Terpesona

Mia yang baru saja tiba di sekolah, setelah diantar Ayahnya segera melangkahkan kakinya memasuki perkarangan sekolah.

Dia masuk ke dalam kelas dan meletakkan tas nya ke dalam laci meja. Zizi yang merupakan teman sebangkunya dan telah datang terlebih dahulu, segera menyapa Mia yang baru saja tiba.

"Pagi, Mia. Tumben datangnya agak telat. Biasanya kamu yang selalu datang duluan daripada aku" ucap Zizi.

Mia tersenyum menanggapi ucapan Zizi.

"Biasa, ada tugas negara yang harus di selesaikan pagi-pagi" ucap Mia.

"Tugas negara ? Apaan Mia ?" tanya Zizi.

"Mencuci piring yang dipakai selesai orang-orang dirumah sarapan" ucap Mia.

"Rajin amat !" ucap Rahma yang baru saja datang dan langsung menyambar memotong obrolan Mia dan Zizi.

Kapan datangnya ini anak, tiba-tiba sudah nongol di depan muka. Cepet banget Kayak sinyal 4G !

Batin Mia.

Tiba-tiba perhatian Mia teralihkan pada sebuah pot bunga yang berisi tanaman yang dipegang Rahma.

"Loh, kok kamu bawa tanaman ke dalam kelas, Ma ?" tanya Mia pada Rahma.

"Memang kamu tidak tahu, kalau kita ada tugas biologi membawa tanaman monokotil atau dikotil ?" tanya balik Rahma.

"Astaga aku lupa !" ucap Mia yang menepuk keningnya.

"Ya, ampun Mia. Padahal sebelum pulang sekolah kemarin sudah aku ingetin lagi" ucap Zizi.

"Memang Mia cari masalah nih. Sudah tahu gurunya killer masih saja pakai acara lupa !" ucap Rahma.

Mia tampak cemas. Dia kelihatan berpikir keras. Dan akhirnya sebuah senyuman mengembang dari sudut bibirnya.

Sebuah ide untuk memetik bunga mawar yang sedang merekah-rekahnya di perkarangan kantor sekretariat OSIS, membuatnya nekat untuk melakukannya demi menghindari amukan 'Sang Guru Biologi'.

Mia lalu melirik jam ditangannya.

Masih ada waktu.

Batin Mia.

"Aku keluar dulu ya ! Ada yang harus aku kerjakan" ucap Mia.

Rahma dan Zizi hanya mengangguk dan menatapi punggung Mia yang lama kelamaan menghilang dari balik pintu kelas.

*******

Di perkarangan kantor sekretariat OSIS, Mia terlihat mengendap-endap seperti anak kucing yang mencari makan.

Kebetulan suasana di perkarangan tampak lenggang. Karena kebetulan posisi kantor sekretariat OSIS ini berada di pojok.

Melihat suasana yang sepi, Mia mulai melakukan aksinya. Dia memetik beberapa tangkai bunga mawar merah tersebut dengan berhati-hati. Disaat semua usahanya hampir berhasil, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.

"Hey, Sedang apa kamu !" teriak seorang siswa laki-laki tersebut.

Dengan cepat, Mia berbalik sambil menaruh kedua tangannya yang mengenggam 3 buah tangkai mawar yang telah dipetiknya tadi ke belakang badannya.

Sekarang dihadapannya sudah berdiri dua orang laki-laki yang baru saja keluar dari ruangan sekretariat OSIS.

Mia sangat mengenali kedua sosok pria itu yang merupakan kakak kelasnya yang populer di SMA tersebut. Yang menegurnya tadi adalah kakak kelasnya yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS, bernama Naufal Afkar. Dan yang satunya lagi bernama Tio Martadinata, sang ketua OSIS yang terkenal dingin, sedingin es yang berada di kutub utara.

"Sedang apa kamu ? Memetik bunga ya ? Pantas bunga-bunga disini tangkainya patah-mematah. Ternyata kamu yang selama ini sering merusak tanaman ini !" hardik Afkar.

Merasa dirinya baru kali ini melakukannya, Mia langsung membantah.

"Tidak selama ini kok kak ! Hanya kali ini kok !" ucap Mia.

Afkar dan Tio melotot mendengarnya.

Sadar karena keceplosan, Mia langsung membela diri.

