HELLO, MY BOSS!
***
Amerika, New York
"Kau!" Lisa menggemeretakkan giginya sendiri begitu melihat Farhan datang membuka pintu apartemen.
Gadis itu berjalan dengan langkah gontai, menghampiri pria yang sedang melepas sepatu di depan pintu.
Aroma alkohol dari bibir Lisa sangat pekat begitu gadis itu mendekati pria yang bernama Farhan. Tanpa menunggu waktu lama, Farhan langsung menutup hidungnya dengan wajah emosi.
Berani sekali pembantu sialan ini mabuk di apartemenku, pikir Farhan saat itu.
Farhan menyempatkan diri mengedarkan pandangannya, lalu mendapati seluruh ruang tamu yang porak panda. Pria itu semakin naik pitam dengan kelancangan pembantunya—Lisa. Kepalanya mendadak berdenyut ngilu ketika melihat kekacauan yang terjadi di rumahnya sendiri.
Masih dengan perasaan sedikit kesal, pria itu langsung memfokuskan pandangannya pada Lisa yang sudah berdiri di depannya dengan jarak lima puluh centi. Kepala gadis itu nyaris membentur dada bidang Farhan.
Dengan penuh keberanian, Lisa mencengkeram kedua kerah baju Farhan. Sorot matanya menikuk tajam, seolah ingin memakan tubuh tegap tinggi Farhan bulat-bulat.
"Kau pria misophobia sialan! Tidak bisakah kau berhenti memperdayaku, hah?" Lisa berhenti sejenak, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Tiga tahun aku menjadi pembantumu, tapi apa yang aku dapat, hah? Jangankan bersikap baik padaku, menghargaiku saja tidak!" Gadis itu semakin naik pitam. "Kalau tidak ingat tugas rumah yang kau berikan, aku lebih baik tinggal di asrama. Memangnya kau pikir tidak capek setiap minggu pulang dari Cambridge ke New York?"
Farhan hanya diam memperhatikan tingkah Lisa yang terkesan menggemaskan sekaligus menyebalkan.
Aku akan memaafkanmu besok pagi. Anggap ini hadiah untukmu karena telah meluangkan waktu tiga tahunmu untuk mengurusku, gumamnya dalam hati.
"Hei, Ya! Farhan,"teriak Lisa tepat di wajah Farhan. Pria itu sedikit melangkah mundur, menghindari bau alkohol yang terasa pekat menusuk bulu-bulu hidungnya.
"Hanya karena aku lupa membeli selai srawberry, kau memarahiku habis-habisan. Menceramahiku ini itu! Terlebih, kau bilang aku tidak becus kerja. Sialan! Apa gunanya aku tiga tahun wara-wiri di sampingmu." Lisa mengatur nafasnya kembali. Telunjuknya menuding kening Farhan dengan wajah bengis. "Dasar bujang lapuk!"
Farhan langsung mengepalkan kedua tangannya emosi. Rasanya ingin mencekik leher gadis mabuk itu sekarang juga. Kurang ajar sekali mulut gadis itu.
Lisa berbica kembali. Kali ini nada suaranya terdengar menuntut penuh emosi.
"Tidakkah kau berpikir aku sudah seperti istrimu? Setiap libur semester aku wajib pulang ke New York hanya untuk mengurusimu. Lalu dipaksa bangun pagi-pagi menyiapkan sarapan, memilihkan baju kerjamu, memakaikan dasi setiap hari, menunggu kau pulang untuk menyiapkan air hangat, bahkan aku dilarang tidur sebelum kau pulang. Apa kau tidak ingin berterima kasih sedikit pun padaku?" Amarah Lisa semakin menggebu-gebu, dosis dari efek mabuknya sudah mencapai puncak tertinggi.
Farhan mencoba diam, mencerna segala ucapan Lisa. Benar yang dikatakan Lisa. Gadis itu memang tidak selayaknya pembantu pada umumnya. Tugas Lisa jauh lebih berat dari seorang pembantu. Namun Farhan merasa bahwa apa yang gadis itu dapatkan nantinya akan setimpal dengan pengorbanannya. Tanpa sepengetahuan Lisa, Farhan sudah berusaha keras membantu gadis terbuang itu untuk merebut kembali harta warisan yang direbut paman dan bibinya. Yaitu perusahaan yang di bangun almarhum ayah Lisa.
"Apa maumu?" pertanyaan singkat dan logis keluar dari mulut Farhan. Ia tidak ingin terlalu meladeni gadis mabuk. Tidak berguna dan tidak ada untungnya sama sekali untuk kelangsungan hidup Farhan.
"Heuh." Memicingkan mata, sinis. "Kalau aku ingin keluar dari penjara ini, apa kau bisa mengabulkannya? Wahai tuan Farhan yang berharga!"
"Jangan mimpi!" Farhan melepas cengkraman Lisa di kerah bajunya, lantas berjalan menuju kamarnya sendiri.
"Ya, Farhan! Hentikan langkahmu. Aku belum selesai bicara."
Gadis yang sudah seratur persen mabuk itu segera menyusul Farhan dengan susah payah. Kepalanya terasa berat untuk diajak berjalan.
Lisa ikut masuk ke kamar Farhan tanpa perimisi. Membuat si pemilik kamar bingung harus berbuat apa. Meski tidak pernah memiliki perasaan cinta, Farhan tetap pria normal yang mungkin saja bisa hilaf.
"Berani sekali kau masuk ke dalam kamarku!" bentak Farhan geram, pria itu menoleh ke belakang, menatap Lisa yang limbung dan menyandarkan tubuhnya di depan pintu.
"Kenapa? Apa kau takut aku akan menyentuh tubuh berhargamu." Berdecih setelahnya. "Aku tahu kau adalah seorang pria penderita impoten! kalau tidak begitu, bagaimana mana mungkin kau tidak menikah di usia setua ini?"
Farhan mendudukan tubuhnya di samping ranjang melepas jas dan menarik paksa dasinya.
"Katakan saja apa yang ingin kau katakan, lalu segera pergi dari kamarku," ucap Farhan dengan gaya arogan.
Lantas ia menyalakan rekaman pada ponselnya. Membuat bukti untuk menghukum Lisa besok pagi.
***
Berikan kesan pertama kalian dalam bentuk like dan komentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Dita Suriani
GK pernah bosen bacanya
2024-09-08
1
Diana Resnawati
mampir thor
2023-12-10
0
Brinte
50cm bukan nya jauh ya
2023-09-17
0