Ketika semua orang sedang bersemangat, mereka tidak melupakan presdir mereka.
Seketika apakah presdir akan berpartisipasi dalam acara ini telah menjadi fokus perhatian utama.
Ketika rekan kerja sedang memikirkan masalah ini , Ariella juga sedang memikirkan Carlson dalam hatinya.
Carlson sedang dinas di luar minggu ini,dia belum melihatnya selama beberapa hari ,kapan dia pulang. meskipun Carlson selalu menelpon setiap malam tapi hubungan diantara mereka belum sampai pada titik dimana membicarakan apapun,kebanyakan mereka hanya diam.
Saat ini ada orang yang memulai suatu kegiatan dalam grup kantor.
Bertaruh apakah presdir akan ikut berpartisipasi atau tidak dalam acara ini.
Setiap peserta taruhan akan dikenai biaya lima ratus ribu.
Itu jumlah yang tidak terlalu banyak, seketika banyak orang telah merespon.
Orang-orang di divisi kebanyakan bertaruh.
Pergi dan tidak pergi keduanya hampir seimbang.
Lindsey dan Willian berlari ke arah Ariella secara bersamaan. Bertanya dengan tergesa-gesa.
"Ariella apakah kau ingin bertaruh?"
Ariella berfikir dengan serius meskipun karakter Carlson dingin tapi ini adalah pertama kalinya perusahaan menyelenggarakan acara besar setelah dia menjabat dan juga pergi ke tempat yang begitu mahalnya.
Seharusnya dia yang menginstruksikan Daiva untuk mempersiapkannya. Jadi dia beserta Lindsey bertaruh bahwa Carlson akan berpartisipasi.
Ketika mendekati jam pulang kerja Ariella menerima telpon dari Carlson.
Tau bahwa Carlson telah kembali dari perjalanan bisnis jadi Ariella pulang dan pergi ke supermarket membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari serta beberapa makanan ringan untuk ia bawa besok.
Ketika sampai dirumah Carlson masih sibuk di ruang kerja. Ariella menyapanya kemudian sibuk menyiapkan makan malam di dapur.
Saat makan Carlson sama sekali tidak bersuara , gerakannya sangat elegan ketika sedang makan.
Ariella meliriknya beberapa kali akhirnya dengan berani bertanya.
"Carlson apa kamu akan berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan besok?"
Carlson seakan tidak mendengar pertanyaannya. Masih makan dengan serius dia tidak menjawab. Ariella sedikit canggung lalu dia kembali menundukkan kepalanya dan makan.
Setelah beberapa waktu Carlson meletakkan sumpit, mengambil tisu dan menyeka mulutnya dengan santai berkata.
" Aku tidak tertarik dengan kegiatan semacam ini,"
Carlson tidak langsung mengatakan tidak.
Tapi ini sama saja dengan ia tidak pergi.
"ohh" Ariella berkata pelan,nada suaranya sedikit kecewa.
"Kenapa? kamu berharap aku pergi?"
Melihat pandangan kecewa Ariella ,Carlson kembali mengeluarkan satu kalimat yang dingin.
Ariella hanya menggaruk kepala dan menyeringai dalam hatinya berfikir tidak penting kamu pergi atau tidak yang aku pedulikan adalah uang lima ratus ribu yang aku pertaruhkan.
Dibawah cahaya lampu gantung yang terang,alis Carlson terangkat karena Ariella ingin dia pergi.
Sebagai suaminya dia akan menyediakan waktu untuk pergi.
Keesokan harinya Ariella bangun sangat pagi, tapi Carlson bangun lebih pagi dari dirinya.
mereka sudah hidup bersama selama beberapa hari,tidak peduli seberapa awal bangun ketika dia bangun dia sudah melihat Carlson berpakaian rapi duduk di samping jendela dan membaca koran keuangan.
Kadang-kadang merasa Carlson bukan seperti orang yang hidup di jaman ini.
Rutinitas hidupnya sangat mengerikan setiap hari dia akan meluangkan waktu untuk melihat koran yang sudah di hilangkan dan bukan mengetahui informasi melalui internet.
"Sudah bangun?"
ia mendongak menatap Ariella sekilas kemudian kembali menunduk membaca koran.
"Yaa,,pagi" Ariella menatapnya.
Dan tiba-tiba dia tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Hari ini ia mengenakan setelan Casual berwarna putih dengan duduk tenang di sofa tunggal di dekat jendela.
Kaki yang panjang itu saling bersilangan, sinar matahari menyinari tubuhnya dengan lembut melalui jendela membuat ia terlihat sedikit lebih hangat.
Pria ini benar-benar bukan manusia tetapi. sebuah karya seni langka di dunia.
