Ujian kelulusan kelas 12 pun semakin dekat. Tio yang biasa bertemu dengan Mia di taman kota untuk belajar bersama, akhir-akhir ini tidak dapat datang ke sana lagi, dikarenakan sibuk belajar private di rumah.
Belum lagi di sekolah juga ada les tambahan bagi siswa kelas 12 yang akan segera mengikuti ujian kelulusan.
Di lapangan sekolah, Tio dan teman-temannya sedang duduk beristirahat karena kecapek'an sehabis bermain basket.
Kebetulan juga hari ini merupakan jadwal mata pelajaran olahraga di kelas Mia.
Pandangan mata Tio langsung tertuju pada Mia yang sedang asyik mengobrol dengan kedua sahabatnya Zizi dan Rahma yang sedang melakukan pemanasan.
Tanpa sadar Tio tersenyum melihat Mia dari kejauhan.
Rasanya sudah seminggu aku tidak bertemu Mia di taman kota. Bagaimana dengan nilai-nilai pelajarannya ya. Apakah sudah jauh lebih baik.
Batin Tio.
foto : Mia.
Rifky, Varel, dan Afkar yang melihat Tio tersenyum sambil menghadap ke arah Mia, malah salah menduga dan mengira Tio sedang memperhatikan Zizi.
"Cie, yang senyum-senyum enggak jelas. Lagi ada adek kelas yang ditaksir ya disana ? Yang mana nih ?" ucap Afkar sambil ikut melirik ke arah siswa kelas 11 yang sedang melakukan pemanasan.
"Pasti Zizi lah. Memang yang mana lagi kalau bukan dia yang pantas menjadi pacarnya Tio" ucap Ricky.
"Sok tahu kalian !" ucap Tio yang terlihat malas menanggapi ucapan teman-temannya.
Tio lalu terdiam sebentar. Dia tampak sedang berpikir. Lalu pada akhirnya kembali membuka suaranya.
"Menurut kalian hadiah apa yang pantas diberikan pada seorang perempuan ?" tanya Tio tiba-tiba.
Afkar, Ricky dan Varel terkejut mendengar ucapan Tio. Bagi mereka baru kali ini Tio mau memberikan hadiah untuk seorang perempuan.
"Ada apa sih Tio ? Apa mulutmu bermasalah karena kecapek'an ?" tanya Varel diiringi tawa Afkar dan Ricky.
"Sudah jawab saja !" ucap Tio.
Ricky lalu melirik ke arah Zizi yang sedang memakai jepit rambut berhiaskan pita bewarna merah muda.
Kalau diperhatikan, setiap hari Zizi memang suka memakai jepit rambut.
Batin Ricky.
"Bukankah sudah jelas, kau harus memberinya jepit rambut" ucap Ricky.
"Jepit rambut ?" ucap Tio.
Apa dia akan menyukainya ya ? Aku tidak pernah melihatnya memakai jepit rambut.
Batin Tio.
"Apa kau yakin semua perempuan akan suka kalau diberi hadiah jepit rambut ?" tanya Tio ragu.
"Yakinlah.. Sudah, cepat di tembak nanti keburu di ambil orang lagi. Nanti aku temani kamu membelinya. Kebetulan aku juga akan membeli kado untuk hadiah ulang tahun pacarku" ucap Ricky.
Tio mengangguk merespon ucapan Ricky.
***********
Pagi yang cerah mengiring hari ini. Sinar mentari yang hangat dan penuh kelembutan meresap ke dalam tubuh setiap insan yang berlalu lalang di waktu pagi.
Mia yang baru saja menjajalkan kakinya memasuki gerbang sekolah terkejut mendapati Tio yang sedang menunggunya di parkiran sekolah.
"Mia !" teriak Tio yang memanggilnya.
Mia lalu berjalan melangkah menghampiri Tio.
"Kak Tio ada apa ?" tanya Mia.
"Ada yang ingin kuberikan padamu" ucap Tio sambil menyodorkan sebuah kotak hitam kecil yang telah diberi pita.
"Ini untuk siapa kak ?" tanya Mia untuk meyakinkan.
"Didalamnya ada sebuah surat. Kau akan tahu untuk siapa hadiah ini" ucap Tio seraya tersenyum.
Deg !
Hati Mia tiba-tiba berdebar kencang. Tangannya gemetar memegang kotak pemberian Tio. Perasaan bahagia menghinggapinya.
"Kalau begitu, aku masuk ke dalam kelas dulu ya" ucap Tio sambil melangkah pergi.
Kenapa dia mau memberiku hadiah ya ? Tapi untuk apa ? Apa dia menaruh perasaan kepadaku ? Tapi orang sepopuler seperti kak Tio mau denganku ? rasanya tidak mungkin. Tapi.. Bisa saja kan dia menaruh hati karena kami selama ini telah melewati hari-hari bersama...
Batin Mia.
