10 menit.
20 menit.
30 menit.
Ragga mulai bosan sendiri.
"Bibi masaknya pasti sambil ngerumpi nih lama banget."
Ragga bangkit dari duduk hendak menemui Bibi. Benar saja ternyata Bibi dan Ibu Rain sedang asyik mengobrol.
"Permisi" Ega menyapa dua orang yang terlihat seperti sahabat itu.
"Eeh Aa, bosan ya ditinggal sendirian?" sahut Bibi. Ibu Rain tersenyum
"cari Rain gih nak di belakang siapa tahu nyetrika bajunya sudah selesai."
Ega pun menganguk dan mulai menelusuri rumah Rain. Rumah yang sederhana tidak terlalu kecil namun sangat rapi dan bersih. Tidak seperti rumah yang Ega tinggali sangat besar namun sepi. Ega menghentikan langkah kakinya saat mendengar sebuah alunan musik dan seseorang berdendang. Ya di sanalah Rain berada. Dia masih menyetrika dengan tangannya yang mungil namun lihai. Bibirnya terus tersenyum dan bersenandung mengikuti lagu yang dia putar dari ponselnya. Ega terus memandangnya. Kenapa manis sekali gadis itu. Rambut panjangnya kini digelung memperlihatkan lehernya yang putih. Dan apa itu? Mengapa Dia hanya menggunakan celana pendek dan tank top? Apa dia lupa ada tamu di rumahnya.
"Aah selesai," gumam Rain seraya meletakan lipatan baju ke dalam keranjang. Ega segera menghampirinya setelah melihat Rain menyelesaikan pekerjaannya.
"Eehem." Ega berdehem. Rain setengah kaget, Dia baru ingat kalau di rumahnya ada tamu.
"Eeh Ega, sorry ya keasyikan nyetrika aku lupa ada kamu sama Bibi."
Ega sedikit terpukau memandang Rain sedekat ini. Ah ya dia harus bertanya
"Loe tadi kenapa bohong soal bayarin belanjaan nyokap loe?" Rain terperanjat
"Duuh sorry Ega gue sebenarnya cuma takut Ibu marah kalau tahu gue punya duit."
Ega mengkerutkan keningnya. "Lho kenapa Marah? Emang duitnya dari mana? Emang itu hasil nyuri, atau hasil jual obat terlarang atau hasil jual diri atau hasil dikasih cowok loe?" Ega bertanya panjang lebar membuat Rain terpukul dengan omongan Ega sampai sejauh itu
"Egaaa" mata Rain mulai berkaca-kaca. "Aku nggak kaya gitu Ega. Aku nggak nyuri, aku nggak kriminal, aku nggak ngejablay dan juga aku bukan tukang morotin cowok. Uang itu dari Ibu aku. Aku dikasih Lima ratus ribu setiap minggu buat jajan tapi jarang Aku jajanin karena aku seringnya bekel makanan dan Aku kalaupun jajan di luaran itu selalu bareng Ibu aku dan dibayarin Ibu. Kamu terlalu jauh Ega mikirnya."
Rain menjelaskan panjang lebar. Entah mengapa Ega merasa lega dengan penjelasan Rain. Rain mengatur nafasnya selain karena merasa gugup juga sedikit sedih dengan perkataan Ega. "Sorry gue nggak bermaksud nyakitin loe." Ega melembutkan intonasinya membuat Rain tersenyum matanya berbinar memandang Ega. Keduanya saling bertatapan. Kenapa Rain memang sangat manis dan meneduhkan seperti ini? wajahnya itu mengapa terlihat imut sekali? Apa ini tipu daya? Ega terus membatin. Sementara Rain pun sibuk dengan batinnya. Bagaimana ini bisa terjadi? laki-laki yang Aku suka ada di rumahku melihatku menyetrika baju dan berbohong pada Ibu? Apa bisa Dia membalas cintaku dengan keadaanku yang payah ini? Apa Aku berhenti saja sebelum semua lebih dalam? Tapi, aku tidak bisa ini sepertinya akan jadi pertama dan terakhir aku jatuh cinta. Sementara dari arah dalam munculah sepasang teman baru melihat adegan tatap menatap yang sangat romantis itu. Kedua insan berhadapan dengan tubuh si pria yang tinggi tegap dan si gadis yang mungil nan manis saling menatap tulus dan heii lihatlah itu anak gadis. Kenapa dia hanya mengenakan celana pendek dan tangtop sementara di hadapannya ada laki-laki bukan muhrim yang menatapnya.
"Rainnnnnnnn!" Ibu menghampiri keduanya. Adegan menatap itu hancur dengan teriakan Ibu. Rain belum menyadari kesalahannya. "Rain Khadijaaaa!" Ibu berteriak sambil mencubit paha mulus Rain. Awww Rain mengaduh.
"Rain kamu lupa kita ada tamu?" Rain tersadar dengan kesalahannya. Eeh belum sepenuhnya sadar.
"Sorry bu Rain habis nyetrika tadi tuh," seraya menunjuk keranjang pakaian.
"Rain Khadijaaaa!" Ibu kembali berteriak. Sungguh menerima tamu sangat rumit.
"Apa yang kamu pakai ini, hah?" Ibu kembali mencubit paha Rain. Rain menyadari kesalahan fatalnya. Rain berlari ke dalam berteriak "Maaf Ibu Aku lupa." Rain membawa rasa malunya. Yaa Tuhan sedari tadi dia mengekpose tubuh mulusnya di hadapan Ega dengan santai. Fix Ragga Hadiwijaya harus jadi pacarnya, eeh bukan tapi suaminya. Enak saja sudah melihat terlalu banyak tubuh mulusnya. Sementara bagi Ega dan Bibi penampilan seperti itu sudah biasa. Bibi sering sekali melihat Ega membawa pacarnya ke rumah dengan pakaian seperti itu. Mereka kembali ke dalam untuk makan bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
sry rahayu
lupa....
2022-05-23
0
Ci lili_
Gimana dong kalau lupa pasti g ingat 🤣🤣
2021-12-14
0
buk e irul
hadeeeh
2021-10-07
0