"Rifqan, Hesty memanggilku."
"Keluar saja, hadapi dia."
" Rifqan, aku ingin cepat-capat pergi dari rumah ini dan membawa Mila."
"Aku janji, besok Sore aku akan kesana untuk menjemput kamu dan Mila. Karena ada beberapa hal yang harus aku urus dulu. satu pertanyaan ku Andita,"
"Tanyakan saja Rifqan"
"Kamu sudah yakin untuk bercerai dengan pria itu."
"Sangat yakin, aku tidak mau lagi melihat wajah mereka berdua. kalau bisa aku ingin segera pindah kekampung ku, dan memulai lembaran baru berdua dengan Mila."
"Andita! kamu tuli apa hah, mas Tio menunggu kamu di meja makan. Jangan membuat mas Tio lama menunggu." Teriak Hesty dari luar, lalu ia meninggalkan kamarku.
"Si roti sobek keras sekali suaranya. Andita.. keluar saja, hadapi wanita itu. buktikan kalau kamu tidak lemah. Peringatkan juga pada pria pengkhianat agar dia tidak berani menyentuh kamu. Jika tidak, maka dia akan berurusan dengan hukum." Jelas Rifqan padaku yang membuatku tersenyum mendengarnya.
"Iya baik. Rifqan.. terimakasih ya?"
"Sama-sama Andita." Jawab Rifqan, akupun menutup telvonnya.
Lalu aku keluar dari kamar dan menuju kedapaur. Hujan belum reda juga, tapi sudah tidak sederas tadi. Ada apa mas Tio menungguku didapur? Paling juga nyuruh masak.
Yasudah, apa salahnya aku masak buat mas Tio untuk terakhir kali. Lagian besok aku juga pergi dari sini bersama dengan Mila. Aku sudah sampai didapur dan aku tidak melihat mas Tio. Yang ada hanya Hesty yang duduk di meja makan sambil memegang handphonenya.
Mungkin sekarang, Hesty merasa dirinya adalah nyonya baru dirumah ini. Terlihat dari gelagatnya yang sok santai itu.
"Mana mas Tio?" Tanyaku.
"Dikamar mandi. Mas Tio bilang kamu harus masak nasi goreng, hujan-hujan gini dia pengen makan nasi goreng." Jelas Hesty
Aku menuangkan air putih dalam gelas lalu meminumnya. Sedang ku fikirkan, jika aku masak nasi gorengnya makan aku akan benar-benar terlihat seperti pembantu.
Akupun menarik salah satu kursi di mejakan lalu duduk di atasnya. Kini aku berhadapan dengan Hesty. Aku harus berani menghadapi Hesty, agar dia tidak seenaknya menindasku. Seperti kata Rifqan tadi.
"Hei Andita, kamu tidak masak? Apa kamu mau membantah perintah mas Tio."
"Kenapa aku harus masak untuk kalian berdua. Jika memang aku mau masak, maka cukup untuk diriku sendiri dan Mila saja."
"Tidak tau di untung kamu Andita."
"Apa yang harus aku tau? Nasibku Memnag tidak beruntung. Yang aku tau, wanita gatal dan tidak punya hati, sudah merusak rumah tanggaku."
"Lancang kamu !" Teriak Hesty lalu memukul meja.
"Benarkan?" Lalu aku tersenyum.
Hesty sangat emosi, dan dia berjalan menuju kearah ku.
"Andita, Perlu kamu tau ! Aku sudah sangat berbaik hati sama kamu. Tau kenapa? Karena aku yang sudah melarang mas Tio untuk menceraikan kamu dari 2 tahun yang lalu. Bayangkan jika mas Tio sudah menceraikan kamu, maka kamu sudah menjadi gelandangan sekarang." Hesty menjelaskannya sambil menunjuk kewajahku.
Prrookk !!
Prrookk !!
Prrookk !!
Aku bertepuk tangan 3 kali lalu tersenyum, "Wah.. beruntung sekali aku karena ada pelacur yang mencoba mempertahankan rumah tangga ku, Ha ha ha."
Plaaakkkk !
Hesty langsung menampar ku," beraninya kamu menyebutku pelacur. Benar-benar tidak tau di untung kamu Andita. Pantesan hati mas Tio pindah sama aku."
"Hei Hesty !" Aku menarik rambut Hesty dengan kuat.
"Auw, Sakit Andita !" Teriak Hesty, Dan aku tetap tidak mau melepaskannya.
"Dengar ya Hesty ! Aku lebih kuat dari kamu, jadi jangan coba-coba lagi untuk menyentuhku."
