Tio melajukan mobilnya menuju toko perhiasaan yang sudah menjadi langganan mamanya Tio. Mereka turun dari mobil saat telah tiba di sana.
Mia yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di toko perhiasan tersebut, terpukau melihat kilauan yang di pancarkan dari jenis-jenis perhiasan yang dipajang dan tertata rapi di dalam lemari kaca.
"Silahkan dipilih mbak, mau mencari perhiasan jenis apa ?" tanya pelayan toko.
"Hmm.. saya mau mencari cincin untuk pernikahan" ucap Mia.
"Oh, berarti sepasang ya Mbak ?" tanya pelayan toko.
"Hmm.. Iya" ucap Mia yang menjawab dengan ragu sambil melirik Tio.
Pelayan toko lalu mengeluarkan semua koleksi cincin pernikahan ke atas lemari kaca.
"Silahkan dipilih mbak, ini semua koleksi terbaru kami" ucap pelayan toko.
Mia memandang kagum atas keindahan perhiasan yang ada di hadapannya. Sampai dia sendiripun kebingungan untuk menentukan pilihan.
"Jadi yang mana mbak ?" tanya pelayan tersebut setelah memberi waktu yang cukup lama untuk Mia membuat pilihan.
"Aduh, aku bingung nih mbak. Habis semuanya bagus-bagus sih !" ucap Mia.
Tio yang sedari tadi geram melihat Mia yang kebingungan menentukan pilihan, akhirnya angkat bicara.
"Kalau begitu kami ambil semuanya, delapan pasang cincin pernikahan ini" ucap Tio.
Mia terkejut mendengarnya.
"Loh, banyak banget ? Siapa yang mau memakai cincin sebanyak ini ?" tanya Mia pada Tio.
Kalau dia mau jadi dukun, jangan ngajak-ngajak aku juga kali.
Batin Mia.
"Kamu lama banget memilihnya. Membuang waktu saja ! Jadi, kamu bisa membawa ke rumah cincin-cincin ini dan memilihnya selama yang kamu mau !" ucap Tio yang terlihat tidak sabar.
Wah.. wah.. jadi cuma gara-gara aku lama memilih cincin ini, jadi dia membeli semuanya. Sultan memang beda ya, beli semuanya tinggal tunjuk saja. Beda sekali dengan keluargaku, beli cilok saja mesti mikir 10 kali. Itupun ujung-ujungnya enggak jadi beli. Menyedihkan.
Batin Mia.
"Kalau begitu, aku langsung pilih saja ! Tidak perlu membungkus semuanya, Mbak" ucap Mia.
"Hmm.. Aku pilih yang ini saja, mbak !" ucap Mia yang asal tunjuk karena takut, Tio benar-benar akan membungkus semuanya.
"Ya, yang ini cantik kok mbak" ucap pelayan tersebut sambil memgambil cincin tersebut.
"Dicoba dulu mbak dan masnya. Siapa tahu kebesaran atau kekecilan nanti" ucap pelayan toko.
Mia dan Tio lalu mencoba masing-masing cincin mereka.
"Wah, pas sekali loh ukuran cincinnya di jari mas dan mbaknya" ucap pelayan toko setelah melihat Mia dan Tio yang mengenakan cincin tersebut.
Mia tersenyum mendengarnya. Sedangkan Tio masih memasang tampak juteknya tersebut.
Selesai dari membeli cincin pernikahan, Tio dan Mia akhirnya masuk kembali ke dalam mobil.
Karena tahu sifat Tio yang tidak pernah bertanya terlebih dahulu padanya, akhirnya Mia memberanikan diri bertanya lebih dulu pada Tio.
"Tio, setelah ini kita tidak perlu mengurus yang lain lagi kan ? Hmm.. kalau memang tidak ada lagi yang perlu diurus, sebaiknya kita pulang saja" ucap Mia.
Tio melirik Mia.
"Memangnya kamu sudah makan malam tadi ?" tanya Tio.