"Eh, maksudku. Bukan aku yang selama ini merusak tanaman kak. Aku juga baru kali ini ke sini. Aku datang hanya untuk melihat-lihat bunga mawar ini dan mengambil gambarnya karena terlihat cantik" ucap Mia mengeles.

Afkar menyeringai.

"Cih, Klise sekali alasanmu ! Jangan bohong kamu" ucap Afkar.

Mia semakin gugup. Tangannya mulai meremas-remas batang bunga mawar yang dipegangnya. Untungnya tanaman mawar yang ditanam di depan kantor sekretariat OSIS tersebut merupakan tanaman jenis mawar tanpa duri. Jadi tidak memiliki duri pada batangnya.

"Kenapa masih diam ? Masih tidak mau mengaku ? Kamu kira tanaman ini tumbuh sendiri tanpa ditanam ?" ucap Afkar.

Mia memberanikan diri menatap lelaki dihadapannya. Dia memandang Afkar yang tidak berhenti mengoceh, lalu beralih memandang Tio yang berdiri di sebelah Afkar yang diam saja sedari tadi.

Kakak wakil ketua OSIS ini semakin lama, bicaranya semakin panjang saja. Dari tadi tidak berhenti mengomeliku. Beda sekali dengan kakak yang disebelahnya yang gayanya cool.

Batin Mia.

Tiba-tiba, Mia merasakan gatal dan sakit yang berbarengan di kedua tangannya. Ternyata banyak semut yang keluar dari dalam bunga tersebut dan merayap di tangannya. Saking tak tahannya, Mia terpaksa melempar bunga yang telah dipetiknya tadi ke sembarang arah. Dan sialnya bunga itu terlempar ke arah Afkar.

Sudah bisa dibayangkan bagaimana kejadian selanjutnya. Raut wajah Afkar berubah kesal. Sorot matanya penuh amarah. Apalagi semut-semut tersebut ikut menempel ke bajunya, akibat lemparan bunga tersebut. Afkar sudah siap mengamuk bak banteng gila.

"Kamuuuuu..... !" teriak Afkar.

Mia sudah pasrah dengan hukuman yang akan diterimanya. Dia terlihat memejamkan matanya.

Namun, tiba-tiba terdengar suara tawa yang berasal dari Tio. Tio yang terkenal dengan sikap dinginnya itu tidak dapat berhenti menahan tawa melihat apa yang barusan terjadi. Tinggal Mia dan Afkar yang kebingungan melihat tingkah laku Tio.

Tiba-tiba, bel sekolah berbunyi. Mia buru-buru memunguti kembali bunga mawar yang telah berserakan itu.

"Kak, saya minta maaf. Saya memang sudah berbohong tadi. Saya memetik bunga ini untuk mengumpul tugas Biologi saya. Karena saya lupa membawa tanaman dari rumah" ucap Mia.

"Saya akan menerima hukuman apapun itu, Tapi, tolong biarkan saya membawa bunga ini sekarang" sambung Mia.

Afkar melotot mendengar ucapan Mia barusan.

"Enak saja ! Tentu saja kamu pasti akan dikenai hukuman karena merusak tanaman. Tetapi, Letakkan bunga itu disini. Sudah berbuat salah, masih berani meminta bunga ini juga !" ucap Afkar.

Mia tertunduk lemas. Raut wajah kecewa terpancar dari wajahnya.

"Sudah, kamu boleh mengambil bunganya sekarang juga. Tetapi, ingat. Sesudah pulang sekolah nanti cepat kemari ya. Untuk menerima hukumanmu" ucap Tio yang akhirnya buka suara.

"Eh, Tio kamu ngapain sih menyuruhnya pergi begitu saja. Tinggalin dulu bunganya !" ucap Afkar tidak terima.

"Sudah dipetik juga bunganya. Memang bisa menempel lagi ke batangnya ?" ucap Tio.

"Sudah biarin saja, dia bawa bunganya. Dan menerima hukumannya sepulang sekolah. Bukankah kita harus masuk kelas sekarang !" ucap Tio pada Afkar.

Dengan terpaksa akhirnya Afkar menyetujui saran Tio.

"Terima kasih, kak. Saya akan menepati janji. Sepulang sekolah nanti saya akan kembali ke sini lagi" ucap Mia.

Akhirnya mereka kembali ke kelas masing-masing.