"Iya, iya. Yaudah lepasin, sakit tau."
"Aku tau niat licik kamu Hesty. Kamu melarang mas Tio untuk menceraikan aku, hanya karena kamu pengen leha-leha dan bebas kan? Yang masakin buat mas Tio aku. Yang nyuci bajunya, juga aku. Dan yang merawat mas Tio saat sakit tetap aku. Sedangkan kamu?"
"Auw.. Auw sakit tau. cepatan lepasin ! Mas Tio??" Teriaknya.
"Giliran main sama kamu, Ke mall, restoran, dan kehotel. Kamu mau senangnya aja Hesty, tidak mau menerima susahnya mas Tio. Kalau nggak, sudah dari dulu kamu merebut mas Tio sepenuhnya dari aku."
"Fitnah kamu Andita. Mas Tio aja yang nggak suka bawa kamu kemana-mana. Ngaca Andita ! Sekarang kamu itu berantakan sekali."
"Apa? berantakan."
"Auw sakit. Lihat saja Andita, aku akan meminta mas Tio untuk membalas kamu."
"Satu lagi. camkan kata-kata ku ini ! Coba lahirkanlah satu anak lebih dulu. setelah itu baru kamu bisa membedakan antara berantakan dan sayang anak ! Jika kamu ibu yang baik. maka kamu lebih memilih anak dan harus mengorbankan waktu dan kebebasan kamu untuk anak. Kamu fikir, setelah memiliki anak dan masih kecil, kamu bisa kesalon setiap hari, hah. Ia bisa, jika memang kamu punya pembantu. Dan mas Tio bukan tipe orang yang mau memboroskan uang untuk pembantu. buktikan saja nanti. Perlu kamu tau Hesty ! jika aku bisa kesalon setiap hari, maka aku tidak akan kalah cantik dari kamu." Tangan aku masih menarik rambut Hesty dan masih tidak mau melepaskannya. Mengingat apa yang terjadi, selama 2 tahun ini, Hesty sudah menipu dan merusak rumah tanggaku."
"Kamu salah Andita. Aku yakin, kalau untukku mas Tio akan sangat berbaik hati. Dia akan selalu memanjatkan aku dengan fasilitas apapun. Kamu sangat bodoh Andita ! Kamu tau? Gaji mas Tio yang 7 juta itu, dia hanya memberikan kamu 300 ribu untuk belanjaan seminggu kan? Kamu tau berapa yang dikasih untuk ku Andita?"
"Berapa?"
"Tiga juta."
"Apa? Tiga juta. Kamu yang masih belum punya anak dikasihnya 3 juta. Benar-benar Tidak punya hati mas Tio itu. Dia tidak pantas dikatakan sebagai papanya Mila."
"Memang benar. Mas Tio hanya mengharapkan anak yang ada di kandungan ku ini. Mas Tio itu membutuhkan anak laki-laki yang tangguh bisa membantunya bukan anak perempuan seperti Mila yang taunya hanya bisa masak saja seperti kamu." Jawab Hesty dengan penuh percaya diri.
"Diam kamu." Jawabku.
"Auw !! Mas Tio tolongin." Teriak Hesty kembali.
Dan aku sangat kesal mendengarnya. Aku masih menarik rambutnya dengan tangan kananku, bahkan lebih ku eratkan lagi tarikannya. Sehingga membuat wajah hesty semakin terangkat keatas. Sedangkan tangan kiriku memegang kedua tangan Hesty kebelakang supaya dia tidak bisa melawan.
"Andita, apa yang kamu lakukan pada Hesty lepaskan !" Teriak mas Tio dan mau mendekatiku.
"Berhenti disana ! " Teriak ku pada mas Tio.
Aku mengancam mas Tio, karena kini tangan kiriku sudah melepaskan kedua tangan Hesty dan mengambil sebilah pisau yang ada dibelakangku. Sedangkan tangan kananku kusilangkan dileher Hesty.
"Hei Andita ! Kamu sudah gila ya? apa yang mau kamu lakukan, cepat buang pisau itu ! " Teriak mas Tio kembali.
"Tidak mau ! " Ucapku singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Keyla Namira
bagus dita lawan jgn kasih kendor pelakor mmg musti dgituin. & tingglkan laki2 penghianat itu
2021-05-19
2
Rhania lesta
Bagus dita jangan terlihat lemah sama pelakor kya dia
2021-04-18
3
Ria Nurma
mantap..jngan mau jdi wanita bodoh Dita...
2021-04-09
2