Jam telah menunjukkan pukul 15:30 sore. Mia yang telah membuat janji dengan Tio di taman kota, terlihat sedang menunggu kedatangan kakak kelasnya itu.
Dia bakal datang beneran enggak ya ? Atau dia hanya sedang mengerjaiku saja ? Mana mungkin dia mau duduk dan main game bareng disini dengan orang sepertiku.
Batin Mia.
Tiba-tiba suara motor yang baru saja datang, membuyarkan lamunannya. Pria yang mengendarai sepeda motor tersebut turun dari motornya sambil melepas helmnya.
Lah, beneran datang ?
Batin Mia.
"Sudah lama kamu datangnya ?" tanya Tio.
"Belum lama sih, kak" ucap Mia.
"Sorry agak telat. Tadi lagi bimbel dulu sebentar" ucap Tio.
"Ooh, pantas nilai kakak bagus" ucap Mia.
Aku sudah beberapa kali sih melihatnya dari kejauhan saat maju ke depan barisan menerima piala atas prestasinya. Sungguh sebuah paket lengkap. Modelan begini nih, DNA-nya mesti dibudidayakan.
Batin Mia.
foto : Tio.
"Kakak bimbel dimana ? Aku juga mau mempunyai nilai bagus seperti kakak. Siapa tahu kalau aku bimbel disana, nilaiku bisa bagus seperti kakak" ucap Mia.
"Di rumah. Papaku memanggil guru private kerumah" ucap Tio.
Oh, iya. Aku lupa. Dari desas-desus yang aku dengar. Papanya kak Tio ini adalah pimpinan perusahaan kontruksi yang sedang berkembang pesat di kota ini. Memanggil guru private dengan biaya yang mahal pasti bukan masalah baginya.
Batin Mia.
"Semua bimbel itu pasti bagus kok. Asal kita serius dalam belajar dan mempunyai kemauan yang tinggi, nilai kita pasti ikut bagus" sambung Tio.
Mia mengangguk mendengar ucapan Tio.
Tio lalu duduk di sebelah Mia. Mereka mengeluarkan ponsel mereka masing-masing dan mulai bermain game bersama. Sesekali mereka berdua terlihat sedang berdiskusi mengenai game yang mereka mainkan.
*********
Semenjak sore itu, Mia dan Tio menjadi sering bertemu untuk bermain game bersama pada sore hari. Tio yang mudah bosan dalam segala hal, seakan menemukan suasana baru saat Mia mengajaknya bermain game di taman kota. Terkadang mereka hanya bermain game sebentar di sana, setelah itu mereka banyak melakukan hal yang lainnya.
Seperti bermain layang-layang bersama, saat mereka melihat banyak orang yang bermain layang-layang disana. Terkadang mereka juga mencoba kuliner kaki lima yang berjualan di pinggir taman tersebut.
Sepertinya halnya pada hari ini. Mereka kembali bertemu di taman tersebut.
"Sudah lama kak ?" tanya Mia yang baru saja tiba.
"Lumayan. Tapi enggak kerasa juga nunggunya karena sambil main game" ucap Tio.
Tio lalu melirik kantong plastik yang dibawa Mia.
"Apa itu ?" tanya Tio.
"Oh, ini masakan buatanku. Aku enggak enak, kakak sering mentraktirku makan. Jadi, sesekali aku juga ingin memberikan kakak makanan. Cuma nasi goreng biasa sih. Tapi, ini benaran aku bikin sendiri kok" ucap Mia.
Mia lalu mengeluarkan kedua kotak makanan dari dalam kantong plastik tersebut. Dia memberikan salah satu kotak tersebut kepada Tio.
Tio mulai mencicipi nasi goreng buatan Mia dan melahapnya sampai habis tak bersisa.
"Enak. Ini beneran kamu yang buat ?" tanya Tio.
Mia mengangguk.
"Iya. Semenjak aku menginjak kelas 10, Ibu mulai mengajariku memasak, mencuci piring, dan membersihkan rumah. Ibu bilang aku harus mulai membiasakan diri melakukan semua itu mulai sekarang, karena nantinya akan berguna untuk diriku juga. Pokoknya, Ibu selalu mendidik kami dengan cara militer dirumah itu. Padahal, silsilah keluarga kami tidak ada sedikitpun darah keturunan militer. Waktu Ibu sedang mengomel pun, ayahku sering bilang pada Ibu. Kenapa Ibu tidak menjadi polwan saja" ucap Mia sambil tertawa.
Tio yang mendengar cerita Mia jadi ikut tertawa. Entah sudah beberapa kali dia tertawa bila mendengar Mia bercerita tentang kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukannya. Terkadang Mia juga menceritakan kejadian-kejadian lucu yang terjadi dikelasnya. Tio yang mendengar cerita tersebut pun merasa sangat terhibur. Baginya semua ini terasa sangat menyenangkan.
