Bab 3# Butik

Saat di butik, Mimin terlihat sangat cantik dengan gaun yang di cobanya di ruang ganti. Mata Fiko sampai tak terkedip melihat paras cantik Mimin ketika memakai gaun putih.

Setelah selesai mencoba gaun tersebut. Mimin pun bingung bagaimana cara dia harus membayar gaun yang bagus dan mahal itu.

Tiba-tiba Fiko mengambil gaun yang sudah di coba Mimin itu dan membawanya ke kasir.

"Fik....ada apa?," Mimin dengan raut mukanya yang bingung.

Mimin mengikuti Fiko, ternyata Fiko berjalan menuju kasir untuk membayar gaun yang dicoba Mimin tadi.

"Hei Fik, kenapa kau membayarkan gaun itu? gimana caraku mengganti uangmu?," ucap Mimin.

"Udahlah Min, kau gak perlu menggantinya. Anggap saja ini hadiah dariku sebagai tanda persahabatan," jawab Fiko.

"Makasih ya Fik. Kau begitu baik padaku," ucap Mimin.

Sesaat setelah Fiko selesai membayar, mereka pun keluar dari butik tersebut dan segera naik motor butut Mimin.

Dan ketika akan pergi naik motor, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan motor Mimin dengan membunyikan klakson mobilnya keras-keras.

Ternyata dia adalah Robi dengan mobil mewahnya yang sengaja membunyikan klakson mobilnya dengan kencang.

"Hei cupu, sedang apa kau di butik ini? jangan bilang kalau kau membeli baju disana. Karena kau tak akan mampu untuk membelinya," teriak Robi dari dalam mobilnya.

"Jaga ucapanmu Rob!," kata Fiko membela Mimin.

"Oh... ternyata kau selalu jadi bodyguard Mimin ya Fik! Atau jangan - jangan kalian pacaran kali hahaha...," tambah Robi.

"Sudah cukup Rob. Aku gak perlu dengar ocehanmu!," sahut Mimin.

"Ah... aku juga sudah muak ketemu kalian...bye," jawab Robi.

"Minggir kau!," tambah Robi.

Akhirnya Mimin dan Fiko pun minggir dan segera melaju dengan motor butut Mimin.

👑👑👑👑👑

Robi segera memarkirkan mobil mewahnya di depan butik dimana Mimin dan Fiko tadi berbelanja. Tiba - tiba ....Kian salah satu teman Robi bertanya pada Robi.

"Rob, kenapa sih kamu begitu benci sama si Mimin?," tanya Kian.

"Kenapa kau tanya hal yang gak penting?," jawab Robi.

"Ya aneh aja sih. Sampai sebegitunya kau benci dia," sahut Kian.

"Kau tau sendiri lah Ian... kalau di sekolah kita tuh kan semua anaknya dari kalangan orang yang kaya, sedangkan dia tuh sapa? Manusia yang gak pantas sekolah bersama kita," jelas Robi.

"Oh begitu kah Rob. Tapi kan tidak seharusnya kau mengejeknya terus," ucap Kian.

"Sudah lah Ian, kau gak perlu bahas dia lagi. Bikin moodku jelek saja," sahut Robi.

Mereka pun masuk butik itu. Mereka juga akan membeli baju persiapan malam kesenian.

👑👑👑👑👑

Setelah dari butik, Fiko dan Mimin pergi ke taman. Mereka berbincang bincang disana dengan makan bakso. Di saat mereka makan bakso, Mimin bercerita tentang kehidupannya.

Mimin berasal dari keluarga yang hidupnya serba pas-pasan. Dia memiliki dua adik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik dan ibunya berjualan di pasar. Hampir tiap hari Mimin membantu ibunya sebelum berangkat sekolah dengan mengantarkan ibunya dan membawakan perlengkapan berjualan ibunya. Kebetulan ibunya berjualan nasi campur di pasar. Jadi nanti jika ada sisa makanan yang tidak habis terjual bisa digunakan untuk makan kami di siang dan malam hari. Kalau ayah Mimin bekerja sebagai buruh pabrik yang pulangnya kadang sore dan kadang lembur sampai malam.

