"Mas Beno ?."
"Mama."
"Apa ? Mama ?." Alvin terkejut saat ada seorang gadis kecil yang memanggil dengan sebutan mama dan gadis kecil tersebut melepaskan gandengan tangannya lalu berlari menuju ke arahnya dan memeluk Lina.
Alvin memandang Lina dengan tatapan bingung dan beralih kepada gadis kecil yang memang agak terlihat mirip dengan Lina. ia mulai menerka jika gadis kecil ini mempunyai ikatan ibu dan anak dan jika itu benar maka selama ini Alvin telah dibohongi.
"Alvin a-aku....." Lina terbata di saat ia melihat Alvin dengan pandangan marahnya, hari ini semua yang telah ia lakukan nyatanya terbongkar disaat suami dan anaknya sendiri malah mendatanginya. Dan sepertinya takdir saat ini sedang tidak berpihak kepadanya dengan sang suami yang mendekat dan menarik tangan Lina. " Ayo kita pulang sekarang."
"Mas Beno kok bisa ada di sini?." Lina dihadapkan pada kenyataan sulit disaat suami dan juga Alvin sedang berada dihadapannya mereka minta penjelasan dari tatapan keduanya, entah siapa dulu yang harus ia jelaskan karena situasi ini membuat fikirannya seolah blank.
"Kenapa memangnya kalau aku ada di sini? kamu bener-bener ya beraninya kamu selingkuh di belakangku dan menelantarkan anak kita."
"Mas aku nggak bermaksud seperti itu."
Alvin lelah dengan semua ini, setelah ia ditipu oleh Rana dan sekarang dirinya juga dibohongi oleh Lina, Alvin merasa seperti menjadi lelaki paling tidak beruntung sedunia telah dipermainkan oleh dua wanita dan keduanya juga adalah wanita yang mata duitan dengan hanya mengincar hartanya saja. Terbukti dari kebiasaan keduanya yang selalu minta diantar belanja dan ia yang harus membayar semua tagihan.
Alvin tidak ingin ikut campur dalam rumah tangga orang lain jadi ia melangkah menjauh dari Lina dan tidak berhenti atau menyahuti suara panggilan dari Lina di belakang. Hari ini ia menyerah tetapi mungkin pacarnya yang lain masih mau untuk menjadi calon istrinya. Alvin adalah seorang lelaki kaya juga tampan dan ia yakin pasti ada satu diantara ribuan gadis yang mau dengannya karena ia merasa dirinya sangat sempurna.
*******
Alvin mendudukkan dirinya di sebuah kursi di depan rumah memandangi bunga-bunga yang terlihat segar setelah disiram oleh mama Dina. Ia lebih merasa tenang melihat di bunga-bunga yang bisa tumbuh tanpa suara dibandingkan dengan gadis-gadis dengan mulut manis yang hanya bisa merayu dengan kebohongan semata. Jika saja bunga itu bisa hidup dan menjadi manusia mungkin Alvin akan menikahi satu diantaranya.
"Kamu pulang sendirian Vin? Katanya mau bawa pacar kamu buat kenalin ke Mama?." Mama Dina masih memegang selang ditangannya dan bunga bunga yang belum terkena siraman air ia sirami dengan penuh kasih sayang layaknya bunga itu adalah anaknya sendiri dan lebih enak dipandang dibanding daripada melihat muka Alvin yang seperti benang kusut.
"Aku gagal lagi ma, tapi jangan khawatir masih ada vindy, Nindi, Alin dan Elis besok buat aku kenalin ke Mama ". Alvin menyebutkan beberapa nama pacarnya dengan menghitung jarinya, ia bahkan lupa berapa jumlah pacarnya saat ini.
"Banyak banget Vin itu nama orang semua apa cuma karangan kamu aja? ". Mama Dina meragukan ucapan Alvin, bagaimana tidak ? jika dari sekian banyaknya pacar Alvin tidak ada satu pun yang sepertinya Alvin anggap serius dan di kenalkan ke dia.
"Ya serius lah ma, tunggu aja pasti salah satu dari mereka bakal jadi calon istriku dan calon menantu, mama siap-siap aja kalau aku bawa salah satu diantara mereka untuk kenalin ke Mama." Alvin dengan pedenya mengatakan itu padahal Ia sendiri masih agak ragu.
"Kak Alvin ?!". Abel memanggil Alvin setelah mendengar jika suara kakaknya tersebut telah terdengar dan pastinya Alvin sudah pulang ia sudah menunggu sedari tadi namun tidak menyangka bahwa kedatangan Alvin malah tanpa ia sadari.
"Apaan sih nggak usah teriak-teriak manggilnya!." Alvin berdecak saat mendengar suara Abel yang nyaring, semenjak Abel tinggal di sini suasana rumah menjadi sangat tidak tenang dikarenakan rumahnya Abel sedang direnovasi.