Dengan rasa penasaran yang kuat, Mia melangkah menuju kelasnya. Dia sudah sangat tidak sabar untuk membuka isi kotak pemberian Tio. Terutama untuk membaca surat yang berada di dalam kotak yang dibicarakan Tio.
Namun di tengah perjalanan menuju kelasnya, Mia berpapasan dengan Ricky.
Ricky yang melihat Mia datang dengan membawa kotak hitam yang dihiasi pita, menghentikan langkah Mia.
"Eits, tunggu dulu. Ini pasti pemberian Tio ya ? " tanya Ricky.
Mia mengangguk.
"Kok kakak tahu ?" ucap Mia dengan pipi bersemu merah.
"Tentu saja aku tahu. Kan, aku yang menemani Tio memilih hadiah untuk Zizi" ucap Ricky.
Duarrr !
Hati Mia seperti tersengat listrik. Aliran darahnya seakan-akan berhenti mengalir untuk sesaat.
"Untuk Zizi ?" ucap Mia gugup.
"Iya. Memang untuk siapa lagi kalau bukan untuk Zizi. Aku tidak sabar melihat pasangan fenomenal dan serasi seperti mereka pacaran. Jangan lupa cerita padaku nanti ya, bagaimana reaksi Zizi saat menerima hadiah ini. Ini barang kesukaannya. Aku harap dia menyukai hadiah pemberian Tio ini" ucap Ricky.
Ricky kemudian berlalu meninggalkan Mia.
Mia yang merasa tak percaya mendengar ucapan Ricky, akhirnya memberanikan diri membuka kotak hadiah tersebut.
Betapa terkejutnya Mia saat mengetahui isi kado tersebut. Sebuah jepit rambut, benda favorit yang sangat disukai Zizi. Tiba-tiba ada genangan air yang mengalir dari sudut matanya. Air matanya mulai luruh membasahi pipinya.
"Loh, Mia. Kenapa berdiri disini ?" tanya Zizi yang baru saja tiba dan menyapa Mia di depan perkarangan kelas mereka.
Cepat-cepat Mia menyeka air matanya.
"Tidak apa-apa. Masuk yuk !" ajak Mia.
Mereka lalu beranjak ke dalam kelas.
"Matamu merah kenapa Mia ?" tanya Zizi.
"Oh, ini. Sewaktu naik motor ke sekolahan tadi mataku kemasukan debu. Aku lupa membawa helm" ucap Mia.
"Oh, kirain kenapa" ucap Zizi.
"Eh, itu apa Mia ?" tanya Rahma yang menghampiri meja mereka.
"Hmm.. ini.. ini hadiah dari kak Tio untuk Zizi" ucap Mia.
Deg !
Zizi langsung merona. Ada sinar kebahagiaan yang terpancar dari raut wajahnya sekarang.
"Cie, yang diberi hadiah sama kak Tio. Emang sudah paling cocok deh pasangan Zizi dan kak Tio. Yang satu ganteng dan yang satunya cantik !" ucap Novi teman satu bangkunya Rahma yang terkenal sebagai biang gosip di kelas itu.
"Woii, teman-teman. Zizi dapat hadiah nih dari kak Tio" teriak Novi seketika.
Orang-orang yang berada di dalam kelaspun berdatangan menghampiri meja Zizi dan Mia.
"Buka.. Buka.. !" pinta teman-teman mereka yang berada di dalam kelas.
Zizi lalu menuruti perintah teman-temannya untuk membuka kotak hadiah pemberian Tio.
Semua orang bersorak riuh saat mengetahui bahwa isi kotak itu adalah jepit rambut. Benda yang memang pantas bersarang di rambut Zizi yang cantik.
"Pakai.. pakai.. !" teriak teman-teman mereka kembali.
Zizi tanpa segan langsung memakainya.
"Eh, ada suratnya loh ! Ayo dibaca Zi" ucap Rahma.
Dengan perasaan berbunga-bunga, Zizi membuka amplop surat itu dan membacanya sekilas. Matanya terbelalak. Dia merasa down seketika.
"Apa isinya ? bacain dong ! Kita juga pingin tahu nih" ucap Novi.
Zizi melirik ke arah Mia. Dia menarik nafas panjang dan terdengar menelan slavinanya.
"Rahasia dong ! Namanya juga surat cinta. Malu kalau dibaca disini" ucap Zizi sambil tersenyum.
Suara tawa riuh kembali memenuhi ruangan.
*********
Pelajaran pagi ini pun dimulai. Kedua gadis yang duduk satu meja itu tidak bisa konsentrasi menyerap pelajaran pagi ini.
Mia yang diselimuti perasaan kecewa dengan sikap Tio yang dianggapnya hanya memanfaatkan dirinya selama ini.
Sedangkan Zizi yang merasa sakit hati karena membaca isi surat tersebut yang bukan ditujukan sama sekali kepada dirinya.
