Dilema

"Aku setuju menerima perjodohan ini, kalau itu kemauan kakek dan papa" ucap Tio mengulangi ucapannya.

Semua orang yang berada di meja makan terkejut mendengar pernyataan Tio barusan.

Namun tak lama, sebuah senyuman mengembang dari masing-masing bibir mereka. Mereka kaget sekaligus senang, karena memang itu keputusan yang mereka harapkan. Terutama dengan Ibu Nurjanah yang sangat berseri-seri dan antusias mendengar keputusan Tio.

Tetapi, tidak begitu dengan Mia. Perasaannya campur aduk sekarang. Dia merasa ada maksud tersembunyi di balik keputusan Tio barusan.

"Tio sudah memutuskan untuk setuju. Jadi bagaimana denganmu Mia ?" tanya kakek Tio.

Mia yang semula menunduk, sekarang mengangkat kepalanya. Menatap satu persatu orang di sekelilingnya yang penasaran sedang menunggu jawabannya.

"Aku.. aku..." ucap Mia terbata.

Bagaimana kata-kata yang pantas untuk menolak dengan halus ya ? Aku tidak ingin perjodohan ini terjadi. Tio pasti menyetujui ini karena terpaksa mengikuti kemauan kakek dan orang tuanya.

Batin Mia.

Mia lalu melirik ke arah Ibunya. Ibunya menatap Mia dengan tatapan penuh harap. Tatapan mata yang seakan mengatakan untuk berkata 'jawab iya saja'.

Mia bimbang dengan pilihannya. Bibirnya ingin berkata 'iya' agar Ibunya tidak kecewa, tetapi hati kecilnya tidak menginginkan perjodohan ini. Alhasil, bibirnya menjadi kelu dan membuat dirinya bungkam seketika.

"Mungkin Mia masih bingung dan kaget dengan keadaan ini. Ibu sangat mengerti itu" ucap Mama Tio.

"Karena besok masih weekend, bagaimana kalau besok Mia ke sini lagi. Kita mengobrol dan minum teh bersama. Banyak yang ingin Ibu ceritakan pada Mia" ucap Mama Tio yang seolah tahu apa yang sedang dikhawatirkan calon menantunya itu.

"Besok masih libur kan ?" tanya Mama Tio.

Mia mengangguk.

"Kalau begitu Mia akan datang ke sini kan ?" tanya Mama Tio.

Dengan ragu-ragu Mia menganggukan kepalanya.

"Iya, Bu" ucap Mia.

"Bagus. Besok biar Tio yang Ibu suruh menjemputmu ke sini" ucap Mama Tio.

"Oh, tidak perlu Bu. Saya bisa naik ojek ke sini" ucap Mia.

"Loh, enggak apa-apa. Besok juga Tio libur bekerja. Tidak ke kantor kok" ucap Mama Tio.

Melihat anaknya yang terus menolak, Ibu Mia angkat bicara.

"Iya, Nanti Mia sama Nak Tio saja perginya. Maklum, Mia ini tipe anak yang takut merepotkan, Bu Lesta" ucap Ibu Mia.

Mama Tio tersenyum mendengarnya.

"Tidak ada yang direpotkan kok, Bu" ucap Mama Tio.

Mereka lalu kembali berbincang ringan di atas meja makan, setelah itu Mia dan keluarganya pulang ke rumah.

************

Keesokan harinya, jam telah menunjukkan pukul 15:00 Sore. Mia yang telah memakai baju casual yang di padupadankan dengan rok di bawah lutut, sibuk mondar-mandir di ruang tamu. Dia kelihatan cemas dan gugup.

"Bisa minggir enggak sih kak ? Aku yang dari tadi mau nonton televisi jadi terganggu nih !" ucap Tirta, adiknya Mia.

"Ya, ampun. Cuma gara-gara ketutupan nonton televisi saja ributnya sudah mirip emak-emak mau kondangan. Heboh banget kamu jadi orang !" ucap Mia.

