MISTLETOE
.
Welcome to Diego and Alita's story!
.
***
Dentingan piano terdengar kala jemari menari. Manik cokelat madu yang tertutupi topeng menatap intens pada seseorang yang sedang menari dengan anggun di depannya.
Diego menikmati keheningan yang seketika mengambil alih dengan mata dan bibir yang tak henti tersenyum. Objek yang memesona di sana menjadi pemandangan sempurna untuknya selama ini.
Gadis manis itu melakukan pole dance, sementara Diego dengan pianonya, tidak terpisahkan.
Nada-nada merambat pelan dan bergema indah, menghadirkan senyuman di bibir yang mendengar. Bibir tipis merah muda alami milik pemuda tampan mulai menggemakan sebuah lirik.
Let's talk about all the things that we shouldn't talk about
Those kinda of words that would change all the things we talk about
Tell me do you ever think of us
Should I ask for more or should I stop?
Belum sempat Diego melantunkan pada bait berikutnya, suara sorakan dan gemuruh para gadis penikmat musik menggemparkan aula.
"Astaga, suaranya mirip Justin Bieber!" ujar seseorang.
"Oh Tuhan, aku tidak tahu di sekolah kita ada yang punya suara bagus. Aku mau jadi pacarnya!" teriak yang lain.
"Aaahhhh, aku ingin melahirkan anak untuknya!" sahut yang lainnya.
"Yang benar saja! Selama ini tidak ada yang bisa mengalahkan suara Manuel, bahkan ini setara dengan Ed Sheraan!" sambut yang lain lagi.
Berbagai pujian menakjubkan tidak membuat Diego mengalihkan fokus. Mata cokelatnya terus menatap Alita, gadis remaja yang membuat dunianya jungkir balik.
Namun, satu kalimat dari seorang penonton membuat bibir Diego menipis.
"Mungkin gadis itu adalah pacarnya, aku pikir mereka sangat cocok untuk bersama meski wajahnya ditutupi topeng."
Diego bergumam dalam hati. "Suatu hari nanti dia akan menjadi pengantinku. Itu janji."
Sambil melanjutkan bait selanjutnya, jemari Diego menekan tuts piano lebih cepat dan gerakan Alita di sana semakin cepat.
What if a tommorrow means that we are here together?
What if we taking chance and just to lose it all?
Am I really crazy thinking 'bout this all together?
What if I've been missing the writing on the wall?
What if I say?
Objek yang menjadi penghayatan Diego berhenti, melangkah ke arahnya dengan senyuman. Dengan gerakan pasti, jemari mungil itu mengambil alih tuts piano di sebelah kanan Diego, dan bersama menyambung bagian selanjutnya.
I know, you know
What if I told you I like you?
We stay, we go
What if I told you I like you?
I know, you know
What if I told you I like you?
What if I told you I like you?
Teriakan histeris makin memekakkan telinga, kedua manik berbeda warna itu saling menatap, memancarkan perasaan yang sama. Bibir yang terus tersenyum membuat perasaan Diego kalang kabut.
Di balik irama piano, bermandikan cahaya rembulan malam, disaksikan ratusan juta bintang dari angkasa, di hadapan para guru dan siswa di acara festival sekolah, Diego dan Alita tersenyum, memberikan kode yang hanya bisa dimengerti oleh kedunya.
Sekali lagi, jantung Diego berdebar tak karuan tatkala bibir yang penuh godaan itu tersenyum lagi. Gerakan tangan yang sangat kompak di atas tuts membuat bibir Diego tersenyum lagi meski jantungnya berdebar sangat cepat.
Dan pada saat Alita menandungkan bagiannya, Diego menatap lamat.
I heard everything you saying, saying 'bout us
It's not about right or wrong, it's 'bout what we love
Would it be simple or would be too complicated?
Should I keep going or maybe it's better to stop?
Bersama-sama keduanya menyelaraskan syair, berkabut dalam gairah asmara remaja bermandikan doa dalam hati, berharap cinta mereka abadi layaknya matahari kecil yang tidak pernah berhenti bersinar.
***
"Lele, ready?"
"Yes, you can do it now!"
Suara dari walkie-talkie terdengar, menanyakan persiapan Alita. Sementara seseorang di sana sedang melakukan sesuatu.
"Hitung mundur sepuluh detik. Sekarang!"
Alita mulai menghitung dalam hati. Jantungnya berdebar-debar, meski sudah sering melakukan ini, tetap saja dia merasa asing. Diego di sana sedang melakukan aksi yang bisa dibilang melanggar hukum.
"Sudah lima detik," gumamnya yang terus menghitung.
Tidak menunggu waktu yang lama, Alita berlari dan berlindung di balik dinding yang menurutnya anti guncangan. Tidak lama kemudian, terdengar suara ledakan yang membuat banyak orang kalang kabut.