**********

Bel tanda jam pulang sekolah pun berbunyi. Mia mengemasi buku dan alat tulis ke dalam tasnya.

"Pulang ini, temani mampir ke kantin depan sekolah dulu yuk. Kita beli Thai tea dulu. Haus banget nih !" ucap Zizi.

"Yuk, aku juga mau. Gerah banget !" ucap Rahma.

Mia yang mendengar ucapan Zizi dan Rahma langsung menolak.

"Hmm.. teman-teman. Kalian berdua saja ya yang ke sana. Aku harus buru-buru pulang hari ini. Tidak apa-apa kan ?" tanya Mia.

"Tumben banget Mia ? Mau pergi ?" tanya Zizi.

"Hmm.. iya ada sedikit kerjaan" ucap Mia.

"Ya, sudah kalau begitu kami berdua ke sana ya" ucap Rahma.

Mia mengangguk.

Setelah kepergian temannya, Mia kembali ke ruangan sekretariat OSIS. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalamnya.

Mia yang sekarang telah berada di dalam ruangan sekretariat OSIS, merasa canggung di dalam sana.

Rupanya semua anggota OSIS sedang rapat untuk mengadakan lomba memperingati hari kemerdekaan di sekolah. Dan Mia diminta untuk menunggu di kursi yang berada di sudut ruangan itu.

Tio yang memimpin rapat terlihat sangat berwibawa saat berdiri menjelaskan materi lomba yang akan diadakan nanti. Sebenarnya, Tio yang merupakan anak dari pemilik perusahaan kontruksi ternama di kota ini, sangat enggan ikut dalam organisasi seperti ini. Tetapi karena prestasi yang dimilikinya, dia ditunjuk langsung oleh guru-guru di sana sebagai calon ketua OSIS. Dan berhasil mengalahkan kandidat yang lainnya saat diadakan voting suara pemilihan ketua OSIS.

Selama memberikan penjelasan materi rapat, sesekali mata Tio dan mata Mia bertemu. Mia hanya bisa tertunduk malu dan memalingkan wajah saat itu terjadi.

Tetapi saat Tio tidak melihat ke arahnya, Mia mencuri pandang menatap wajah Tio dari kejauhan. Mia sangat terpesona melihat Tio yang sedang berdiri di sana.

Tampan sekali. Tio ini tipe cowok yang perlu dicadari saking gantengnya. Pokoknya, Gantengnya enggak ada obat deh !

Batin Mia.

foto : Tio.

Akhirnya, rapat pun berakhir. Semua anggota OSIS yang telah selesai mengikuti rapat satu persatu telah pulang. Sehingga menyisakan Tio, Afkar, Mia dan ada seorang perempuan yang sedari rapat tadi selalu berada di dekat Tio.

Mia sangat kenal pada sosok perempuan itu. Salah satu kakak kelas perempuan yang populer di sekolahnya karena wajah cantik yang dimilikinya. Yaitu, Kak Zulaikah, yang juga menjabat sebagai sekretaris OSIS.

Sama-sama perempuan tetapi kenapa tampilan kami sungguh jauh berbeda. Persis seperti langit dan bumi.

Batin Mia.

Zulaikah yang menaruh hati pada Tio, memberikan perhatian yang besar kepada Tio dan mendekati Tio dengan berbagai alasan. Sayangnya perhatian yang dia berikan kepada Tio tersebut, selalu ditanggapi dingin oleh Tio.

Namun, Zulaikah tidak pernah berhenti sampai disitu. Dia selalu mencari jalan untuk dekat dengan Tio.

"Tio, hari ini aku boleh menumpang naik mobilmu tidak ?" tanya Zulaikah.

Loh, bukannya rumah kak Zulaikah dekat sama sekolahan ini. Tinggal ngesot juga sampai.

Batin Mia.

"Hari ini aku membawa motor !" ucap Tio.

"Ya, kalau begitu aku ikut pulang ya, naik motormu" ucap Zulaikah.

Tio terdiam cukup lama dan menatap wajah Zulaikah.

"Aku belum mau pulang sekarang. Aku mau mabar (main bareng) game online dulu sama Afkar" ucap Tio mencari alasan.

"Kalau begitu aku tunggu ya !" ucap Zulaikah penuh harap.