"Belum sih. Tetapi, hari ini aku ingin makan malam dirumah saja. Kebetulan Ibuku memasak makanan kesukaanku hari ini" ucap Mia yang mengatur kata-katanya agar Tio tidak tersinggung dengan ucapannya.
Tetapi tidak ada respon dati Tio. Dia hanya diam mendengar ucapan Mia barusan.
Siapa yang mau makan malam denganmu. Serasa suasana di rumah duka.
Batin Mia.
"Hmm.. Lagipula besok kamu ada perjalanan dinas kan ? Jadi sebaiknya kamu cepat pulang untuk mempersiapkan keberangkatan" ucap Mia.
Tio hanya melirik Mia sekilas lalu melajukan mobilnya kembali.
Sesampai di rumah Mia, Tio langsung menurunkan Mia dirumahnya.
"Terima kasih !" ucap Mia yang sudah berdiri di luar kaca mobil samping Tio.
Tio tidak menggubris ucapan Mia dan kembali melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Mia.
************
Tiga hari kemudian...
Tibalah hari pertunangan Tio dan Mia. Acara yang di selenggarakan di hotel berbintang milik keluarga Martadinata hanya di hadiri oleh keluarga dan teman dekat dari Tio dan Mia serta beberapa relasi bisnis yang memiliki hubungan erat dengan keluarga Martadinata.
Mia yang sedang berada di salah satu kamar hotel tipe presidential suite, sedang sibuk di make-up oleh MUA ternama di kota itu.
Mia sesekali melirik dirinya di cermin. Entah apa yang dia rasakan saat ini. Yang jelas, hatinya tidak berhenti berdebar karena gugup.
Bisa dibilang ini pertemuannya kembali dengan Tio, setelah beberapa hari ini mereka tidak bertemu, karena Tio berpergian ke luar kota untuk urusan bisnis.
"Nah, sudah selesai Mbak Mia !" ucap perempuan yang telah mendandani Mia.
"Wah, Mbak jadi semakin cantik loh setelah di make-up. Pasti nanti semua tamu undangan bakal pangling melihat Mbak Mia" tambahnya.
Mia hanya tersenyum menanggapi ucapannya.
Tiba-tiba, suara pintu kamar diketuk. Mia yang mendengar suara Rahma di luar pintu, langsung menyuruhnya masuk.
"Mia, sudah selesai belum ? Kalau sudah selesai berdandan, Orang dari Wedding Organizernya bilang kamu sudah harus ke ballroom. Karena Tio dan keluarganya juga sudah hadir di sana" ucap Rahma yang datang bersama Zizi.
Mia mengangguk.
"Sudah kok. Jadi, kalian kan yang mendampingiku ke sana ?" tanya Mia.
"Pastinya dong. Emang ada sahabat yang lebih baik dari kita ?" ucap Rahma yang seolah membanggakan dirinya sendiri.
Mimi dan Zizi yang mendengarnya hanya tersenyum.
********
Setibanya di ballroom, Mia yang didampingi kedua sahabatnya tersebut, masuk ke dalam ruangan setelah mendapat aba-aba dari panitia Wedding Organizer.
Sontak semua mata tamu undangan yang sedari tadi penasaran pada calon tunangan Tio, langsung tertuju pada Mia.
Mia hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menghilangkan rasa gugup.
bisik-bisik dari relasi bisnis Martadinata dan kerabat jauh Martadinata mulai terdengar.
"Ah, jadi itu wanitanya. Masih cantikkan anak saya dong. Harusnya anak saya saja yang menikah dengan Tio" ucap salah satu dari istri relasi bisnis papanya Tio yang berucap berbisik pada wanita yang seumuran denganya, yang duduk di sebelahnya.
"Yah, bukannya enggak cantik sih. Tetapi wajahnya pasaran banget !" ucap wanita di sebelahnya yang tidak kalah pedas.
Foto : Mia.
Mia memang tidak mendengar ucapan tersebut. Tetapi, dia dapat menebak apa yang dipikirkan tamu undangan terhadap dirinya yang memiliki penampilan yang biasa saja dan latar belakang keluarga yang sederhana ini.