Mereka akhirnya mulai bermain game bersama, dan bergegas pulang setelah selesai.
***********
Keesokan harinya, dering bel di sekolah mulai terdengar. Sebagai pertanda jam istirahat siswa dan siswi di sekolahan itu.
Mia, Zizi dan Rahma yang berjalan menuju kantin, tiba-tiba berpapasan dengan Tio dan teman-temannya yang baru saja keluar dari kantin. Tio melempar senyum kepada Mia.
"Baru mau makan ?" tanya Tio yang menghentikan langkahnya sesaat, saat berpapasan dengan Mia.
Mia mengangguk.
Ternyata dia tidak malu untuk menyapaku saat disekolah. Aku kira, tadinya dia akan berpura-pura tidak mengenaliku saat di sekolah.
Batin Mia.
"Kalau begitu aku duluan ya" ucap Tio.
Tio dan teman-temannya pun meniggalkan kantin.
*******
"Aku mau tertawa tadi. Kamu mau menyapa cewek cantik yang di sebelah perempuan tadi, tetapi yang menjawab malah cewek yang jelek tadi. Sepertinya dia sudah salah paham" ucap Ricky, salah satu teman akrab Tio.
Tio menghentikan langkahnya sesaat.
"Cewek jelek ? Dia punya nama. Namanya Mia. Dan aku memang menyapanya !" ucap Tio dengan sorot mata yang kesal.
Ricky terdiam.
"Mia itu cewek yang aku beri hukuman karena sudah memetik bunga di perkarangan sekretariat OSIS kemarin kan ? Kok bisa kalian jadi akrab ?" tanya Afkar kebingungan.
"Apa perlu aku harus menceritakan semua yang aku lakukan pada kalian ? Aku rasa itu bukan urusan kalian !" ucap Tio yang akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkan teman-temannya yang berdiri disana.
"Cewek cantik yang bersama Mia tadi namanya Zizi kan ?" tanya Ricky pada Afkar.
Afkar mengangguk.
Ya, siapa yang tidak mengenal Zizi cewek populer dengan segala kelebihan yang dia miliki.
"Kenapa memangnya ?" tanya Afkar kepada Ricky.
"Aku tahu alasan Tio dekat dengan Mia. Dia pasti ingin mendekati Zizi melalui Mia" ucap Ricky dengan penuh keyakinan.
Afkar yang mendengar ucapan Ricky hanya mengangguk untuk merespon pendapat temannya itu.
***********
Sedangkan di kantin sekolah. Mia, Zizi dan Rahma duduk sambil menyantap makanan mereka.
"Mia, kamu kok bisa kenal dengan kak Tio ?" tanya Zizi tiba-tiba.
"Ceritanya panjang" ucap Mia.
Mia lalu menceritakan awal perkenalannya dengan Tio kepada Zizi dan Rahma.
"Oh, begitu. Pantas, aku heran. Kenapa orang yang dingin seperti kak Tio bisa menyapamu dengan tersenyum. Jadi kamu akrab dong dengan kak Tio" ucap Rahma.
Mia hanya tersenyum menanggapi ucapan Rahma.
Zizi yang dari tadi mendengar ucapan Mia dan Rahma hanya diam saja tidak bicara. Wajahnya berubah murung.
"Zi, kamu sakit ya ? Kenapa diam saja dari tadi ?" tanya Mia.
Zizi yang sedang melamun, terkejut saat mendengar suara Mia yang bertanya kepadanya.
"Eh, enggak apa-apa kok. Aku baik-baik saja" ucap Mia.
"Aku dengar kamu mengajukan diri menjadi calon ketua OSIS yang baru nanti ya Zi ?" tanya Rahma kepada Zizi.
"Tumben kamu mau ikut yang begituan ? Biasanya kamu paling malas untuk mendaftarkan diri untuk kegiatan seperti itu. Bukankah kamu bilang repot mengurus yang begituan. Apalagi kamu bilang, kamu takut kegiatan itu terbentur dengan jadwal bimbel dan menyita waktu istirahat kamu" sambung Rahma.
Karena siswa kelas 12 akan segera sibuk menyiapkan ujian untuk kelulusan sekolah, maka, ketua OSIS akan dijabat oleh siswa kelas 11.
Zizi terdiam. Dia kebingungan untuk menjawab.
"Aku hanya ingin mencoba hal baru" ucapnya.
"Kalau begitu aku akan mendukungmu !" ucap Mia.
"Aku juga !" ucap Rahma.
Zizi tersenyum mendapat dukungan dari teman-temannya.
"Terima kasih teman" ucapnya.
******
Waktu terus berlalu, hingga sampai pada hari pemungutan suara untuk ketua OSIS yang baru telah dimulai.
