Masih segar di dalam ingatan Mia tentang pesta pertunangan yang terjadi semalam. Mia menopang dagu di atas meja kerjanya sambil memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya sekarang. Hingga tiba-tiba suara teman kerjanya, Jeje membuyarkan lamunannya.
"Cincin baru ya Mia ? Coba sini aku mau melihatnya juga. Aku jadi penasaran kenapa kamu terus memandangi cincin ini dari tadi" ucap Jeje yang langsung menarik lengan Mia secara perlahan.
Jeje mulai mengamati cincin yang tersemat di jemari tangan Mia. Berulang kali dia menarik jemari tangan Mia kembali, hanya untuk memastikan penglihatannya.
"Wow, ini benar berlian !" teriak Jeje.
"Ssttt.. Diam ! Jangan berbicara terlalu kencang !" ucap Mia.
"Iya, Sorry deh. Tetapi, beneran loh kalau ini cincin berlian asli" ucap Jeje yang paham betul tentang fashion.
"Jadi selama ini kamu menabung semua uang gajimu hanya untuk membeli ini ?" sambung Jeje.
Mia menghela nafas
"Yang benar saja ! Aku tidak sebodoh itu. Ini bukan aku yang beli" ucap Mia.
Mia lalu mengeluarkan undangan dari dalam tasnya.
"Ini cincin pertunanganku, dan minggu depan aku akan menikah" ucap Mia sambil menyodorkan undangan pernikahannya pada jeje.
Jeje membuka undangan pernikahan tersebut dan membacanya dengan seksama.
"Gila ! Kamu benar-benar membuatku kaget, Mia !" ucap Jeje.
"Aku tidak pernah melihatmu diantar atau dijemput pacarmu. Tidak pernah melihatmu mengobrol berlama-lama di telepon dengan pacarmu bahkan sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana rupa kekasihmu. Dan sekarang, tiba-tiba kamu memberikan undangan pernikahan. Aku pikir bukan hanya aku saja yang akan terkejut dengan pernikahanmu ini. Semua teman-teman dikantor pasti bakal kaget juga !" sambung jeje.
Mia hanya tersenyum kaku mendengar ucapan jeje. Dia bingung untuk merespon semua ucapan yang dilontarkan jeje.
Jeje kembali melanjutkan membaca undangan pernikahan Mia. Tiba-tiba keningnya mengernyit.
"Tio Martadinata ? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Dia bukan anak pemilik perusahaan MD Group yang sering wara wiri di televisi dan di situs bisnis itu kan ?" ucap Jeje.
"Hhmm.. ya.. sepertinya memang yang itu" ucap Mia.
"Apa ?" ucap Jeje kaget.
Matanya terbelalak seakan tidak percaya mendengar ucapan Mia.
Kaget kan ? Aku lebih kaget lagi sebenarnya. Pasti yang ada dipikiranmu sekarang adalah kenapa bisa-bisanya lelaki semapan dan setampan dia bisa menyetujui perjodohan ini.
Batin Mia.
"Kok kamu bisa mengenalnya sih ? Coba cerita sama aku, gimana kalian bisa saling kenal sampai mau menikah seperti sekarang ?" tanya Jeje penasaran.
"Kenapa aku harus menceritakan kisah hidupku kepadamu ? Memangnya mau dibuat otobiografi sama kamu, Je ?" ucap Mia.
"Ya, mungkin saja aku bisa belajar cara menggaet pria mapan nan tampan seperti dirimu" ucap Jeje.
Mia hanya tersenyum mendengar ucapan Jeje. Sampai tiba-tiba mereka terpaksa harus menghentikan obrolan unfaedah mereka, karena bu Mika yang terkenal garang, masuk sambil membawa setumpuk dokumen yang harus mereka kerjakan.
**********************
Sore harinya, ketika jam pulang bekerja telah tiba, Mia berdiri di depan lobi kantor. Seperti biasa, dia menunggu kedatangan Tio untuk menjemputnya.
"Mia !" Sapa Purna yang baru saja turun dari mobilnya.
Mia menoleh ke arah Purna yang sedang menghampirinya. Dia baru ingat, kalau seharian ini dia tidak melihat Purna di kantor saat mau memberikan undangan pernikahannya.
Purna memang baru kembali ke kantor setelah seharian mengadakan kunjungan di kantor cabang yang berada cukup jauh dari kantor pusat mereka.
"Ya, Ampun.. Pakai di sambut segala abang pulang. Nungguin abang ya dari tadi ?" ucap Purna dengan pede-nya.
Ya, Tuhan.. Penyakit narsisnya sudah tidak tertolong lagi sepertinya.
Batin Mia.
"Abang ?" ucap Mia yang memastikan pendengarannya.
Purna mengangguk sambil cengar-cengir enggak jelas.
"Hei, Purna ! Sejak kapan kita jadi saudara ? Minta dipanggil abang, lagi !" ucap Mia.