Tirta lalu melirik Mia yang sudah berpakaian rapi, dari atas ke bawah.

"Mentang-mentang, yang sebentar lagi jadi emak-emak. Jadi naluri ngomel-ngomelnya keluar deh. Kasihan banget nasib kakak ipar punya istri modelan begini. Kak Mia menang lotere, lah kakak ipar ketimpa tangga !" ucap Tirta yang terus nyerocos mulus kayak jalan tol.

Mia melotot mendengarnya.

Punya adik modelan begini memang harus punya stock sabar yang berlimpah. Mulutnya itu loh ! Seakan, sudah di asah untuk menghujat. Modelan kayak adikku ini sih, kalau melihat dari tingkah lakunya bakalan masuk neraka jalur akselerasi.

Batin Mia.

"Dasar adik enggak ada ahlak ! Mumet aku lama-lama ngobrol berdua sama kamu disini !" ucap Mia meninggalkan adiknya di ruang tamu.

Mia lalu mencari Ibunya di dapur. Sang Ibu yang sibuk memanggang kue, terkejut saat menyadari anaknya sudah berdiri di pintu dapur.

foto : Mia.

"Kenapa berdiri disini ? Jangan menyender ke pintu ya. Nanti baju kamu kotor. Sebentar lagi kan mau pergi ke rumah Tio" ucap Ibu Mia.

Wajah Mia terlihat cemberut.

"Ibu aku tidak mau pergi ke sana. Kalau aku sudah ke sana, nanti bakal sulit bagiku untuk mundur lagi" ucap Mia.

"Kita batalin saja ya Bu, perjodohan ini. Kita enggak bakalan cocok dengan mereka. Pola hidup kita juga berbeda dengan mereka" sambung Mia.

Ibu mematikan ovennya.

"Usiamu sudah 27 tahun, kapan lagi kamu mau menikah ?" ucap Ibu.

"Aku akan menikah nanti. Tapi tidak dengan Tio, Bu !" ucap Mia.

"Kamu selalu bilang akan menikah. Tetapi tidak pernah membawa calon ke sini. Bahkan Ibu tidak pernah mendengar atau melihat kamu mempunyai pacar. Anak seperti kamu ini, memang harus di carikan pasangannya. Kalau tidak kamu akan terus kebablasan buat menggadis selamanya" ucap Ibu Mia.

"Ada kebetulan yang seperti ini, seharusnya kamu bersyukur. Apalagi yang mau dijodohkan denganmu ini, anak yang berasal dari keluarga baik-baik dan kaya raya. Pokonya Ibu tidak mau kamu berpikir dua kali untuk menerima perjodohan ini. Kamu harus menyetujuinya kalau mau bikin Ayah dan Ibumu senang" ucap Ibu Nurjanah.

Mia menghela nafas.

"Bu, aku benar-benar tidak mau menikah dengan Tio. Kalau ada pilihan yang lain, aku pasti memilih yang lain Bu" ucap Mia yang berkata sambil mengejar Ibunya ke ruang tamu.

Tapi tiba-tiba, Mia dan Ibunya membatu seketika. Tatkala melihat Tio yang sudah duduk di kursi ruang tamu.

Eh, Sejak kapan dia disini ? Dia tidak mendengar semuanya kan ?

Batin Mia.

" Nak Tio, sudah datang ya ? Sudah lama ? Sejak kapan disini ?" tanya Bu Nurjanah gelagapan.

Mata Bu Nurjanah langsung melirik Mia. Sorot matanya tajam Seolah berkata 'jaga kelakuan dan ucapanmu'.

"Belum lama, Bu. Tirta tadi yang mempersilahkan saya masuk" ucap Tio.

"Sekarang Tirtanya kemana ?" tanya Ibu Mia.

"Dia langsung keluar tadi" ucap Tio.