Sangat indah di lihat sehingga orang ingin menyembunyikan dirinya.
Tatapan membara Ariella menarik perhatian Carlson tetapi ia mengabaikannya.
Masih dengan tenang membaca koran di tangannya.
Penampilannya ini sering menarik perhatian yang tak terhitung jumlahnya.
Yang membuatnya merasa terasa sangat jijik ketika pandangan Ariella yang seperti itu tetapi ia tidak membencinya.
Setelah beberapa saat pandangan mata Ariella masih belum teralihkan
Dia mendongak dan menatapnya
"Bukankah kamu harus pergi berpartisipasi dalam acara perusahaan?"
"Jika kamu tidak mengatakannya aku hampir lupa" Ariella tersenyum dengan canggung.
Kemudian mencari pengalihan dia sedang berfikir jika Carlson yang seperti karya seni ini di lelang maka harganya pasti akan sangat mahal.
Kemudian suara Carlson seperti sebaskom air dingin yang membuatnya tersadar.
_
Kantor menyewa dua bus dengan kapasitas lima puluh kursi untuk para staf ke blue sea villa resort.
Ketika kepala divisi menghitung jumlah orang semu mata memandang sekeliling apakah presdir datang atau tidak.
Lindsey berkata pada Ariella
"Tuhan memberkati semoga presdir datang ,dia harus datang"
Ariella berkata " ia tidak akan datang"
Mata lindsey seketika membulat menatapnya
"Bagaimana kamu bisa tau?"
Ariella menyadari bahwa dia keceplosan dan segera menambahkan
" Presdir biasanya sangat tepat waktu dan sampai sekarang masih belum terlihat sosoknya pasti tidak akan datang"
Lindsey menundukkan kepalanya karena kecewa,staf wanita yang di sebelah yang mendengarnya juga merasa kecewa.
Pemikiran para staf wanita sangat jelas biasanya tidak melihat presdir ketika bekerja tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan sesuatu di depan presdir .
Liburan kali ini adalah sebuah kesempatan besar.
Semua membawa pakaian yang indah ingin menunjukkan wajah mereka di depan presdir tetapi malah presdir tidak datang.
Setelah lebih dari satu jam baru tiba di Blue Sea Villa Resort.
Pertama yang di lakukan adalah mengambil kartu kamar.
Tadinya Ariella sekamar dengan Lindsey, siapa tau tiba-tiba Daiva muncul dan berkata
"Ariella kamar disini tidak cukup, kamu tinggal di kamar yang sama denganku saja"
Daiva adalah orang yang bekerja di samping Presdir tentu saja dia akan di berikan kamar sendiri yang membuat semua orang merasa iri dengannya.
Ketika semua orang sudah mendapatkan kartu kamar dan sibuk melihat kamar, Daiva kembali berkata.
"Semuanya tunggu sebentar presdir ingin mengatakan sesuatu pada kalian"
'Presdir'
seketika pandangan mata semua orang terasa terang, presdir benar-benar datang.
Ditengah pandangan di nanti semua orang, Carlson yang mengenakan setelan jas berwarna abu-abu perak berjalan perlahan dari gerbang.Setiap langkah yang diambil membuat jantung semua staf wanita berdegup kencang.
Ariella melihat kemunculan Carlson tidak menyangka uang lima ratus ribu yang tadinya akan melayang akhirnya kembali.
Dan lagi bisa memenangkan beberapa ratus ribu juga dia benar-benar senang.
Ketika pandangan mata Carlson menyapu sekeliling,dia melihat Bahwa Ariella tersenyum sangat cerah.
Dia berfikir bahwa dia hanya meluangkan waktu untuk melihat kemari Ariella dan bisa begitu bahagianya.
Dia berjalan menghampiri ,tersenyum sopan kepada semua orang
"Semuanya bersenang-senanglah semua pengeluaran merupakan tanggung jawab perusahaan"
Semua orang melompat kegirangan hampir berteriak menyerukan nama presdir.
Hanya Ariella yang berdiri diam dibelakang.
Dia berfikir jika yang memiliki uang memang sangat egois.
Daiva mengatakan jika pengelompokan pembagian kamar sudah selesai kemudian menarik Ariella duduk di bus wisata menuju ke area Villa privat di Resort.
Melihat pengaturan fasilitas disini hati Ariella sedikit berdegup apakah Daiva membawanya menuju kesini untuk tujuan lain.
Tebakan Ariella memang benar Daiva mengantarnya ke area pribadi milik Carlson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nur elis
lanjut bacanya dong.
2022-05-07
0
Made Dekha
lanjut
2022-05-06
0
Fano Jawakonora
lebih cairkan lagi suasana ariella dgn calson biar asyik ceritanya thor koq kaku kaya batu es saja nih
2022-03-23
0