Dua hari ini Hanna terus menangis, air matanya tidak pernah henti meluncur membasahi pipinya. Rasanya sangat sakit sekali saat sakit yang di torehkan Devan padanya, tidak pernah terlintas di benaknya ini semua akan terjadi. Bayangan-bayangan indah saat bersama sang suami musnah seketika berubah duka, hanyalan indah akan menjadi istri dan ibu bagi keluarga kecilnya seketika sirna.
Hanna bukan hanya kehilangan Devan, tapi juga kehilangan bayi yang ia kandung selama sembilan bulan. Entah mengapa dengan teganya Devan merampas begitu saja dari nya, ia tahu Devan adalah ayah dari bayi itu. Tapi ia adalah wanita yang melahirkannya dengan bermandikan keringat, bercucuran air mata, bersimbahan darah. Tidak kah Devan merasa iba sedikit saja padanya, tidak kah Devan ingat saat-saat ia bertaruh nyawa demi melahirkan bayi laki-laki nya. Bukankah Devan menyaksikan sendiri saat-saat ia melahirkan anak itu.
Kamar yang dulu mereka tempati kini hanya menjadi saksi bisu indahnya kenangan mereka, bahkan rumah itu pun kini terasa asing bagi dirinya. Karena semua pekerja di sana mendadak sudah tidak seperti dulu lagi, sepertinya semua memang sudah direncanakan dengan cukup baik. Hingga semua pandai memainkan masing-masing perannya. Di dalam rumah yang cukup mewah itu kini terasa sangat sunyi. Bahkan saat dua hari yang lalu seorang pria dengan tubuh tegap yang menjemput dirinya dari rumah sakit, semua benar-benar sudah berbeda sekali.
Tap tap tap.
Terdengar suara langkah kaki seseorang yang mulai mendekat, namun Hanna masih larut dalam khayalan yang penuh dengan kekecewaan. Ia bahkan hanya menunduk sambil terus meneteskan air mata.
"Ehem."
Suara berat dan tertahan itu seakan membuyarkan lamunan Hanna, ia sangat mengenali suara itu. Itu suara suaminya Devan, bukan, lelaki yang di hadapannya itu bukan suaminya tapi iblis yang tidak punya hati dan perasaan.
Hanna menatap Devan dengan mata yang berkaca-kaca, ia masih terlalu terluka dengan apa yang di lakukan Devan, "Kembalikan anak ku....." lirih Hanna dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.
Lama Devan terdiam, hingga Hanna turun dari ranjang mendekati pria yang tidak punya hati itu, "Dimana anak ku!"
"Dia anak ku! Dan sekarang anak itu sudah menjadi anak ku dan Diana!" tegas Devan.
"Ahahahhaha....." Hanna menangis, akan tetapi air mata nya terus meluncur dengan bebasnya, "Kalian sudah gila, aku yang melahirkannya tapi kalian mengaku sebagai pemiliknya," ujar Hanna penuh luka, "Kalian benar-benar tidak waras!" seru Hanna.
Hingga tiba-tiba masuk seorang wanita lagi, Hanna melihat wanita itu berjalan kearahnya. Wanita itu terlihat angkuh dengan pakaian mahal yang melekat di tubuhnya, dia Diana istri sah secara agama maupun hukum. Sementara Hanna hanya menjadi istri siri, dan ternyata inilah alasannya hingga Devan tidak menikahinya secara resmi. Hanna benar-benar sadar ia sudah diperdaya oleh cintanya habis-habisan.
"Anak ku sudah dua hari ini terus menangis, dia tidak mau minum susu formula...." Diana melemparkan banyak botol susu kosong, dan juga alat untuk mengompres asi pada ranjang, kemudian ia melihat Hanna dengan pandangan tajam, "Cepat isi botol-botol itu dengan asi mu!" titah Diana.
"Anak mu?" Hanna tersenyum getir, wanita itu menyebutkan jika Derren adalah anaknya, "Dasar tidak tahu malu, dia itu putra ku aku ibunya!" seru Hanna berteriak di wajah Diana.
Plak.
Tangan Diana seketika melayang dan mendarat dengan tepat di wajah Hanna, mata nya memerah saat Hanna berbicara tidak sopan pada dirinya.
