"Dita, Bapak mohon. Tolong kamu jangan bilang apa-apa sama Tio ya? sepulang dari ini bapak akan langsung berkemas dan besoknya pagi-pagi sekali bapak janji untuk keluar dari rumah ini."
"Hmm gimana ya?"
"Tolong Dita, bapak tidak mau dibenci oleh Tio."
"Baiklah pak, tapi bapak harus tau. Jika bapak berani melanggar janji, maka Dita tidak akan segan-segan melapor sama Tio. Dan satu lagi, Bapak harus melunasi janji sama Maisaroh tanpa mendekatinya lagi. Bagaimana?"
"Iya Dita, iya. Bapak janji tidak akan mendekati Maisaroh lagi, Dan bapak akan memberikan apa yang dia Minta." Sangat cepat dia menyetujui persyaratanku karena sudah merasa Begitu takut.
"Kalau mas Tio nanyain bapak, Dita harus bilang apa?"
"Bilang aja kalau bapak pulang kerumah, karena bapak itu rindu dengan kenangan ibunya Tio, Dan disana bapak akan jualan di toko."
"Baguslah. Sekarang Dita mau masuk duluan, bapak masuknya nanti aja belakangan supaya mas Tio nggak curigaan. Tunggu 5 menit setelah aku masuk."
"Iya Dit bapak paham."
Akhirnya permasalahanku selesai juga. Kenyamanan yang selama ini menghilang, besok bisa kudapatkan lagi setelah pak Burhan pergi.
Aku melangkah pulang setengah berlari agar mas Tio tidak marah besar karena menungguku. Kulihat ia masih mondar-mandir didapur.
"Mas, Kenapa terlambat sekali pulangnya."
"Apa? Dita.. apa kamu tidak tau kalau banyak laki-laki diluar sana, mereka itu tiap malam pulangnya jam 2 malam. Kalau bukan ngopi sama-sama teman-teman, ya mereka ke club buat refreshing, dan istri mereka itu tidak pernah ada yang protes. Nah kamu? Baru kali ini aku pulang telat udah berani protes. Sudah kubilang makanya jangan mikir yang macam-macam."
"Yasudah mas, aku masuk dulu mau lihat Mila."
"Eh.. mau kemana? Sebentar !"Dia menghentakkan gelas minuman ditangannya keatas meja dengan begitu keras.
"Iya mas, kenapa?
"Kamu bahkan belum menjelaskan padaku, kalau kamu itu habis keluyuran darimana tengah-tengah malam gini."
"Dari rumah samping mas."
"Awas ya kalau kamu berani macam-macam dibelakang ku."
"Seharusnya mas juga nggak mikirin macam-macam terhadapku."
"Apa kamu sudah mulai berani membantahku dit?"
"Mas, aku itu cuman nemenin mbak Maya aja.
Kamu tau kan kalau Maisaroh itu sering kerasukan. Tadi Maisaroh kambuh lagi mas, sedangkan suami mbak Maya belum pulang juga. Dan kamu pasti dong sebarapa takutnya mba Maya setiap kali mai kerasukan. Kalau kamu diposisi aku mas, aku sangat yakin, kamu pasti juga akan langsung menjenguk mbak Maya karena kasihan."
"Oh iya dong jelas. Aku ini selain seorang laki-laki yang pekerja keras, aku juga sangat bersosialisasi orangnya. Banyak orang bilang Tio ini berhati besar."
"Hmm iya mas." Kalau masalah keangkuhan, mas Tio juaranya. Dia sangat suka memuji diri sendiri.
Untungnya Mas Tio itu Bapak dari Mila putri kecilku yang cantik.Ya, jadinya aku tidak akan melontarkan kata-kata pedas terhadap Mas Tio. Padahal, aku paling tidak suka jika ada orang yang memuji dirinya sendiri didepanku.
"Dita?" Mas Tio kembali menghentikan langkahku.
"Iya mas, ada apa lagi?"
"Suami Maya belum pulang kan?"
"Terus?"
"Ya, itu.. Maya aja tidak memperdebatkannya."
"Iya mas."
Dasar mas Tio. Secepatnya aku meninggalkan mas Tio didapur sendirian, karena rasanya begitu malas lama berbicara sama mas Tio yang sudah tidak sepemahaman dengan ku. Ya, sebenarnya dia aja yang tidak mau sedikit mengerti perasaan perempuan.
Keesokan harinya ketika masih pagi sekali. Langsung aku cek kamar pak Burhan, untuk memastikan kalau dia benar memang sudah pergi.
"Sudah kosong kamarnya. Bukannya aku jahat, tapi tidak ada seorang wanitapun yang berani tinggal serumah dengan laki-laki seperti pak Burhan." Aku keluar dari kamar itu lalu menuju kedapur.