Tidak adanya suara dari walkie-talkie membuat Alita cemas. Pasalnya, ledakan itu sangat besar dan bisa membahayakan nyawa orang yang terkena dampaknya.
"Shaun, kamu masih di sana?" Alita berteriak cemas, tapi masih menutup mulutnya demi keamanan jangan sampai ada orang yang mengenalinya.
Tidak ada jawaban, Alita kembali berteriak. "Diego?! Kamu masih hidup?"
Masih tanpa suara membuat Alita menghentakkan kaki dan dia menjadi pusat perhatian banyak orang. Ditatap aneh karena tubuhnya dibungkus jaket hitam berukuran jumbo.
"Shaun, apa kamu sudah mati?"
"Gadis gila, apa kamu sedang menyumpahiku agar bisa berpacaran sepuasnya?"
Senyum di bibir Alita terbit. Ternyata kecemasannya hanya sekadar rasa takut kehilangan. Buktinya Diego masih orang yang sama, pemuda yang kadang menyebalkan menurut Alita.
"Aku pikir kamu sudah mati, Shaun, kamu tidak menjawabku," ucap Alita sambil mengerucut.
"Aku sudah mengatakannya berulang kali, Lele, jangan mengganggu konsentrasiku."
Alita tertawa pelan. "Cepatlah, aku melihat banyak pria tampan yang lewat. Kamu tidak ingin aku kabur, bukan?"
"Eh, sialan, jangan berani coba-coba! Aku akan membunuh bajiingan itu kalau kamu berani kabur tanpa kabar!"
Alita tertawa lagi. "Sekarang sudah musim ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, Shaun. Masih bagus aku kabur tanpa kabar yang pasti akan kembali."
"Aku akan mematahkan kaki kecilmu kalau kamu berani kabur!"
Ancaman yang seperti candaan bagi Alita, bibirnya mengerucut. "Berapa lama lagi? Aku sudah tidak sabar menunggu, apalagi menunggu kepastian dari kamu. Kapan kamu akan menemaniku di pelaminan?"
Alita tahu di seberang sana Diego sedang tertawa mengejek juga menahan kesal. "Aku akan datang sebagai tamu makan gratis," ucap pemuda itu. "Kalau kamu berani nikah dengan orang lain, malam pertama aku ganggu di tengah-tengah," ujar Diego plin-plan.
Alita tergelak. "Dan kamu akan membayar dengan nyawamu."
"Aku siap menghabiskan seluruh hidupku bersamamu."
Bibir Alita tersenyum lagi. Gombalan receh ala Diego mampu membuat garis bibirnya tak henti melengkung ke atas. "Kenapa kamu menjawab? Aku akan memakai itu untuk merayu pria tampan!"
"Aku juga pria tampan, setia juga penuh kharisma."
"Aku tidak suka pria licik, aku hanya ingin pria tampan dan pintar," ujar Alita mencibir.
Decakan dari bibir Diego terdengar, dan itu membuat Alita terkejut. Pemuda tampan itu sudah berdiri di belakangnya. "Kapan kamu sampai?"
"Saat kamu bilang ingin menggoda pria tampan."
Alita mengerucut sebal. Capitan di lehernya membuat Alita terbatuk-batuk. "Shaun Anthony?! Apa kamu ingin membunuhku?"
Begitulah kehidupan kami. Meledakkan brankas dan mesin ATM demi kepentingan pribadi. Jika ada yang bertanya, kenapa tidak meretas jaringan dan mengalihkan kepemilikan?
Bukan tidak mudah, tapi kami butuh udara segar. Berlari dari kejaran polisi adalah keahlian kami. Dan sekarang dengan sekantong dolar Amerika, kami bergandengan tangan, berlari dari kejaran yang katanya para pembela kebenaran.
Kami bukan Robin Hood yang mencuri untuk orang miskin, juga bukan para Avengers yang berperang demi kedamaian dunia. Kami bukan pembela kebenaran, kami hanyalah tunas muda biasa yang berusaha mencari kesenangan dan juga jati diri.
We are Perfect Partner!
.
---
Oke, si tengil udah gede😆✌
Titisan kecebong Silver, mirip 'kan sama Sue?🤔🤔
---
Entah siapapun visualnya, aku harap para readers yang bijaksana hanya perlu fokus pada isi cerita. Visual ini hanya pelengkap dan tidak mewakili seluruh isi bacaan, jadi bijaklah dalam memilah.
Diego said : Ti voglio bene, cara!
Alita said : Ti amo anch'io.
.
***
Love,
Xie Lu♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sisca Wilujeng
mampir kak...
2021-12-05
0
Na_ernaauk
aku mampir tinggal kan jejak....
2021-03-29
1
Lysa Herlambang
visualnya Diego kecil... yg main film home alone ya Thor....😊
2021-02-06
1