Sepertinya Mia tidak mengetahui kalau surat dan hadiah ini untuk dirinya. Aku pura-pura tidak tahu saja. Toh, dia sendiri kan yang memberi kado dan surat ini kepadaku. Jadi ini bukan salahku. Lagipula kalau aku bilang ini hadiah dan surat untuk Mia, aku pasti ditertawakan oleh teman-teman sekelas karena dikalahkan oleh orang seperti Mia. Huft, aku benar-benar tidak menyangka cintaku bertepuk sebelah tangan. Orang yang aku suka ternyata menyukai Mia. Lucu sekali.
Batin Zizi.
************
Jam istirahat siangpun tiba. Murid-murid mulai berhamburan menyerbu kantin sekolah untuk mengisi perut mereka.
Mia yang tidak mempunyai selera makan, hanya berdiam diri di dalam kelas. Sedangkan Zizi dan Rahma pergi ke kantin untuk makan siang.
Mia duduk di kursinya, dengan menggulingkan kepalanya di atas meja. Pikirannya melayang jauh. Perasaan di dadanya berkecamuk. Namun tiba-tiba, suara seorang pria yang sangat dikenalnya membuyarkan lamunanya.
"Bisa kita berbicara sebentar ?" ucap Tio yang tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya.
Mia menyetujuinya. Dia melangkah keluar kelas mengikuti Tio yang mengajaknya berbicara di halaman belakang sekolah.
"Sewaktu aku ke kantin, aku melihat Zizi mengenakan jepit rambut yang kuberi tadi pagi. Apa itu kamu yang memberikannya ?" tanya Tio.
Apa maksud pertanyaannya ini ? Apa ini sebagai ucapan tanda terima kasihnya, karena aku telah membantu menyampaikan hadiahnya.
Batin Mia.
"Iya. Aku yang memberinya. Jepit rambut itu sudah kuberikan" ucap Mia.
Tio terdiam.
Apa dia tidak menyukai hadiahnya ? Apa dia menolakku ? Tapi, setidaknya dia tidak perlu memberikan hadiah pemberianku pada orang lain.
Batin Tio.
"Apa kamu selalu seperti ini ?" tanya Tio.
"Seperti ini ?" Mia mengernyit.
Dia tampak berpikir. Kemudian dia tersenyum sinis.
"Oh, aku mengerti. Iya, aku memang seperti ini. Selalu seperti ini. Semua orang juga tahu kalau aku seperti ini. Jadi kalau kau ingin memberi hadiah lagi. Dengan senang hati aku akan memberinya pada teman baikku itu" ucap Mia.
Tio terkejut mendengar ucapan Mia barusan.
"Tetapi aku justru yang tidak tahu sama sekali tentang kakak. Aku kira kakak berbeda. Kalau tahu selama ini kakak mendekatiku karena mempunyai maksud lain. Lebih baik dari awal kita tidak perlu berteman sedekat ini" ucap Mia.
Tio terdiam. Dia memandang lekat perempuan yang berdiri di hadapannya sekarang. Tio menghela nafas panjang.
Jadi benar, aku tidak boleh mengharapkan lebih dari pertemanan ini.
Batin Tio.
"Baiklah. Kalau begitu aku yang telah salah paham terhadap dirimu. Anggap saja pertemanan kita kemarin hanya angin lalu. Aku tidak akan mengganggumu lagi" ucap Tio.
Tio lalu melangkah pergi meninggalkan Mia yang berdiri mematung di sana. Terdengar sayup-sayup suara isak tangis yang berasal dari Mia. Deraian air mata tak berhenti mengalir dari pipinya. Hatinya terasa begitu pedih sekarang.
Ternyata sama saja. Selama ini, pertemanan itu hanya kedok untuk mendapatkan hati Zizi. Bodoh sekali aku yang beranggapan kalau dirinya menyukaiku. Kenapa aku selemah ini sih. Bukannya kemarin aku sudah bertekad untuk membuang jauh perasaan seperti itu. Kamu memang bodoh Mia !
Batin Mia.
*******
Semenjak kejadian itu. Mia dan Tio tidak pernah bertegur sapa. Walau seringkali mereka berpapasan, tetapi tidak pernah sekalipun mereka saling melempar senyum.
Hingga saat kelulusan tiba. Tio dan teman-teman seangkatannya telah keluar dari sekolah mereka, untuk melanjutkan menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi. Dari rumor yang beredar, Tio akan melanjutkan kuliah ke luar negeri untuk mengambil jurusan bisnis.
Yah, baguslah. Paling tidak kami tidak akan bertemu lagi. Aku harap, aku tidak akan pernah melihatnya lagi.
Batin Mia.
#Jempolnyaaaa dong ! Komen dan vote juga ya .. terima kasih 🙏🏼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
exol
namanya sama kelakuan nya sama Zizi alias jijik 😌😠😠😠
2023-01-23
0
filex 🤧
mia jan salah pihim ama bang tio
2021-03-17
0
Noejan
😍 Hadir ~
2021-01-09
0