" ucap Tio dengan wajah tanpa ekspresi.
Zizi tercekat. Dia kaget mendengar ucapan Tio barusan.
"Baiklah. Saya minta maaf. Kalau begitu saya permisi keluar, Pak" ucap Zizi yang merasa malu.
"Ya, silahkan" ucap Tio.
Zizi lalu buru-buru melangkah keluar dari ruangan itu.
Orang lain mudah sekali jatuh hati kepadaku, tetapi mengapa hatinya tidak tergerak sama sekali untukku. Aku malu sekali tadi. Rasanya, aku ingin mencari kardus atau ember untuk menutupi kepalaku !
Batin Zizi.
Jangan lupa Like, komen dan votenya ya🙏🏼😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PNJANG UMUR PULA PPA MARTADINATA... KLO MMANYA TEDY JGN2 UDH MNINGGAL
2023-02-11
0
Jong Nyuk Tjen
zizi pelakor nih
2021-11-13
0
Widi Nuhgraeni
rasain lu...Tio cowok istimewa...yang tidak hanya memandang wajah..tapi dia lebih memilih ketulusan hati seseorang
2021-11-03
0