Sama seperti kopi, setiap senyum punya penikmatnya sendiri (cz).
Mia seakan tidak percaya, Setelah tragedi lawakan gagal yang dilontarkannya semalam, sore ini dia harus memutar otak kembali untuk mencari bahan obrolan untuk mengajak Tio mengobrol. Karena sore ini dia harus pergi kembali bersama Tio.
Kali ini mama Tio menyuruh mereka pergi ke sebuah toko perhiasaan untuk memilih cincin yang akan dipakai untuk bertunangan nanti.
Ternyata mengurus keperluan menikah itu seribet ini ya ? Aku pikir langsung duduk manis di kursi pelaminan. Aku enggak tahu sih, soalnya selama ini menjadi tamu undangan adalah bakat terpendamku.
Batin Mia.
Mia lalu membuka kembali papper bag yang berisikan dua buah undangan pesta pertunangannya minggu nanti. Sebenarnya pesta pertunangan ini hanya akan di hadiri oleh kedua belah pihak keluarga, kerabat dan sahabat mereka. Tadinya, Mia juga ingin mengundang sahabatnya di kantor yaitu Jeje dan Kiya. Tetapi karena takut membuat kehebohan di kantor, Mia berencana akan mengundang teman-temannya dikantor pada saat pesta pernikahannya saja.
Dua buah undangan pesta pertunangan yang sudah berada di tangannya saat ini, rencananya akan di berikannya pada sahabat akrabnya sewaktu SMA sampai dengan sekarang. Yaitu, Zizi dan Rahma.
foto : Mia.
Mia mengambil ponselnya, lalu mengetik pesan yang akan dikirimnya kepada kedua sahabatnya itu.
💌 "Nanti sore, setelah pulang bekerja. Kita ketemuan di tempat biasa kita janjian ya. Ada yang mau aku berikan" (Mia).
Tak lama kemudian sebuah pesan balasan masuk ke ponselnya.
💌 "Oke !" (Zizi).
💌 "Sipp !" (Rahma).
Mia tersenyum membaca balasan pesan dari Zizi dan Rahma. Baginya, mempunyai sahabat seperti Zizi dan Rahma yang selalu ada saat dirinya sedih ataupun bahagia merupakan sebuah keberuntungan.
Mia lalu mulai mengeluarkan dokumen pekerjaan yang akan dia kerjakan.
************
Sementara di suatu ruangan private room sebuah restoran. Berkumpulah ke empat lelaki yang telah berteman lama.
Teman-teman Tio datang menyempatkan diri untuk makan siang bersama, di sela-sela jam istirahat bekerja mereka.
"Tumben banget kamu ngajakin kita ngumpul. Biasanya kamu paling susah diajak ngumpul karena sibuk bekerja" ucap Varel.
"Biasa, calon Direktur. Penerus perusahaan MD Group. Pasti sibuk bangetlah !" ucap Afkar.
Tio hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan teman-temannya.
"Eh, si Ricky mana ? Kok, enggak ikut ngumpul ?" tanya Andrif.
"Dia kan lagi dinas di luar kota. Jadi, enggak bisa ikut gabung" ucap Afkar.
"Jadi, ngapain kamu ngajak kita kumpul hari ini, Tio ?" sambung Afkar.
Semua jadi melirik ke arah Tio.
"Aku mau memberikan undangan" ucap Tio sambil meletakkan beberapa lembar undangan di atas meja.
"Apa ?" semua bertanya berbarengan.
"Undangan pernikahan ?" tanya temanya Varel yang memiliki badan L-Men tetapi hati hello kitty.
"Bukan. Undangan pertunangan" ucap Tio.
"Iya, sesudah bertunangan pasti akan menikah kan ?" ucap Varel mengulangi pertanyaannya.
"Sepertinya iya" ucap Tio.
Teman-teman Tio saling berpandangan satu sama lain.
"Ada apa ini ? Apa kamu betul-betul sudah menemukan jodohmu atau orang tuamu berhasil merayumu untuk menikah, atau jangan-jangan kamu diancam ?" tanya Varel.
"Memang ada yang bisa mengancamku ?" tanya balik Tio.
"Ya, benar juga sih. Siapa yang berani mengancam orang keras kepala sepertimu. Buang-buang waktu !" ucap Varel.
"Justru itu aku heran, kenapa kamu akhirnya mau menikah sekarang. Kalau bukan salah satu dari alasan yang kusebutkan tadi" sambung Varel.
Tio melirik Varel.
"Ya, memang sudah seharusnya kan aku menikah. Kenapa kalian heboh sekali. Bukankah seharusnya kalian juga harus menikah ?" ucap Tio.
Teman-teman Tio hanya terdiam mendengar ucapan Tio barusan.