Untuk itu sekarang Abel beserta Excel tinggal sementara dirumah papa Rey, apalagi dengan Abel yang telah mempunyai bayi dan akan sangat tidak nyaman bayi seorang bayi dan adanya tukang di rumah.
"Cepat sini ikut aku." Abel menarik tangan Alvin dengan paksa, ingin Alvin memberontak tapi ia tak punya tenaga, dan Abel menunjukkan sesuatu yang telah persiapan kepada kakak keduanya tersebut.
"Apaan sih Bel tarik-tarik ini gue bukan tali tambang yang bisa lo tarik-tarik seenaknya." Alvin akan mengikuti Abel karena pasti ada-ada saja dilakukan oleh adiknya ini dan ia merasa bingung saat masuk ke dalam kamarnya Abel dan ia dapati banyaknya baju di atas tempat tidur. Untung saja Marcel ditidurkan di dalam box bayi jika tidak pasti sudah tertimbun oleh banyaknya baju tersebut.
"Ini mall pindah ke kamar elo ?." Alvin heran dengan tumpukan baju tersebut dan di saat dia mengambil salah satunya keterkejutannya bertambah karena baju tersebut adalah baju laki-laki semua. "Ini semuanya buat si Excel?." Tanyanya lagi.
"Nggak ini buat kak Alvin bukan buat kak Excel, kak Alvin kalau mau cari calon istri atau pacar yang gak matre harus dandan ala orang miskin biar nggak diporotin terus dan kak Alvin bisa seleksi mana yang tulus dan mana yang enggak."
Banyaknya baju yang bertumpuk pada kasur Abel tidak ada satupun yang Alvin sukai karena semuanya terlihat dari barang kualitas rendah. Ia heran sendiri mengapa Abel bisa menemukan baju-baju yang sangat tidak level pada dirinya.
"Dapat baju kayak gini dari mana semua, kelihatan lecek banget, dari kang loak ya ?!." Alvin serasa jijik memegang salah satu diantaranya dan ia taruh kembali baju tersebut, Alvin terlalu enggan untuk memakainya barang satu potong baju pun.
"Dapat baju cuci gudang, lumayan kak satu potongnya cuma Rp 50.000 jadi dapat banyak deh, mending cepat sekarang kak Alvin buka itu baju trus cobain ini semua, nanti aku lihat cocok gak sama kak Alvin."
"Ya nggak bakalan cocok lah gue pake baju 200 ribuan aja nggak pernah pakai apalagi lo suruh pakai baju 50 ribuan, harga diri gue mau gue taruh di mana kalau sampai ada yang tahu gue pakai baju 50 ribuan Abeeel."
"Yaelah kak taruh aja di kerincingannya Marcel ribet banget sih, maka dari itu kak Alvin karena nggak pernah pakai baju seharga 50 ribuan makanya mesti coba, sekali-kali ngerasain gimana jadi orang susah, udah sana ganti."
Dengan terpaksa Alvin membawa salah satu baju yang menurutnya paling mending model dan juga coraknya di bandingkan dengan baju yang lain. Kemeja lengan panjang dengan motif kotak berwarna merah kombinasi hitam menjadi pilihannya. Baju itu terlihat bagus di badan Alvin tapi tetap aja wajah di tekuk khas cemberut terpampang di wajah si pemakai.
"Bagus, lebih baik kau memakai pakaian itu mulai sekarang." Excel yang baru pulang setelah membelikan popok bagi Marcel datang dan mengomentari penampilan kakak iparnya, ia senang saat respon Alvin malah sebaliknya.
"Kalian emang kompak banget buat ngerjain gue." Alvin merasakan gatal dan menggaruk lengan tangannya sebelah kanan, ia heran mengapa pakaian yang ia kenakan ada sensasi gatal seperti ini. "Ini baju kenapa gatel banget rasanya ?"
"Oh palingan itu kelamaan di toko kak, udah kak Alvin mulai sekarang pakai baju ini aja, yang lain disimpen dulu."
"Nggak mau."
"Terus emang kak Alvin mau jadi jomblo seumur hidup ? Ingat dalam keluarga kita cuma kak Alvin yang belum pernah nikah." Abel memberikan ancaman yang sekiranya Alvin mau menurutinya, ia tak bermaksud jahat tapi hanya kasihan akan sang kakak yang lebih banyak menghabiskan waktu sendiri disaat yang lain sudah berkeluarga.
"Ya nggak maulah."
"Kalau gitu harus mau."
"Ck, oke fine."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vote disini aja, kalau di novel Andre nggak bakal kehitung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Dwi Puspa Rini
next Thor semangat 💪💪💪💪💪
2020-12-24
0
Lynn
lanjut...👍🏻
2020-12-17
0
Agna
😍😍😍😍😍😍
2020-12-15
1