Mama Tio merasa lega. Karena, dirinya sudah berhasil membujuk Mia untuk menerima perjodohan ini.
Mereka terus mengobrol hingga tanpa terasa matahari sudah mulai tenggelam. Mama Tio lalu meminta salah satu pelayan untuk memanggil Tio di lantai dua.
Tak lama kemudian, Tio turun menghampiri Mamanya dan Mia.
"Mama memanggil Tio ?" tanya Tio.
"Iya, nih. Mama sama Mia sudah selesai mengobrolnya. Tolong kamu anterin Mia pulang ke rumahnya ya" ucap Mama Tio.
"Oh, enggak perlu repot-repot kok, Bu. Aku bisa naik taksi online saja" ucap Mia.
Masih terbayang di ingatan Mia, saat Tio menjemputnya tadi. Meninggalkan sedikit trauma yang membekas akibat cara mengemudinya yang tidak ada bedanya dengan sopir travel.
"Loh, jangan begitu dong Mia. Tadi, perginya kamu di jemput sama Tio. Masa' pulangnya naik taksi online. Biar Tio yang anter ya, nanti Ibu yang enggak enak nih sama Ibu kamu" ucap Mama Tio.
Mia lalu melirik Tio yang hanya diam sedari tadi.
"Baiklah kalau begitu, Bu" ucap Mia.
Akhirnya Mia dan Tio melangkah masuk ke dalam mobil.
************
Selama perjalanan, suasana yang tercipta, tidak ada bedanya dengan sewaktu mereka pergi. Mereka hanya saling berdiam diri tanpa ada yang bicara satu sama lain.
Mia yang tanpa sengaja melirik ke arah Tio, cepat-cepat membuang muka ke jendela kaca di sampingnya. Dia takut Tio akan mengamuk lagi tanpa sebab, bila dia memandangi wajahnya. Tetapi, sesekali Mia masih saja mencuri pandang terhadap Tio, tanpa diketahui oleh Tio.
Tatapan mata yang dingin, cara bicara yang ketus dan wajah yang tampan. Apa benar dia masih Tio yang dulu ?
Batin Mia.
foto : Tio.
Tiba-tiba Mia merasakan ingin buang air kecil. Sebenarnya sudah dari tadi Mia menahannya. Akibat terlalu tegang karena membayangkan akan satu mobil dengan Tio kembali, dan takut Tio akan mengendarai mobilnya secara kebuta-kebutan lagi. Maka Mia menjadi gugup sampai menahan pipis.
Padahal kali ini Tio tidak mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan, melainkan mengendarainya secara normal layaknya orang berkendara.
"Hmm.. Tio, apa kita bisa mampir ke minimarket atau pom bensin terdekat ? Aku mau ke toilet sebentar" ucap Mia.
Tio langsung reflek menoleh ke arah Mia. Keningnya mengernyit.
"Tolong, jangan marah padaku. Aku sudah menahannya dari tadi. Tapi kali ini sudah tidak bisa ditahan lagi" ucap Mia.
Tio hanya diam tidak menjawab, dan tetap melajukan mobilnya. Tetapi, saat mobil yang mereka kendarai melintasi sebuah pom bensin, Tio langsung memutar masuk ke dalam area pom bensin.
Tio menghentikan mobilnya dan memarkir kendaraannya tak jauh dari toilet pom bensin.
"Turun lah !" ucap Tio.
Tanpa pikir panjang Mia langsung turun dari mobil, dan melangkah dengan cepat menuju toilet. Sedangkan Tio menunggu di dalam mobil.
Tak lama kemudian, Tio dikejutkan dengan suara ketukan yang berasal dari luar kaca mobilnya.
Tio membuka kaca mobilnya dan melihat Mia berdiri di sana.
"Apa lagi ?" tanya Tio dengan nada suara yang meninggi.
"Itu... Pintu toiletnya rusak tidak bisa dikunci. Aku bisa minta tolong enggak ? Kamu berjaga di depan pintu kamar mandi sebentar saja. Aku takut kalau ada orang yang enggak sengaja masuk" ucap Mia.
Aduh, dia pasti mikir kalau aku banyak maunya nih. Lagian kenapa sih mesti ada drama pintu yang rusak. Ini beneran deh, si pintu ngajak gelut ! Enggak tahu apa orang sudah kebelet !