Dasar adik enggak guna ! dia pasti sengaja menyuruh Tio masuk tanpa bilang ke aku dan Ibu. Rasanya pingin aku tampol anak itu sekarang !

Batin Mia.

"Kalau begitu Nak Tio mau minum apa ?" tanya Ibu Mia.

"Tidak perlu repot-repot, Bu. Mama sudah menunggu di rumah" ucap Tio.

"Oh, ya sudah. Kalau begitu, tunggu sebentar. Ibu mau ambil kue dulu di dapur, buat diberikan pada Mama Tio" ucap Ibu Mia.

Tio dan Mia akhirnya pergi, setelah Ibu Mia memberikan kotak makanan yang berisikan kue.

**********

Di dalam mobil yang dikendarai oleh Tio, Mia dan Tio hanya berdiam diri satu sama lain. Selama perjalanan tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir mereka masing-masing. Sehingga keadaan menjadi hening dan menciptakan suasana canggung bagi keduanya.

Mia melirik ke samping. Menatap pria di sebelahnya yang terlihat fokus sedang menyetir.

Kira-kira dia dengar enggak ya, obrolan aku sama Ibu tadi. Gawat kalau sampai dia mendengarnya. Pasti dia bakal tersinggung. Gadis sepertiku, bisa-bisanya menolak perjodohan ini.

Batin Mia.

Tio yang merasa dirinya sedang di perhatikan oleh Mia, langsung refleks menoleh ke arah Mia. Mia nampak kaget. Mata mereka bertemu sekarang.

Kenapa dengan sorot matanya itu. Sepertinya terlihat kesal ? Tapi dia kesal kenapa ya ?

Batin Mia.

Tiba-tiba, Tio menginjak pedal gasnya lebih dalam. Mobil melaju kencang, layaknya di sirkuit balap.

Mia yang ketakutan dengan cara mengemudi Tio, hanya bisa berpengangan pada safety belt. Wajahnya pucat menahan tangis.

Dia ini kenapa sih tiba-tiba begini ? Kesambet ?

Batin Mia.

********

Sesampainya di rumah Tio, kedatangan Mia langsung di sambut oleh mama Tio.

"Loh, sayang. Mukamu kenapa pucat ? Apa kamu sakit ?" tanya mama Tio.

"Oh, enggak kok Bu. Saya baik-baik saja" ucap Mia berkilah.

"Ini ada titipan kue dari Ibu saya, Bu. Semoga Ibu menyukainya" ucap Mia.

Mama Tio menyambut kotak makanan yang diberikan oleh Mia.

"Repot banget. Nanti bilang sama Ibunya terima kasih ya buat kuenya" ucap Mama Tio.

Mia mengangguk.

"Iya, Bu" jawab Mia.

"Tio, Nanti, kamu jangan kemana-mana dulu ya. Mama mau mengobrol berdua sama Mia di taman. Nanti kalau kami sudah selesai mengobrol, kamu antar Mia kembali" ucap Mama Tio.

Tio tidak menjawab. Dia hanya melirik sekilas pada Mia yang berdiri di sebelah Mamanya, lalu pergi naik ke tangga menuju ke kamarnya di lantai dua.

"Dasar anak nakal ! Persis seperti papanya yang irit bicara" ucap Mama Tio.

"Ayo Mia, kita ke taman belakang sekarang" ajak Mama Tio.

Mereka lalu melangkah bersama menuju taman.

Sesampai di taman, Mama Tio mengajak Mia duduk bersama di bangku taman. Sebuah teko yang berisi teh hangat dan beberapa potongan cake yang terletak di atas piring menemani obrolan mereka sore itu.

"Ibu Mia pandai membuat kue ya ?" ucap Mama Tio memulai obrolan.

"Iya, Bu. Bahkan ada beberapa tetangga yang suka memesan kue pada Ibu, bila ada hajatan" ucap Mia.

