Tidak peduli apapun Ega dengan cepat menarik tubuh Rain ke dalam pelukannya, Rain kaget namun tidak dapat menolak. Tangisnya kembali pecah, Rain menggigit bibirnya agar tidak terdengar suara tangisnya. Hati Ibu panas melihat adegan itu, berani sekali Ega memeluk anak gadis satu-satunya. Ibu beranjak hendak menegur keduanya namun tiba-tiba lengannya ditahan seseorang. Ya, Bibi baru saja datang.
"Biarkan sebentar saja, A Ega tidak akan melakukan lebih dari itu." Bisiknya. Ibu menurut.
"Menangislah, keluarkan suara loe." Ega membisik. Rain menurut dia menangis meluapkan emosinya Kaus Ega basah oleh air mata Rain hingga dia merasakan basah di bagian dadanya. Rain terus menangis hingga sesenggukan. Ega melonggarkan pelukannya mendorong kedua bahu Rain untuk melihat wajahnya.
"Lihat mata gue, Rain!" Rain mendongakan wajahnya. Untuk pertama kalinya dia melihat wajah tampan itu, mereka bersitatap.
"Rain, kali ini aja loe bangkang keinginan nyokap Lo. Loe berhak memilih!" Rain menggeleng
"Aku nggak punya alasan." Suara Rain bergetar. "Jangan menyiksa diri Lo dengan hal yang nggak Lo suka!"
Ega masih memegang kedua bahu Rain. "Aku nggak mau jadi anak durhaka, dan apapun yang Ibu kasih buat aku itu pasti yang terbaik termasuk perjodohan." Rain masih sesenggukan. Ega merasa iba diraihnya kedua pipi mungil itu namun saat hendak mengusap air mata yang membanjiri pipi Rain Ibu cepat bergerak 'enak saja memegang pipi putriku sembarangan'. Ibu dengan lembut menarik lengan Rain membuat Ega menarik tangannya dari pipi Rain.
"Mandi lah sayang, Ibu tunggu di teras bersama Ega dan Bibi." Rain mengangguk segera berlalu ke kamar mandi.
"Tan, jangan paksa Rain." Ega bicara dengan wajah memohon.
"Tante tidak punya alasan untuk membatalkan perjodohan ini dan Rain tidak sedang menjalin kasih dengan siapapun. Kamu sendiri bukan kekasihnya kan?" Ibu bicara membuang pandangannya ke arah pintu masuk. "Kita tunggu Rain di teras." Ibu berlalu keluar diikuti Ega dan Bibi.
10 menit
Hening
20 menit
Hening. Tidak ada yang bicara sampai akhirnya keluarlah Rain dengan wajah segar meski matanya sembab bahkan terlihat sedikit bengkak. Rain manis sekali memakai dress lengan panjang dan menutupi lututnya. Warnanya yang hitam kontras dengan kulitnya yang putih. Aroma tubuhnya yang wangi bayi sebab dia membalur seluruh tubuhnya dengan minyak telon dan bedak bayi sangat segar terhirup.
"Aduuuh bayi cantik Ibu, sini sayang duduk!" Ibu menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya. Rain duduk tersenyum samar. Dengarlah, jantungnya berdebar tak karuan. Tangannya yang terus meremas-remas jarinya terasa dingin.
"Rain, bicaralah sayang. Katakan yang ingin kamu katakan!" Rain menggeleng.
"Sekali lagi Ibu tanya, apa kamu menerima perjodohan dengan putra teman Ibu?" Rain mengangguk. Ega gemas sekali "Rain, ayolah!" Ega membujuk Rain.
Ibu menggeleng-geleng kepala. "Sudahlah, sekarang juga Ibu akan kenalkan kamu dengan putra teman Ibu agar laki-laki yang duduk di sebelahmu itu tidak mengacaukan perjodohan ini." Ega sudah putus asa, sesal kenapa dia tidak cepat-cepat meminta Rain menjadi kekasihnya. Ibu berdiri. Rain pasrah dan Ega dia mengepalkan tangannya, marah. Tiba-tiba Ibu dan Bibi tertawa membuat Rain dan Ega terheran-heran saling bersitatap. "Neng Rain apa selama ini tidak tahu siapa teman Ibu mu?" Bibi bertanya. Rain berpikir sejenak.
"Rain, Ibu sampai detik ini hanya punya satu teman yaitu Bibi dan kamu tahu siapa yang akan Ibu jodohkan denganmu, sayang." Ibu membungkuk. Rain menggeleng tak mengerti sementara Ega sepertinya sudah pahan dengan kelakuan Ibu Rain dan Bibinya. Mereka berdua kompak mengerjai Rain dan dirinya.
"Tentu saja laki-laki yang duduk di sebelahmu itu yang akan Ibu jodohkan denganmu. Laki-laki yang berani-beraninya memeluk anak gadis di depan mata Ibunya."
Sudah Ega duga, dasar. Rain terperanjat, dia kembali memecahkan tangisannya. Ibu kaget, bukannya senang malah menangis.
"Eeh eh sayang, kamu tidak suka Ibu jodohkan dengan Ega. Ya sudah Ibu batalkan sekarang juga." Ibu lagi-lagi menggoda Rain. Rain menggeleng cepat.
"Ibuuu, Rain suka. Tapi Ibu kemarin udah bikin Rain benar-benar kehilangan akal sehat. Semalaman Rain menangis, Rain baru bisa tidur dini hari. Rain merasa jadi manusia paling bodoh dan menyedihkan. Rain menangis sampai membuat kamar menjadi lautan tisu dan lihat ini, mata Rain sekarang perih dan sakit." Rain menunjukan matanya yang memang bengkak. Ibu tertawa membawa tubuh anak gadisnya ke dalam pelukan. Habis kalau tidak seperti ini kapan kedua anak ini mengakui perasaannya. Ibu dan Bibi merasa sangat gemas dan memutuskan mengerjai keduanya.
Setelah ini jadian nggak yaaa? Baca, dukung, like dan vote yaa. Mohon maaf bila terdapat penulisan dan kata-kata yang salah. 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
sry rahayu
kompak an ya ibu dan bibi ngerjain
2022-05-31
0
Sanjana Albirru
mungkin lebih tepat menolak bukan bangkang, menurut saya kalimatnya jadi aneh. (masukan saja)
2022-05-28
0
buk e irul
hiih author e gumus gumus...
2022-01-19
0