"Jaga bicaramu bila berhadapan dengan aku!" telunjuk Diana kali ini yang mengarah pada wajah Hanna.
Hanna hanya memegang pipinya yang terbawa kesamping, rasa sakit itu mungkin tidak seberapa. Sakit yang di berikan Devan sudah sangat dalam melebihi tamparan yang di berikan Diana padanya. Perlahan Hanna kembali menatap Diana.
"Dia itu putra ku, sampai kapanpun akan tetap begitu!" kata Hanna lagi.
"Diam!" bentak Diana, "Dia memang putra mu, tapi tidak sekarang dan kedepannya karena kini aku yang sudah menjadi Ibu dari bayi itu."
"Iblis!" kata Hanna.
"Diam!" bentak Diana lagi, kemudian tangannya menunjuk botol susu formula yang masih kosong di atas ranjang, "Anak ku tidak mau minum susu formula, dan aku butuh asi mu....cepat isi botol-botol itu karena Derren sekarang kelaparan dan kehausan!" titah Diana.
Mendengar kata kehausan dan kelaparan hati Hanna semakin merasa sakit, ia kini tidak lagi berdebat dengan Diana. Karena anaknya jauh lebih penting. Sungguh Hanna takut terjadi hal buruk pada anaknya, dengan cepat Hanna mengisi botol-botol itu.
Diana mengambilnya setelah botol-botol susu formula itu terisi penuh, ia tersenyum miring pada Hanna, "Setiap pagi akan ada yang mengambil asi ke sini, jadi kau harus menyediakan nya!" setelah mengatakan itu Diana pergi begitu saja, tanpa peduli lagi pada Hanna wanita yang menjadi korban nya.
"Tega kamu Mas, aku kira kamu adalah laki-laki yang mencintai aku dengan tulus," ujar Hanna.
Hanna masih duduk di atas ranjang, ia hanya menangis dengan sejuta luka yang di berikan oleh Devan. suami yang sangat ia cintai.
"Awalnya aku ingin membebaskan mu, karena setelah kau melahirkan putra ku tugas mu sudah selesai....tapi apa mau dikata ternyata Derren masih butuh asi mu, hingga dengan terpaksa kau tetap berada di sini," jelas Devan dengan santai. Bahkan ia memunggungi Hanna, mungkin saja ia sudah tidak ingin melihat wajah Hanna lagi.
Hanna menggelengkan kepalanya, berharap ini hanya mimpi. Tapi tidak, semua begitu nyata suaminya sendiri yang membuatnya terluka, apa yang bisa ia lakukan saat ini? Tidak ada hidup sebatang kara dan di besarkan di panti asuhan membuatnya tidak memiliki seseorang yang bisa membebaskan dirinya. Bahkan Hanna tidak pernah tahu tentang siapa orang tuanya.
"Kau masih akan tetap di sini, di rumah ini sampai Derren tidak lagi membutuhkan mu!" ujar Devan.
Hanna memang kini bagai berada di dalam sangkar emas, terkurung di dalam sangkar tanpa bisa bergerak bebas. Bahkan kini pintu kamar nya saja di kunci, semua seakan semakin terasa sakit. Yang membuatnya kuat dan bertahan hanya demi putra nya, ia harus bisa mendapatkan Derren dengan cara apapun dan ia akan membawa anaknya pergi sejauh mungkin.
"Semua kata cinta yang kau ucapkan hanya angin lalu Mas, semua kebahagiaan yang kau berikan ternyata hanya sebuah bayangan semu.....semoga kau mendapatkan balasan yang setimpal atas sakit yang kau berikan ini" lirih Hanna dengan sisa-sisa tangisan nya.
Devan tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh Hanna, ia memilih pergi dari pada terus berada di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Eny Hidayati
Hana percuma bicara dengan iblis... bungkam mulutmu dengan hatimu ... besarkan hatimu ...
2023-09-05
1
Fiona Azzahra
devan diana lanjutkan buat hanna terus terluka.....nikmati kebahagian kalian di atas hancurny hanna tapi ingat semoga karma segera membalas kalian.....
2022-12-11
0
Kireina
kok sakit ati aku ya..
2022-08-30
1