"Berarti Mia juga pandai membuat kue ya ?" tanya Mama Tio.

"Hmm.. Kalau dulu sebelum bekerja, aku sering membantu Ibu membuat pesanan kue. Tetapi kalau sekarang sudah jarang, Bu. Palingan kalau libur bekerja saja" ucap Mia.

"Berarti Mia pandai memasak juga ya ?" tanya Mama Tio.

"Tidak pandai, tetapi bisa kalau dikatakan dapat memasak, Bu" ucap Mia.

Baguslah setidaknya anakku tidak kelaparan, karena ada yang memasak untuknya nanti.

Batin Mama Tio.

"Mia, Ibu tidak tahu apa yang membuatmu bimbang soal Tio. Tapi itu Ibu anggap wajar karena kalian belum lama saling mengenal dan tiba-tiba harus dijodohkan" ucap Mama Tio.

"Maka dari itu, Biar Ibu ceritakan tentang Tio kepadamu, agar Mia lebih mengenal Tio" sambung Mama Tio.

Mata mama Tio menerawang menatap tanaman hias yang berada di sekeliling taman. Dia lalu mulai bercerita.

"Sama seperti Mia, Tio juga merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Bedanya adik Tio itu perempuan. Namanya Kezia, dan sekarang lagi kuliah di luar negeri" ucap Mama Tio.

Oh, Tio punya adik perempuan ternyata.

Batin Mia.

"Tio itu anak yang manja. Semua keinginannya selalu di penuhi oleh papanya. Sebenarnya Ibu kurang suka pola asuh anak seperti itu. Ibu takut hal itu nantinya membuat anak-anak Ibu, menjadi anak yang egois" ucap Mama Tio.

"Tetapi, sepertinya hal ini tidak berpengaruh pada Tio. Dia tumbuh menjadi anak yang cerdas, patuh pada orang tua dan tidak pernah berbuat hal yang menyakiti orang lain" ucap Mama Tio.

Tidak pernah menyakiti orang lain ? Sepertinya, mamanya Tio enggak tahu sifat anaknya yang sebenarnya. Dari SMA dia telah menolak puluhan gadis populer di sekolah dengan mulutnya yang pedas. Belum lagi, barusan anaknya membuat anak gadis orang takut dan hampir menangis, karena mengendarai mobil secara ugal-ugalan di jalan raya. Dan yang terakhir, yang paling membekas di ingatanku, anaknya tega menjadikan orang lain sebagai tameng untuk mencapai tujuannya. Andai Mama Tio tahu kelakuan anaknya kayak gitu, mungkin dia bakalan koma satu bulan di rumah sakit.

Batin Mia.

Mia menarik nafas panjang dan kembali fokus mendengar cerita mama Tio.

"Tamat sekolah, Tio langsung menyetujui usul ayahnya untuk pergi kuliah ke luar negeri. Karena suatu saat nanti dia akan menjadi pimpinan di Perusahaan ayahnya. Mau tidak mau, dia harus mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai manajemen bisnis" ucap Mama Tio.

"Walaupun dia berada di sana, Ibu selalu mengawasi tingkah lakunya di sana melalui laporan dari pamannya. Ibu juga sempat mendengar kabar kalau Tio dekat dengan beberapa model dan perempuan yang menjadi kolega bisnisnya. Tetapi sampai saat ini, tidak ada satupun yang di ajaknya ke rumah untuk dikenalkan. Dia selalu beralasan kalau itu semua hanya untuk tujuan bisnis" ucap Mama Tio.

"Selalu saja ada alasannya bila disuruh menikah. Belum ada yang cocoklah, fokus bekerjalah dan masih banyak lagi alasan yang dia berikan. Jujur saja ini bukan yang pertama kali kami menjodohkannya. Karena takut dia berbuat diluar norma dan terlalu santai dengan kebebasannya, maka kami membantu Tio mencarikan calon istri. Tetapi, setelah bertemu calon yang akan dijodohkan dengan dirinya, dia selalu menolak dan hubungan tidak pernah berlanjut lagi" ucap Mama Tio.