Batin Mia.
Tidak ada jawaban dari Tio. Tapi tak lama kemudian, dia mematikan mesin mobil dan turun dari mobilnya.
Dia melangkah duluan sampai ke depan pintu toilet sedangkan Mia tertatih mengikutinya dari belakang.
"Masuk lah !" ucap Tio.
"Dan kamu akan berjaga di depan pintu kan ?" tanya Mia memastikan.
"Hmmmm.." ucap Tio.
Mia bernafas lega. Mia langsung masuk ke dalam toilet.
Selang beberapa menit kemudian, Mia keluar dari dalam toilet. Mia melihat Tio masih berjaga dengan berdiri membelakangi pintu Toilet.
"Tio, aku sudah selesai. Ayo kita pergi dari sini !" ucap Mia menarik lengan baju Tio.
Tio menatap lama, tangan Mia yang masih menangkring di lengan bajunya. Sorot matanya tajam.
Dia kenapa ?
Batin Mia.
"Oops.. Maaf ! Aku tidak sengaja menariknya. Aku hanya ingin memberitahumu kalau aku sudah selesai. Tapi, tanganku bersih kok. Sudah cuci tangan juga, di dalam tadi" ucap Mia dengan senyum yang sangat di paksakan.
Tio hanya diam dan menatap Mia dengan tatapan tajam. Dia lalu beranjak pergi, saat Mia melepaskan cengkramannya pada lengan baju Tio.
Mereka kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan. Sekali lagi Mia mencuri pandang ke arah Tio.
Apa-apaan dia tadi ? Kenapa dia melotot sewaktu aku tidak sengaja menarik lengan bajunya ? Apa dia marah ya karena aku mencoba menyentuhnya ?
Batin Mia.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 40 menit, mereka tiba di rumah Mia.
Mia melepas safety beltnya dan turun dari mobil. Tetapi dia menghentikan langkahnya saat melihat Tio yang melepaskan safety beltnya juga.
"Hmm.. Kamu tidak perlu turun. Tidak apa-apa. Nanti aku yang akan menyampaikan salammu untuk Ibuku" ucap Mia yang berdiri di samping kaca mobil Tio.
Tio terdiam. Dia memandang Mia dengan tatapan tidak suka. Tio lalu kembali memasang safety beltnya dan pergi begitu saja dengan mobil yang melaju kencang.
Astaga, apa dia sebenarnya bercita-cita menjadi pembalap ? Serasa habis senam jantung aku dibuatnya tadi. Cara bicaranya juga tidak ramah. Semakin hari cara bicaranya semakin singkat saja. Untung ganteng ! Jadi masih bisa dimaafin.
Batin Mia.
Mia kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di rumah, Pak Arif dan Ibu Nurjanah yang sudah tidak sabar menunggu kabar dari Mia langsung menghampiri Mia yang baru saja duduk di kursi ruang tamu, merebahkan diri.
"Sudah pulang Mia ? Tio dimana ? Kenapa tidak mampir ?" tanya Pak Arif.
"Tadi sepertinya dia mau mampir, Bu. Tetapi karena aku takut dia ada pekerjaan yang lebih penting jadi aku bilang padanya tidak perlu turun, nanti akan kusampaikan saja salamnya" ucap Mia.
"Kenapa denganmu ? Orang mau mampir kok dilarang ? Bagaimana kalau sikapmu tadi membuatnya tersinggung ?" ucap Ibu Nurjanah.
Mia tertawa.
"Mana ada orang tersinggung karena tidak disuruh mampir, Bu" ucap Mia.
Dia juga pasti senang karena tidak perlu berbasa-basi dengan kedua orang tuaku.
Batin Mia.
"Jadi, bagaimana ? Apa kau menyetujui perjodohannya. Apa yang kamu katakan pada Ibu Tio ?" ucap Ibu Mia yang tidak sabar menunggu jawaban Mia.
Mia menghela nafas panjang. Menatap dalam kedua bola mata Ayahnya dan Ibunya.
"Aku bilang pada Ibu Tio, bahwa aku menyetujuinya" ucap Mia.
Sontak Pak Arif dan Ibu Nurjanah terkejut mendengarnya. Senyuman sumringah terpancar dari keduanya.