"Andita, masaknya nggak usah banyak-banyak ya. Secukupnya untuk kamu, Mila dan bapak. Karena aku mau langsung kekantor. Oh, iya jangan lupa juga bikinin kopi untuk bapak." Mas Tio sudah rapi dengan bajunya buat ngantor.
"Kok pagi sekali mas?"
"Ada hal penting yang harus cepat diselesaikan." Ia meneguk air putih sambil memegang tas di tangannya.
"Mas?"
"Nanti ya kita ngomong lagi waktu aku pulang kerja." Mas Tio begitu terburu-buru, sampai aku tidak sempat mengatakan kepadanya kalau pak burhan tidak ada lagi dirumah ini.
Aku mau memasak sesuatu untukku dan Mila, tapi didapur tidak ada persediaan lagi. Saat kubuka kulkas isinya juga kosong. Dan mas Tio tidak menyimpan uang sepeserpun di tanganku.
"Ah, kok bisa sampai lupa minta uang untuk belanjaan ya? padahal ini kan sudah waktunya."
Seperti biasa, aku pun keluar menemui tukang sayur didepan rumah. bedanya kali ini aku tidak membawakan uang.
" Mau sayur apa mbak?" Tanya mang jual sayur.
" Ayam aja deh, ada kan?"
" Ada mbak, ini sekilo 60 rb. mbak mau ambil berapa?"
"Setengah aja ya?"
" Ok mbak 30 RB, masih perlu yang lain lagi mbak"
" ia sebentar ya. ini semuanya berapa?" Aku mengambil beberapa keperluan yang lainnya termasuk sayur.
"Semuanya 78 ribu mbak."
" Baik mang. oh iya, boleh tidak uangnya besok saja?"
"Boleh mba, kan kita sudah lama kenal." Sahut mang sayur itu lagi.
"Mbak Dita, seharusnya kalau mba lagi nggak ada uang atau harus ngutang. Belanjaannya nggak usah ayam mba, sesekali kan boleh ikan asin? daripada harus ngutang kan malu mba?" Ucap mbak Hesty, janda kembang dikampung ku.
"Oh, iya donk. Tapi mau gimana lagi? mas Tio dia nggak mau kalau masakannya bukan ayam."
"Mba Dita itu harus pandai masak. kalau masakan enak, nggak mesti harus masak ayam. Aku jamin mas Tio pasti mau makan."
"Iya terimakasih." Sahut ku singkat saja, karena aku tidak mau melayani mbak Hesty yang sok tau.
"Eh, dibilangin bukannya terimakasih malah ngilang aja." Ketua mbak Hesty lagi.
Malamnya..
Jam 8 malam mas Tio baru pulang dari kantor. Aku langsung membuatkan kopi untuknya dan kuletakkan diatas Meja ruang tamu didepannya.
"Mas ini kopinya."
"Iya, Mila mana?"
"Sudah tidur mas."
"kenapa kamu menatapku seperti itu?"
"Apa mas Tio banyak kegiatan diluar sampai pulangnya terlambat lagi?"
"Iya donk. kenapa nanyanya seperti curiga gitu? dikantor itu kalau bukan rapatnya yang lama, bisa jadi lagi ada tugas dilapangan itu bisa ngebuat lama juga pulangnya."
"Oh, okey." Itulah jawabanku yang super singkat.
Kenapa Sangat singkat? karena aku tidak percaya tapi tidak ingin mempermasalahkannya.
"Oh, iya bapak mana? nggak mungkin kan dia udah bobok secepat ini."
"Dia pulang mas."
"Apa? Kenapa ?!"
"Katanya kangen ibu sama mau jualan di toko lagi."
"Bukan itu Dita, kamu pasti bohong. Kalau bapak mau pulang pasti dia akan pamit dulu sama aku, ini pasti ulah kamu kan Dita makannya bapak pulang."
"Dia sendiri yang mau pulang mas."
"Ah, ngaku aja. Kamu itu memang nggak suka sama bapak, pasti kamu sudah mengusirnya. Kamu memang nggak punya hati Dita." Dia langsung berdiri dengan wajah yang memerah karena marah.
"Iya, aku memang nggak suka sama bapak? kamu mau tau kenapa? Ini lihat mas, lihat dengan jelas." Ku berikan hp ku pada mas Tio.
"Apaan ini hah? siapa lagi yang tau selain kita?"
"Iya, itu bapak sama Maisaroh. Aku mengirimkannya pada putri untuk berjaga-jaga."
"Kurang ajar, beraninya kamu merekam hal seperti ini dan mempermalukan bapak."
Plaakkk !
Mas Tio langsung menamparku dengan begitu keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Viea
dasar ea si tio bkin darah tinggiqw memuncak 😠
2021-06-27
1
Sekar Arimbi
Loh laki toxic..curiga nih punya wil
2021-04-30
1
Rhania lesta
Aampunnnn ini si suaminya malah gak jelas gini hadehhhh
2021-04-17
0