"Paling seperti biasanya, karena dijodohkan. Benerkan Tio ?" ucap Afkar.
Tio tidak menggubris ucapan Afkar.
Afkar lalu mengambil undangan pertunangan Tio yang berada di atas meja, dan membukanya.
"Mia Faradillah ? Seperti pernah mendengar nama ini ! Tapi, dimana ya.. Dia model ? Sosialita ? Atau Pengusaha juga ?" tanya Afkar.
Tio diam tidak menjawab. Afkar yang melihat reaksi Tio yang tidak menggubris pertanyaannya semakin penasaran. Dia terlihat berpikir keras.
"Jangan bilang dia adik kelas kita dulu yang pernah aku beri hukuman karena mencabuti bunga di perkarangan ruang Sekretariat OSIS" ucap Afkar.
"Ya, Memang dia" ucap Tio datar.
Afkar terkejut mendengar ucapan Tio barusan.
"Mia yang mana sih, yang kalian bicarakan ?" tanya Andrif.
"Mia temannya Zizi. Kamu masih ingat Zizi kan, adik kelas kita yang populer dan kamu bilang cantik saat itu ?" ucap Afkar.
"Iya, aku ingat itu. Mereka kan kemana-mana selalu bertiga. Mia itu yang mana ? yang pakai kaca mata atau yang rambut pendek ?" tanya Andrif.
"Yang pakai kacamata" ucap Afkar.
Seketika Andrif tertawa terbahak-bahak.
"Kamu beneran mau menikah dengan si cupu itu, Tio ? ucap Andrif.
Tio langsung melirik Andrif dengan pandangan mata yang tidak bersahabat.
"Jaga ucapanmu, dia itu calon istriku !" ucap Tio.
Andrif kembali terdiam.
Kalau memang hanya karena alasan dijodohkan. Seharusnya dia tidak perlu semarah itu kan ?
Batin Andrif.
"Sorry Tio, aku hanya kaget tadi" ucap Andrif.
"Tapi, aku juga tidak kalah kaget mendengar berita ini Tio. Dari rumor yang beredar sewaktu sekolah dulu, orang-orang bilang kamu dan Zizi akan sangat cocok sebagai pasangan. Aku tidak menyangka ternyata kamu malah menikah dengan temannya, bukan dengan Zizi" ucap Afkar.
Tio mengambil gelas yang berisi kopi dihadapannya dan meneguknya.
"Sama seperti kopi, tiap senyum punya penikmatnya sendiri" ucap Tio seraya meletakkan gelas kopinya.
**********
Jam telah menunjukkan pukul 17:00 Sore, Mia segera bergegas menuruni lift, karena ojek online yang dipesannya telah menunggu di depan lobi.
Dengan menaiki ojek online, Mia bergegas menuju coffee shop, tempat dia dan kedua sahabatnya itu janjian. Sepanjang perjalanan dia tidak lupa mengirimi pesan kepada Tio melalui ponselnya, untuk menjemputnya di Coffee Shop saja.
Sesampai di sana dia langsung memilih meja yang berada di dekat pintu masuk. Dengan tujuan agar temannya mudah mencari keberadaannya di sana.
Selang beberapa menit kemudian Zizi datang, disusul oleh Rahma yang hanya selisih beberapa menit dari kedatangan Zizi.
"Sudah lama Mia ?" tanya Zizi.
"Belum lama kok. Tadi aku sudah pesan minum. Kalian juga sudah aku pesenin kok. Seperti biasa kan, Mocca latte sama cappucino kan ?" tanya Mia.
"Ih, si Mia hafal banget deh. Jadi terharu nih sebagai teman" ucap Rahma.
Mia hanya tersenyum mendengar ucapan Rahma.
"Katanya ada yang mau kamu berikan sam kita, Mia ?" tanya Zizi.
"Apa itu ?" sambung Zizi.
"Hmm.." Mia tampak ragu-ragu menjawabnya.
"Aku mau memberikan undangan pesta pertunanganku pada kalian" ucap Mia.
"Serius ? Wah, selamat ya Mia. Cowoknya siapa nih ? jangan-jangan yang waktu itu pernah mengantarmu ke sini ya ?" ucap Rahma penuh kehebohan.
"Bukan. Bukan dia kok !" ucap Mia sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Loh, jadi siapa ?" tanya Zizi.
"Hmm.. dengan Tio, kakak kelas kita dulu" ucap Mia.
Pranggg..
Sendok yang Zizi pegang terlepas dari tangannya tanpa sengaja. Sontak, Mia dan Rahma langsung menoleh pada Zizi.
"Maaf, sendoknya agak licin tadi" ucap Zizi yang berkilah untuk menutupi rasa kagetnya.
Tapi, Mia tahu persis. Zizi begitu pasti karena kaget.