Purna cekikikan.
"Kamu tenang dulu dong, Mia. Aku juga enggak mau kok jadi saudara kamu. Aku maunya jadi pasangan kamu di pelaminan" ucap Purna dengan tersenyum lebar.
Mia menghela nafas.
Ini anak urat malunya ketinggalan di rumah kayaknya !
Batin Mia.
Baru saja Mia ingin menjawab ucapan Purna kembali, namun tiba-tiba suara tegas dan terdengar berat di telinganya, mendahuluinya.
"Pasangan ?" ucap lelaki tersebut.
Sontak Mia dan Purna menoleh ke asal suara.
Astaga ! Sejak kapan Tio berdiri di sana.
Batin Mia.
Tio memandangi Purna dengan tatapan yang tajam, dari atas hingga ke bawah. Dahinya mengernyit seakan meminta penjelasan atas pernyataan Purna barusan.
Purna yang merasa dipelototi seperti itu mulai merasa tidak nyaman. Dia juga membalas tatapan Tio dengan sinis.
"Iya, pasangan. Kenapa ? Ada masalah ?" ucap Purna.
Tio tersenyum tipis. Seolah-olah meremehkan ucapan Purna barusan.
"Kamu belum memberikan undangan pernikahan kita padanya ?" tanya Tio pada Mia.
Undangan ? Undangan apa maksud pria ini ? Dan kenapa wajahnya tampak tidak asing. Seperti pernah melihatnya di suatu tempat.
Batin Purna.
"Oh, iya. Hmmm.. Purna.." ucap Mia.
"Karena tadi siang, kamu tidak ada di tempat. Jadi undangan pernikahanku, aku letakkan di atas meja kerjamu" sambung Mia.
"Aku harap kamu bisa hadir di pesta pernikahanku nanti" ucap Mia kembali.
Bagai mendengar petir di siang bolong, Purna sangat terkejut mendengar ucapan Mia barusan. Lidahnya terasa kelu. Namun, rasa penasaran terus mendorongnya untuk bertanya.
"Pernikahanmu ? Kamu bercanda kan, Mia ? Semua ini hanya leluconmu saja kan ?" ucap Purna yang tanpa sadar memegang pergelangan tangan Mia.
Tio yang melihat kejadian yang berlangsung didepan matanya itu tidak tinggal diam. Dia langsung mencengkram tangan Purna dan melepaskan pegangan tangan Purna pada Mia.
"Lepaskan tanganmu ! Apa kamu tidak sadar sedang memegang calon istri orang ?" ucap Tio sambil menghempaskan pergelangan tangan Purna.
Purna tertegun untuk beberapa saat, mendengar ucapan Tio barusan. Dia lalu melirik pada Mia yang hanya tertunduk, tidak mau menatapnya.
Mia menghela nafas panjang dan mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Dia berpikir harus mengakhiri pertikaian Purna dan Tio.
"Aku tidak bercanda, Purna. Aku memang akan segera menikah. Kenalkan ini Tio, calon suamiku" ucap Mia memperjelas semuanya.
"Tio, ayo sodorkan tanganmu" ucap Mia berbisik pada Tio.
Namun, Tio tidak bergeming sama sekali. Dia tetap berdiri mematung sambil melipat kedua tanganya di dadanya dan menatap Purna dengan tatapan tidak suka.
Begitu juga dengan Purna yang membalas tatapan mata Tio dengan tatapan tidak bersahabat.
Melihat tidak ada itikad baik dari keduanya, Mia buru-buru menarik lengan Tio untuk mengajaknya pulang.
"Ayo, Kalau begitu kita pulang saja" ajak Mia pada Tio.
"Kami Permisi" ucap Mia sambil berlalu pergi bersama Tio.
Mereka meninggalkan Purna yang masih berdiri mematung disana. Terlihat raut wajah penuh kekecewaan di wajah Purna. Dia hanya bisa memandangi punggung Mia dari kejauhan. Semua penyesalan kini bertumpuk di pikirannya.
Kenapa selama ini kamu tidak pernah percaya dengan pernyataan cintaku dan selalu menganggap itu sebuah gurauan. Dan lantas, mengapa kau begitu percaya pada laki-laki itu dan setuju untuk menikah dengannya ? Mengapa bukan aku ?
Batin Purna.
Minta Like, vote, dan komennya ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TIO LBH DINGIN DRI PAPANYA SI REY.
2023-02-11
0
Sulaiman Efendy
BENARKN APA YG DIBILANG KIYA, KLO PURNA MNYUKAI MIA, MIA INI AZA WANITA GOBLOK, ATAU WANITA YG GK PEKA UNTUK NILAI SIKAP SSEORANG KE DIA..
2023-02-11
0
Widi Nuhgraeni
kasihan purna.. wkwkkwkwk
2021-11-03
0