"Aku pulangnya masih lama. Belum tahu kapan ! Lebih baik kamu pulang saja sana!" ucap Tio yang nada bicaranya sudah mulai meninggi karena terus meladeni ucapan Zulaikah.

Zulaikah yang merasa malu pada Afkar dan Mia yang berada diruangan itu, akhirnya pergi dari sana. Sedangkan Tio masih asyik sendiri memainkan game di ponselnya.

"Tio, kamu masih lama disini ?" tanya Afkar.

"Hmm.. kenapa memangnya ?" tanya balik Tio dengan mata yang masih tidak lepas dari ponselnya.

"Aku harus buru-buru pulang nih, adikku sudah menelepon minta di jemput. Kalau Mia sudah selesai mengepel ruangannya, dan kamu sudah selesai main game. Kamu kunci ruangannya ya !" ucap Afkar.

"Mia ?" tanya Tio mengerenyit.

"Iya, Mia. Perempuan yang memetik bunga di perkarangan kita tadi !" ucap Afkar.

"Ooh..." ucap Tio. Lalu kembali beralih pada ponselnya.

"Tio, Kamu dengar kan ucapan aku barusan ?" ucap Afkar.

"Hmmm.." ucap Tio yang masih fokus pada ponselnya.

"Mia, aku pulang duluan ya. Nanti kalau sudah membersihkan semuanya, kain pel dan sapunya letakkan di tempat semula saja" ucap Afkar yang nada bicaranya sudah jauh lebih lunak dari yang tadi pagi.

"Iya, kak" ucap Mia.

Huft.. Syukurlah, kak Afkar sudah mau berbicara dengan lembut kepadaku. Sepertinya, dia sudah mulai sadar dari gangguan syaiton.

Batin Mia.

Afkar pun meninggalkan ruangan tersebut.

Selang 30 menit kemudian, Mia menyelesaikan pekerjaannya. Dia sudah selesai menyapu dan mengepel seluruh ruangan. Dia lalu menghampiri Tio untuk meminta izin untuk pulang.

"Kak, aku izin pulang ya. Semuanya ruangan sudah aku bersihkan" ucap Mia.

Tio tidak menjawab, dia masih sibuk berkutat

dengan ponselnya sampai pada akhirnya dia berteriak.

"Ah, sial ! Kalah lagi !" ucap Tio.

Tio baru sadar bahwa ada Mia yang berdiri dihadapannya sekarang.

"Kamu kenapa berdiri di sana ?" tanya Tio kebingungan.

"Aku mau izin pulang. Semua pekerjaan sudah selesai. Tetapi, kakak tidak mendengar dari tadi" ucap Mia.

"Oh, Sorry.. Tadi sibuk main game" ucap Tio.

Mia melirik pada ponsel Tio.

"Kakak main game Pubg ya ?" tanya Mia.

"Iya. Kenapa ? Kamu juga main game ini ?" tanya Tio.

Mia mengangguk.

"Kakak mau aku ajarin. Rank-ku sudah tinggi loh !" ucap Mia.

"Oh, ya ?" ucap Tio tak percaya.

"Kalau begitu kita mabar !" ucap Tio.

"Jangan sekarang kak. Ponselku tidak ada paket data. Biasanya tiap sore aku main game ini di taman kota yang tidak jauh dari rumahku. Di sana ada wifi gratis" ucap Mia.

"Oh, Ok ! Kalau begitu nanti sore kita mabar disana. Nanti kamu share loc saja lokasinya dimana. Sekalian katamu mau mengajariku bermain game tadi kan ?" ucap Tio.

Mia mengangguk sebagai tanda setuju.

Aku hanya penasaran, apa yang kamu katakan itu benar atau hanya sekedar bualanmu saja.

Batin Tio.

# Jempolnya lagi dongggg... jangan lupa rate 5 bintang yang di depan cover, like, komentar dan votenya. Seperti kata upin ipin 10 poin pun berharge 🤭🤭 🙏🏼

Terpopuler

Comments

Durrotun Nasihah

Durrotun Nasihah

q pling suka cierit masa sekolah....love you thor

2023-07-31

0

Tyas

Tyas

duuuh.. visualnya Tio ganteng banget dah ah.. 😍

2021-05-15

0

Rara Azalea shaquera

Rara Azalea shaquera

d ajakin mia yg bru knal lbgsunk mau 😂

2021-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!