Zizi pasti kaget, karena orang yang dulu suka padanya dan memberikannya hadiah, Sekarang malah akan menikah denganku.
Batin Mia.
"Tio Martadinata, Ketua OSIS kita dulu ?" tanya Rahma seakan tidak percaya.
Mia mengangguk.
"Kok bisa ? Tunggu.. Tunggu deh ! Bukannya sewaktu itu Tio menembak Zizi untuk menjadi pacarnya melalui surat. Dia bahkan memberi Zizi hadiah. Dan kamu bilang kan Zi, hubungan kalian terpaksa tidak bisa berlanjut karena Tio harus kuliah di luar negeri ?" tanya Rahma pada Zizi.
Zizi terdiam, wajahnya cemas. Sedangkan Mia malah merasa tidak enak pada situasi ini.
"Jadi, sekarang Tio sudah kembali dari luar negeri dan malah melamar Mia untuk menikah dengannya ?" ucap Rahma yang kelihatan bingung.
Kini ketiga sahabat itu saling bertatapan.
Duh, Zizi kelihatan kecewa banget saat aku bilang bahwa Tio yang akan menjadi calon suamiku. Maafkan aku Zizi, sebenarnya aku juga enggak mau menikah dengan Tio, yang pernah menyukai sahabatku. Apalagi aku tahu, kelihatannya Zizi sangat menyukai Tio. Tapi aku terpaksa. Aku cerita enggak ya sama mereka kalau pertunangan ini terjadi karena perjodohan. Tetapi, entar jadi masalah kalau aku cerita pada orang lain tentang perjdohan ini. Apalagi keluarga Marta Dinata keluarga terpandang. Bisa saja, kalau berita perjodohan ini berkembang malah akan disalahgunakan oleh beberapa pihak yang lain.
Batin Mia.
"Maafkan aku. Entah apa alasannya, tetapi Tio yang mengajakku menikah terlebih dahulu. Aku hanya menerimanya saja" ucap Mia pada Rahma dan Zizi.
Rahma dan Zizi terkejut mendengar ucapan Mia. Rahma lalu berdiri dari kursinya dan merangkul pundak Mia.
"Sudah sebelas tahun berlalu, Mia. Semua bisa berubah. Mungkin saat itu dia menyukai Zizi tapi untuk sekarang dia menyukaimu. Tidak ada yang tidak mungkin" ucap Rahma.
Mia merasa lega mendengar ucapan Mia. Walaupun, melihat dari sikap Tio, mustahil kalau kata Rahma, bahwa Tio menyukainya. Tapi setidaknya, Rahma tidak menyalahkannya dirinya.
"Lagipula hubungan Zizi dan Tio kan sudah tidak berlanjut lagi. Apalagi Zizi sudah punya Andi kan sekarang" ucap Rahma.
Zizi hanya mengangguk. Dia lalu ikut berdiri memeluk Mia sama seperti Rahma. Tetapi, rasa kecewa yang sangat besar menyelimuti hati Zizi. Tangannya mengepal geram.
Tiba-tiba, suara khas seorang pria membuyarkan suasana akrab yang sedang mereka jalin.
"Kamu sudah selesai kan kumpul-kumpulnya ? Kalau begitu, ayo kita pergi" ucap Tio.
Mereka bertiga kaget karena Tio yang tiba-tiba datang.
"Iya, sebentar lagi. Aku belum menghabiskan minumanku. Soalnya, minumanku baru saja datang" ucap Mia.
"Kita minum diluar saja nanti, setelah memilih cincin. Takut tidak keburu. Besok, aku harus dinas ke luar kota" ucap Tio.
Tio lalu menarik tangan Mia untuk ikut dengannya.
"Kami permisi" ucap Tio pada Rahma dan Zizi.
"Iya, hati-hati" ucap Rahma.
Mia dan Tio lalu beranjak pergi meninggalkan Rahma dan Zizi yang masih tercengang melihat pasangan yang akan segera bertunangan itu.
Terutama Zizi yang merasa sangat iri, saat tangan pria yang amat disukainya itu menggenggam tangan Mia, sahabat yang dianggapnya memiliki kualitas yang sangat jauh dari dirinya.
Jangan lupa like, komen dan vote ya 🙏🏼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Widi Nuhgraeni
sahabat koq gitu Zi
2021-11-03
0
Anisa Leliana
itulah bedanya Mia and Zizi...Mia baik hati dan tulus dalm berteman sedngkan zizi meski.menganggap Mia sahabat tp ternyata menyimpan rasa iri dengki dan keculasan, dan Tio tau bahwa mia pribadi yg baik.makany suka.sama.mia
2021-05-01
0
esa widia
wah si zizi kekurangannya iri n dengki ama org. org aja yg g tau hede....
2021-01-26
0