Dia hanya memejamkan mata beberapa kali dan pura-pura tidak melihat pandangan sinis relasi bisnis Tio dan papanya Tio yang terlihat tidak menyukainya. Toh, Mia juga berpikir keputusan ini telah diambil. Nasi sudah menjadi bubur. Tidak akan mungkin berubah menjadi nasi kembali. Apalagi menjadi cilok.
Loh, kok cilok lagi yang dibahas ! Mungkin saking gugupnya otakku jadi keseleo.
Batin Mia.
Sekarang Mia dan keluarganya, sudah duduk bersebrangan dan berhadapan dengan Tio dan keluarganya. Mia memandang Tio dari kejauhan. Matanya takjub dengan ketampanan wajah Tio yang semakin mempesona saat mengenakan jas yang dipakai Tio sekarang. Tanpa dia sadari, Tio juga memandanginya, namun dengan tatapan tanpa ekspresi.
foto : Tio.
MC yang memandu acara pertunangan pun mulai membawakan acara. Hingga tiba saat acara pertukaran cincin, Mereka diminta berdiri berdekatan dan berhadapan.
Panitia Wedding Organizer mulai membuka kotak cincin pertunangan mereka. Tio lalu mengambil tangan Mia untuk menyematkan cincin pertunangan mereka.
Mia yang sempat kaget karena Tio mengambil tangannya secara tiba-tiba, semakin gugup. Tangannya yang tadinya dingin sekarang gemetaran. Persis, seperti orang yang terkena demam panggung.
Tio yang menyadari keadaan Mia yang gugup, mengelus puncak tangan Mia sebelum menyematkan cincin di jarinya.
Dia berbisik di telingan Mia.
"Santai saja. Jangan gugup !" bisik Tio.
Mia mengangguk. Dia kembali menarik nafas panjang. Mia kelihatan sedikit tenang sekarang. Dia telah dapat mengontrol rasa gugupnya.
Akhirnya Tio menyematkan cincin di jari manis Mia. Begitu juga dengan Mia. Dia mengambil cincin yang dipegang oleh panitia Wedding Organizer tersebut dan memakaikannya pada Tio.
Riuh tepuk tangan pun terdengar. Panitia Wedding Organizer mengumumkan bahwa pernikahan akan diadakan satu minggu lagi.
Mia sudah tidak konsentrasi lagi mendengar ucapan panitia Wedding Organizer. Sekarang matanya hanya fokus tertuju pada cincin yang melingkar di jari manisnya.
Mia lalu mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap Tio yang berdiri di sampingnya. Mata mereka kembali bertemu. Mia menatap dalam pada Tio.
Apa yang sebenarnya sedang kamu rencanakan sekarang. Pasti ada alasan mengapa kamu menerima perjodohan dengan semudah itu. Entah mengapa, aku merasa jarak kita sudah semakin jauh. Tetapi bila melihat ke dalam binar matamu seperti sekarang, terkadang aku merasakan ada sebuah kehangatan di dalam sana. Ini sungguh membuatku bingung..
Batin Mia.
Sedangkan dari kejauhan sepasang mata yang penuh dengan kebencian terhadap Mia, menatap mereka sedari tadi. Otaknya berpikir keras. Sebuah rencana untuk menggagalkan pernikahan mereka nanti, terlintas dipikiranya.
Maaf baru update setelah sekian lama. Walaupun pesimis bakal ada yang baca atau enggak, tetapi setidaknya saya harus tetap menyelesaikan cerita yang sudah saya mulai. Semangat bacanya kakak.. Tinggalkan jempol cantik kalian untuk like dan komen ya 🙏🏼 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KIRA2 SIAPA TU YG JULID HINGGA INGIN GAGALKN PRNIKAHAN TIO & MIA, APA ZIZI, ATAU ADA FANS NYA TIO..
2023-02-11
0
sanjiaran
akhirnya nemu jg novel dg alur cerita yg menarik. walaupun udh update sejak 2020..bakalan maraton nih bacanya
2023-01-29
0
Widi Nuhgraeni
pasti Zizi si pengkhianat
2021-11-03
0