Zizi mendapatkan nilai tertinggi dalam pemungutan suara dan menjadikannya sebagai ketua OSIS terpilih menggantikan Tio.
Selesai acara serah terima jabatan, Zizi menghampiri Tio yang sedang membereskan meja yang akan ditempati Zizi nanti.
"Kak Tio, boleh aku meminta nomor whatsapp-mu untuk bertanya bila sewaktu-waktu ada kendala dalam menjalankan jabatan sebagai ketua OSIS yang baru ini. Aku juga mau banyak belajar bagaimana cara menjalankan tugas yang biasanya dilakukan ketua OSIS" ucap Zizi.
Tio terdiam cukup lama. Dia tampak kelihatan berpikir.
"Bukankah Pak Gandos selaku pembina OSIS sudah mengajarkan semuanya padamu tadi. Lagipula bila ada kendala atau hal yang tidak kamu mengerti kamu bisa menanyakan padaku langsung di sekolah" ucap Tio.
Tio lalu beranjak dari mejanya dan meninggalkan Zizi yang berdiri mematung disana. Zizi terlihat kecewa.
******
Sore ini Mia dan Tio kembali bertemu di taman kota. Mereka terlihat asyik mengobrol menceritakan kegiatan mereka di kelas mereka masing-masing. Sesekali terdengar tawa dari mereka berdua.
"Oh, iya Mia. Hari ini mungkin aku akan berhenti bermain game online untuk sementara waktu" ucap Tio.
"Kenapa kak ?" tanya Mia.
"Karena aku akan fokus untuk belajar menghadapi Ujian kelulusan sekolah" ucap Tio.
Kalau kak Tio tidak bermain game online lagi, itu tandanya dia tidak akan ke sini lagi kah ? Yah, aku jadi tidak bisa melihat wajahnya dari dekat lagi.
Batin Mia.
"Kamu juga harus belajar. Jangan banyak menggunakan waktumu lebih banyak untuk bermain game daripada belajar" ucap Tio.
"Aku bermain game hanya di waktu sore kok. Kalau dirumah kan aku tidak mempunyai paket data kak. Aku juga sudah belajar sekuat tenaga kak. Tetapi tetap saja nilaiku jelek-jelek semua" ucap Mia.
Tio tersenyum.
"Itu tandanya kamu belum sungguh-sungguh dalam belajar. Kalau memang kamu sudah belajar sekuat tenaga, mana mungkin nilaimu masih jelek" ucap Tio.
"Ya, sudah. Mulai besok bawa buku pelajaranmu ke sini. Aku akan coba mengajarimu" ucap Tio.
"Serius kak ?" tanya Mia.
Tio mengangguk.
****************
Hari-hari berikutnya mereka tidak pernah bermain game lagi di taman kota. Mereka berdua sibuk membawa buku pelajaran masing-masing untuk dipelajari. Terutama Mia yang merasa sangat terbantu nilai-nilainya, karena ajaran yang telah di ajarkan Tio.
Disekolah pun Tio tidak segan-segan menghampiri Mia yang sedang berada di kantin saat jam istirahat, hanya untuk menanyakan perihal perkembangan nilai pelajarannya.
Sempat beredar rumor bahwa Tio mendekati Mia hanya untuk sebagai penghubung agar Tio bisa mendekati Zizi. Mereka menganggap bahwa Tio, sama seperti banyak pria yang sebelumnya mendekati Mia sebagai batu loncatan untuk mendekati Zizi.
Kabar itupun sempat terdengar langsung ke telinga Mia tanpa sengaja. Mia sempat down dan sedikit terpengaruh mendengar kabar tersebut. Tapi dia mencoba menepis rumor tersebut dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa Tio tidak akan mungkin seperti itu.
Tetapi rasa penasaran yang terus menggelantung di benaknya, membuat dirinya memberanikan diri untuk bertanya kepada Tio.
"Kak aku boleh nanya enggak ?" tanya Mia.
"Nanya apa ?" ucap Tio.
"Hmm.. Kenapa orang seperti kakak, mau berteman denganku ?" tanya Mia.
Tio tersenyum. Tidak butuh waktu lama bagi Tio menjawab pertanyaan Mia.
"Habis kamu lucu sih. Jadi aku suka !" ucap Tio.
Jleb !
Pipi Mia memerah mendengar ucapan Tio.
# Jempolnyaaaa dong ! Like, komen dan vote ya 🙏🏼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
tini_evel
aku jadi inget kisah alex dan khansa.. 😊 siswa populer mau dekat dgn siswi yg biasa2 aj bahkan tidak dianggap keberadaannya..
2021-11-24
0
Agus Irawan
Aku mampir lagi
2021-04-16
0
filex 🤧
zizi jngn jdi kang pelakor🥴
2021-03-17
0