"Aku dan adik - adikku harus bisa hidup mandiri. Aku sebagai anak pertama harus bisa mendampingi adik untuk belajar. Dan semoga kelak mereka bisa membantu ayah dan ibuku," ucap Mimin.

"Aku sangat bersyukur karena dapat beasiswa untuk sekolah disini sehingga ayah dan ibu tidak kesusahan mencari biaya untuk aku sekolah," ujar Mimin.

"Aku berharap kelak aku dan adik - adikku bisa menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakan ayah dan ibu," harapan Mimin.

Fiko mendengarkan cerita Mimin dan ikut terhanyut dalam kehidupan Mimin yang sangat menyedihkan. Fiko sangat bangga dengan sikap Mimin sebagai seorang kakak. Dia sangat semangat dalam mencari ilmu.

"Aku sangat bangga sama kamu Min. Kamu bisa jadi anak dan sekaligus kakak yang menjadi contoh buat adik - adikmu," ujar Fiko.

Mimin sangat bangga bisa mempunyai ayah dan ibu yang sangat luar biasa dalam mendidiknya. Ayah Mimin adalah orang yang sangat bijaksana dan sangat disiplin dalam mendidik anak - anaknya.

"Kamu sungguh beruntung punya keluarga yang serba kecukupan Fik, tidak seperti aku," ucap Mimin kepada Fiko.

"Mungkin kamu bisa melihatnya di luar saja, harta dan kekayaan yang kamu lihat itu hanya milik orang tuaku bukan milik aku Min," sahut Fiko yang tidak membenarkan ucapan Mimin.

"Siapapun orang tuanya dan berasal dari keluarga yang seperti apa, itu tetap orang tua kita Min," kata Fiko.

"Iya Fik, meski aku berasal dari keluarga yang pas-pasan. Aku tetap sayang pada orang tuaku begitu juga mereka yang sangat sayang sama aku," kata Mimin yang begitu bangga kepada orang tuanya.

Fiko menceritakan tentang orang tuanya yang begitu sayang kepadanya namun sangat berlebihan. Kemana pun dia pergi selalu harus diantar oleh pesuruh orang tuanya. Dia sangat terkekang tak bisa keluar dan bebas bersama teman - temannya.

"Baru kali ini Min, aku keluar sama kamu tanpa ditunggu oleh pesuruh papa," ujar Fiko.

"Pasti orang tuamu bakalan marah kalau tau kamu tidak ada di sekolah tapi keluar sama aku," jawab Mimin.

"Iya sih, tapi tadi aku ijinnya ada kelas tambahan jadi pulangnya agak siang," jelas Fiko.

Fiko merasa sangat bebas tanpa sopir dari papanya.

"Kamu beruntung ya Min, orang tua mu sangat percaya sama kamu, tidak seperti aku yang kemana mana selalu harus dipantau," keluh Fiko.

"Iya Fik, mereka sangat percaya dan mendukung semua kegiatanku," ucap Mimin.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang.

"Min, sekarang udah jam dua. Ayo kita balik ke sekolah! takutnya sopir papa udah nungguin aku," ujar Fiko.

"Iya Fik, aku udah selesai kok makannya," sahut Mimin.

Mereka jalan menuju tempat parkir motor agak tergesa gesa karena Fiko takut kena marah. Setelah sampai di tempat parkir, mereka langsung naik motor motor butut Mimin.

Di sepanjang jalan menuju sekolah.

"Min, nanti malam bolehkan aku jemput kamu? kita berangkat sama-sama," tanya Fiko.

"Apa kamu mau berangkat dengan orang seperti aku Fik?," sahut Mimin minder.

"Kenapa mesti malu? kita kan sahabat Min," jawab Fiko.

"Kalau kamu gak malu dan gak keberatan, aku mau kamu jemput Fik," jawab lirih Mimin sambil tersenyum.

"Baiklah nanti jam 6 malam, aku jemput kamu ya Min," ucap Fiko.

"Iya Fik," jawab Mimin.

👑👑👑👑👑

Terpopuler

Comments

Serly Que

Serly Que

Robi tuh mah emang jahat baget sih sama mimin

2021-02-01

0

Alina aja

Alina aja

Kalau aku ketemu sama orang kayak robi, pasti sudah aku caci maki deh

2021-01-24

0

Novi

Novi

Dasar Robi😏

2020-12-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!