Mama Tio lalu menatap Mia dengan tersenyum.

"Dan kami sempat kaget saat semalam Tio bilang menyetujui perjodohan ini dengan mudah. Ibu tahu, Tio orang yang penuh pertimbangan. Pasti ada alasan tertentu mengapa Tio setuju dijodohkan dengan Mia" ucap Mama Tio.

Apa ini artinya aku hanya dijadikan tameng, agar Ibunya berhenti menjodohkannya dengan orang lain ?

Batin Mia.

"Ibu tahu kamu belum yakin pada Tio karena kalian belum lama saling mengenal. Dan walaupun Ibu belum tahu apa alasan Tio memilihmu, tapi Ibu yakin Tio itu orang yang sangat bertanggung jawab pada pilihannya" ucap Mama Tio.

"Jadi, kamu mau kan mencoba memberikan kepercayaan pada Tio dengan cara menerima perjodohan ini ?" tanya Mama Tio.

Mia menghela nafas panjang.

"Tapi, saya punya banyak kekurangan Bu. Apa nanti ibu tidak malu punya menantu seperti saya ?" ucap Mia.

"Loh, kenapa ? Ibu juga bukan berasal dari keluarga yang kaya. Orang tua ibu hanya bekerja menjual makanan dengan membuka warung pecel lele tadinya" ucap Mama Tio.

Mia memandang wajah Mamanya Tio.

"Tapi, Ibu cantik. Sedangkan saya..." ucap Mia terbata.

"Kamu juga cantik kok. Buktinya Tio mau dijodohkan denganmu" ucap Mama Tio.

Bukan itu alasan Tio mau dijodohkan denganku, Bu.

Batin Mia.

"Jadi, bagaimana ? Mia mau kan menerima perjodohan ini ?" ulang Mama Tio.

Mia melirik kotak kue pemberian Ibunya di atas meja. Ingatannya berputar kembali pada kejadian tadi pagi. Betapa semangatnya Ibunya membuat kue tersebut sebagai buah tangan untuk Ibu Tio. Ibu Mia sangat berharap Orang tua Tio menyukai anaknya seperti menyukai kue pemberiannya.

Tiba-tiba Mia membayangkan, wajah kecewa ibunya bila dia menolak perjodohan ini.

Mia kembali menatap Mama Tio. Melihat senyuman tulus yang berasal dari wajahnya, membuat Mia juga tidak tega untuk berkata tidak.

Mia dilema. Baru kali ini dia bingung untuk menentukan sebuah pilihan. Setelah berpikir lama, akhirnya Mia mengambil keputusan.

Mia menatap Mama Tio, dan perlahan dia menganggukan kepalanya, sebagai tanda setuju menerima perjodohan ini.

Senyum Mama Tio langsung mengembang seketika.

Likenya dongggg ! Komen dan votenya ya gaes.... 🙏🏼😘

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SEBENARNYA TIO MMG MNYUKAI MIA, TPI GARA2 RUMOR YG SERING MNGATAKN SETIAP CWOK YG DEKAT DGN HNY BATU LONCATN UNTUK BISA DKT SAMA ZIZI, DN DIPERPARAH SAAT MIA BAWA HADIAH DARI TIO UNTUKNYA, KTEMU RIZKI.. AKHIRNYA HADIAHNYA DIBERIKN KE ZIZI, PARAHNYA ZIZI JG GK NGOMONG KE MIA, DN TRJADILAH SALAH FAHAM SAAT TIO MNTA KONFIRMASI KE MIA..

2023-02-11

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

hadir😍

2020-12-18

0

🥀Renata

🥀Renata

Lanjut kak Cit, Semangat

2020-12-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!