*********
Sedangkan, di kediaman Tio.
Tio yang baru saja tiba dirumah setelah mengantar Mia, terkejut mendapati Mamanya yang telah duduk manis di ruang tamu untuk menunggunya.
Tio yang berpura-pura tidak menanggapi keberadaan mamanya, terpaksa menghentikan langkah kakinya yang sedang menaiki tangga, saat mamanya buru-buru memanggilnya.
"Tio sayang, ayo duduk sini !" ucap Mama Tio.
Dengan raut wajah yang lesu, Tio terpaksa berbalik menghampiri mamanya.
"Sudah aku bilang, jangan panggil aku sayang, Ma. Aku ini sudah dewasa" ucap Tio.
Mama Tio tersenyum.
"Loh, kenapa ? Papa kamu suka kok kalau mama panggil sayang" ucap Mama Tio.
"Heh... Papa lagi ! Jangan disamakan aku sama papa. Papa kan memang paling enggak bisa membantah ucapan mama" ucap Tio.
"Oh, ya ? Berarti sama kayak kamu dong ! Enggak bisa membantah ucapan mama" ucap Mama Tio.
Tio mengernyit.
"Iya, baru kali ini anak mama jadi anak yang penurut. Setelah puluhan purnama kamu menolak perjodohan yang sudah mama dan papamu atur. Akhirnya kamu menyetujuinya kali ini" ucap Mama Tio.
"Aku melakukan itu agar mama dan papa berhenti menjodohkanku" ucap Tio.
"Oh ya ? Yakin, bukan karena hal lain ?" tanya Mama Tio.
"Apa maksud mama ?" tanya Tio.
"Kalian berasal dari Sekolah yang sama, apa kalian memang tidak saling mengenal sewaktu itu ?" tanya mama Tio.
"Mama kalau mau bertanya itu langsung ke intinya saja. Tidak perlu berbelit-belit seperti ini. Bukankah Mia sudah menjawabnya sewaktu kita makan malam kemarin" ucap Tio.
"Oh, ya ? Mama pikir kamu punya jawaban yang berbeda. Habisnya cuma Mia yang menjawab saat itu" ucap Mama Tio.
Raut wajah Tio terlihat kesal.
"Kalau tidak ada yang mau diobrolin lagi, Tio naik ke atas, Ma" ucap Tio yang sudah mau berbalik kembali menaiki tangga.
"Jangan lupa besok setelah pulang kerja kalian mampir ke butik langganan mama. Desainernya akan mengukur ukuran baju yang akan kalian kenakan untuk pesta pertunangan nanti" ucap Mama Tio.
"Pesta pertunangan ?" tanya Tio.
"Loh, tampaknya kamu belum tahu ya ? Mia sudah menjawab setuju untuk menerima perjodohan kalian. Mia tidak cerita ?" ucap Mama Tio.
Tio nampak kaget mendengar ucapan mamanya. Namun, setelahnya dia kembali melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Dasar anak nakal ! Kamu pikir ada yang bisa luput dari pengawasan mama. Tatapan mereka saat pertama kali dikenalkan, seperti bukan tatapan mata orang yang baru pertama kali bertemu..
Batin Mama Tio.
Masih flat ya.. besok alur nanjak ya 🤭 Tapi, jangan lupa like, komen dan vote ya untuk bab ini.. Aku padamu gaessss 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TIO SBENARNYA MSH MARAH TU SAMA MIA SAAT TIO MNTA KONFIRMASI KE MIA KNP HADIAH JEPIT RAMBUT & SURAT DIBRIKAN KE MIA, DN JAWABN MIA YG BUAT TIO KCEWA MA MIA.. PADAHL TIO UDH UNGKAPN PRASAANNYA KE MIA DI SURAT ITU, & RAHASIANYA HNY FI KETAHUI ZIZI, ZIZI MMG GK PUNYA AHKLAK, MRAHASIAKN HINGGA BELASAN TAHUN
2023-02-11
0
Rina
bagus tor, cuma disini yang bikin kesal si Mia.. ngga tanya dulu ke Tio, trus suka menyimpulkan sendiri
2022-10-07
1
Jong Nyuk Tjen
ketauan deh am mama tio kl mereka dulu pny perasaan sayang
2021-11-13
0