"Jadi gitu, Pak, ceritanya, " ujar Pretty dengan mimik serius. "Bapak percaya, kan, sama cerita saya? Tiba-tiba aja cowok nama Aji ini muncul di depan mobil. Hampir aja nabrak dia."
Satpam bernama Lani hanya mengangguk-angguk, padahal belum mengerti.
Pretty mendengus. "Gapapa, kan, Aji tinggal di tempat Bapak?"
"Gapapa, kok, Mbak Pretty, asal ada bayarannya." ucap Lani dengan menyodorkan tangan kode meminta uang. "Ada uang, abang disayang. Nggak ada uang, abang melayang."
Pretty menghela napas. Apes hari ini. Sudah hampir berurusan dengan pihak berwenang, uangnya kembali menghilang. "Nih, lima ratus ribu cukup, nggak?"
"Lima ratus lagi, deh, Mbak. Cincai, lah." tawar Lani. Kata 'cincai' diucapkan Lani, mengingat wajah Pretty yang cukup Oriental. Mata kecil, kulit Pretty putih nan mulus.
"Aduh, saya lagi nggak megang uang lagi. Sisanya besok-besok lagi, yah, Pak."
"Janji, yah, Mbak?"
Pretty mengangguk. "Eh, Pak Lani, bisa bahasa Jawa, nggak? Aji ini cuman bisa ngomong bahasa Jawa doang."
"Yah, ngartos, Mbak. Kampung saya kan di Solo, sekampung halaman sama Jokowi."
"Bilang dia--" tunjuk Pretty kepada Aji. "--bilang dia, mulai hari ini, dia tinggal di rumah Bapak."
"Sampeyan manggon ing omah kowe. Ngerti? Ojo ngganggu kowe, sampeyan. Ngerti ora?" kata Lani dengan galak.
Aji bergidik. Di pikiran Aji, laki-laki paruh baya ini siapa perempuan yang merupakan anak buah Ratu Pantai Selatan. Cara bicaranya kasar sekali dan tidak tahu tata krama. Aji baru sadar, memang ada beberapa orang di dunia ini yang berbicara dengan menggunakan bahasanya, namun bahasa yang digunakan bahasa kasarnya. Bukankah tidak sopan berbicara dengan bahasa ngoko kepada orang yang baru kali pertama bertemu?
"Ngerti ora?" Lani meminta jawaban dari Aji. Lani bahkan sudah bersiap memukul Aji dengan pentungan plastik.
Aji tergesa-gesa menganggukkan kepala. "Kula ngerti, kula ngerti,..."
"Ya udah, Pak. Titip Aji dulu di rumah Bapak. Soal makanannya, nggak usah repot. Panggil aja tukang bakso, dia udah doyan." kata Pretty.
Astaga, Pretty. Aji itu manusia, bukan binatang peliharaan. Masa Aji disamakan dengan anjing Poodle kesayangan Pretty? Iya, kali Aji bakal menggonggong dan berlari mengejar orang yang dirasakan Aji memiliki niat jahat.
"Beres, Mbak Pretty. Tapi, janji yah Mbak, lima ratus ribunya, jangan lupa." Lani membuat tanda cinta ala remaja Korea tengah jatuh cinta lagi.
"Iya, saya janji." ucap Pretty menghela napas.
"... cinta, cinta, cinta, datang padaku
Malu, malu, malu, 'ku akui itu
Tapi, tapi, kamu t'lah menawan hatiku..."
Sekonyong-konyong seperti ada yang tengah bernyanyi. Lagu itu membuat Pretty dan Aji mendadak saling bertatapan. Jantung Pretty berdebar-debar lagi. Ternyata juga ada beberapa gadis berusia pelajar SD tengah bersepeda di luar halaman rumah Pretty (sebetulnya rumah Lani masih dalam lingkungan rumah Pretty). Mereka tampak asyik menyanyikan lagu "Dag Dig Dug" yang pernah dipopulerkan oleh Blink tersebut.
Lani terperangah menyaksikan adegan ala FTV berada tepat di depan matanya. Mata satpam itu hilir mudik melihat sepasang pemuda dan pemudi yang sepertinya tengah jatuh cinta.
"Mbak Pretty,"
Pretty tersentak. "Iya, Pak,"
"Gapapa, nih, Aji tinggal sama saya?! Mbak Pretty kan kaya. Kenapa Aji gak ditaruh di hotel aja?"
"Hah? Hotel? Pak Lani, yang bener aja. Saya gak berani ambil resiko cariin dia kamar hotel. Bisa digorok Daddy nanti." ujar Pretty meradang.
"Yah, saya lihat kayaknya Mbak Pretty suka sama Aji ini. Kalau cinta, ngaku aja. Jangan malu-malu mau gitu." Lani cengar-cengir.
"Eeee... ya udah, saya mau balik ke rumah dulu. Mommy tadi SMS." dalih Pretty.
Terima kasih yang sudah membaca PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN. Jangan lupa like, vote, dan share-nya. Jangan lupa juga ide-idenya untuk pengembangan ceritanya. Bagaimanapun Author juga manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan. Hehe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
anggita
cincai lah.
2022-02-13
3