B A B 1

Di salah satu ruangan ber-AC terlihat seorang laki-laki mengeluarkan auranya yang mencekam. Membuat ruangan yang dingin itu terasa seperti kutub Utara. Bahkan wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya terlihat ketakutan dan berusaha untuk tetap tenang di hadapan atasannya.

"Apa kamu memintaku untuk membaca laporan ini?" tanya Laki-laki itu dingin.

Matanya yang indah bagaikan porselen terlihat tajam dan dingin. Seakan-akan mata yang kini menatapnya akan menusuk orang tersebut dengan pecahan kaca yang tajam. Dengan kegugupan yang diselimuti ketenangan palsu, wanita yang ada di hadapannya mulai mengangkat suaranya.

"Ya, pak" jawab wanita itu tenang tanpa menyadari bahwa atasan yang tidak menatapnya itu mengetahui ketakutan dan kegugupan yang ada.

"Baiklah, kalau begitu silahkan tanda tangani kertas ini" dingin laki-laki itu sambil memberikan selembar kertas yang ada di dekatnya. Membuat wanita yang ketakutan tadi tersenyum ringan saat mendengar bahwa laporan yang dia bawa diterima oleh atasannya. Tanpa tau bahwa kertas yang akan ditandatangani dengan kebahagiaan itu akan mengakhiri kehidupan nya.

"Ini pak" senyum wanita itu yang dengan cepat menandatangani selembar kertas yang ada di atas meja atasannya.

"Apa kau tidak ingin membacanya?" tanya Laki-laki itu sambil menatap wanita itu ringan.

Membuat wajah wanita tersebut dipenuhi dengan warna merah cerah. Sikap ketakutan itu kini berubah menjadi sikap malu-malu. Bahkan tangan yang merasakan kedinginan mulai memancarkan warna merah cerah.

'Astaga, bagaimana bisa laki-laki setampan ini tinggal di bumi?!' pikir wanita tersebut sambil menatap wajah tampan milik atasannya dan menyadari bahwa atasannya kini mulai menatapnya balik.

"Aku bicara padamu" dingin Laki-laki tersebut yang dengan cepat membuat wanita yang ada di hadapannya mengeluarkan suara malu-malu kucing nya.

"Tidak perlu pak, saya yakin bapak memiliki pilihan yang terbaik dari yang terbaik* senyum Anita tersebut sambil menyentuh lembut rambut yang ada di telinganya.

"Terbaik? sepertinya itu memang pilihan yang terbaik" jelas laki-laki tersebut dan menekan tombol yang ada di sampingnya.

Menatap ke arah pintu yang tertutup itu sambil menunggu seseorang. Di mana orang yang dipanggil kini berlari cepat ke dalam kantor atasannya dan membuka pintu yang tertutup tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya seorang laki-laki dengan setelan lengkapnya.

"Bawa wanita itu ke bagian HRD dan serahkan kertas ini kepada mereka" ucap laki-laki tersebut sambil memberikan selembar  kertas  di tangannya.

"Baik pak, kalau begitu mohon ikuti saya nona" sopan laki-laki tersebut dan membawa wanita yang terpesona dengan ketampanan atasannya ke bagian HRD.

Dengan pesona yang masih ada wanita tersebut memasuki lift dan menatap laki-laki yang ada bersamanya saat ini.

'mengapa aku harus bersama laki-laki ini?" gerutu wanita tersebut. Membuat laki-laki yang ada di sampingnya menoleh dan memberikan senyum manis miliknya.

"Saya tau nona, saya memang tidak setampan atasan saya tetapi saya harap anda bisa melupakan atasan saya secepatnya"

"Apa maksudmu?"

"Maksud saya, saya berharap anda bisa melupakan pesona atasan saya secepatnya karena hari ini merupakan hari terakhir anda bekerja di sini" jelas laki-laki tersebut sambil mengeluarkan selembar kertas yang disimpan di saku jas miliknya.

"Jangan bercanda, apa kamu pikir kamu memiliki wewenang untuk memecat saya?" ucap wanita tersebut tidak suka yang sayangnya hanya dijawab oleh senyuman ringan oleh laki-laki tersebut.

"Saya memang tidak memiliki wewenang untuk memecat anda nona, tetapi tuan memiliki wewenang untuk menendang anda dari perusahaan saat ini juga" smirk laki-laki tersebut dan keluar dari lift yang terbuka.

Berjalan ke arah HRD dan memberikan kertas dari atasannya. Dengan senyum manis yang ringan, lelaki itu dengan cepat menyelesaikan urusannya.

"Seperti biasa tolong urus masalah ini dengan cepat" senyum laki-laki tersebut dan pergi meninggalkan wanita yang dia bawa dari lantai atas ke bagian HRD.

Laki-laki itu sudah terbiasa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh atasannya. Dengan selembar kertas berukuran 8,27 x 12,99 inci atau seukuran 210 x 330 mm, maka hari ini akan menjadi hari pemecatan karyawan kesekian kalinya.

Dengan langkah kakinya yang tegak, laki-laki itu membuka pintu ruangan tersebut dan menatap ke arah laki-laki yang berdiri di sana. Di mana saat ini atasannya itu sedang menatap pemandangan kota yang ada di bawahnya saat ini.

"Tuan Johnson bukankah sudah saya katakan kepada anda untuk menahan diri" jelas laki-laki tersebut sambil menatap atasannya.

"Kau juga seharusnya tau aku  sangat tidak menyukai serangga, bukan? dan juga bisakah kau menghentikan panggilan formal itu, aku rasanya ingin mengirimmu kembali ke hutan Thom" jelas atasan tersebut sambil menatap santai asisten laki-laki nya yang bernama Thomas.

"Baik Tuan Ronald, tetapi izinkan saya untuk menggunakan kata tuan di depan nama anda" ucap Thomas yang tidak ingin mengurangi sikap kesopanannya.

"Baiklah, kalau begitu apa ada yang ingin kau bicarakan saat ini Thom?"

"Tentu saja ada pak, hari ini saya mendapatkan surat dari kakak anda" jelas Thomas sambil mengeluarkan sepucuk surat yang disimpan di dalam amplop berwarna hitam.

"Kakak?! cepat berikan kepadaku" semangat Ronald saat mendengar bahwa kakaknya mengirimkan surat kepadanya dan dengan cepat berjalan ke arah asistennya.

"Ini tuan"

Ronald yang menerima surat tersebut melangkahkan kakinya dengan cepat menuju meja kerja. Mengambil pisau belati kecil yang ada di laci lalu membuka amplop yang bersegel itu dengan hati-hati. Dia selalu menunggu surat dari kakaknya dan selalu berharap agar kakaknya bisa cepat kembali ke negara asalnya.

Dengan sikap kekanak-kanakan nya, Thomas  yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala ragu. Bahkan jika orang-orang di luar sana melihat atasannya saat ini sudah dipastikan semua orang akan terkejut dan akan menjadi trending topik. Dengan judul bertuliskan,

Pemimpin John's Company sebenarnya hanya seorang anak-anak bertubuh dewasa!

Bagaimana tidak bisa, jika atasannya saat ini terlihat seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan oleh kedua orang tuanya. Dengan mata yang penuh dengan Kilauan bintang, tangannya dengan lembut dan kehati-hatian membuka amplop tersebut.

"Apa yang tertulis di sana, tuan?" tanya Thomas yang juga ingin mengetahui kalimat apa yang tertulis di surat itu hingga atasannya selalu bersemangat untuk membuka surat dari kakaknya.

"Ini.."

"Ya tuan?"

"Thom, cepat siapkan mobil kita akan kembali ke mansion" semangat Ronald dan dengan cepat memakai jasnya lalu membawa surat tersebut dengan bahagia.

'Ahhh lihat ini, pemandangan hari ini sungguh menakjubkan sekali' pikir Thomas yang sudah lama tidak melihat semangat membara tuannya.

"Thom" panggil Ronald kedua kalinya saat melihat asistennya masih terdiam di sana tanpa bergerak seinci pun.

"Maaf tuan, saya akan menyiapkan mobil secepatnya" ucap Thomas dan dengan sopan membukakan pintu ruangan atasannya lalu mengikuti laki-laki yang memiliki punggung lebar itu.

Dengan pikiran yang mengharapkan perjalanannya akan baik-baik saja tanpa  hambatan.

'Aku harap tidak akan ada masalah saat di lobby nanti' ucap Thomas berharap bahwa tidak akan ada yang menghambat perjalanan milik atasannya. Namun sayangnya harapan itu harus pergi menjauh, di saat pintu lift yang terbuka dihalangi oleh seorang wanita.

•Jangan Lupa beri Tip dan Vote☞ ̄ᴥ ̄☞

Terpopuler

Comments

Wina Amara01

Wina Amara01

wuaduh hahaha

2021-01-28

1

Sekar Melati

Sekar Melati

lanjut thor 👍

2020-12-20

0

Lina Susilo

Lina Susilo

seru nih kayaknya

2020-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!