Pagi itu, Henry bangun dari tidurnya dan duduk diatas ranjang. Dia diam saja selama beberapa menit sedangkan pandangannya tampak menerawang.
Sudah satu setengah tahun berlalu semenjak Ivy mengalami kecelakaan tapi sampai sekarang, Ivy masih juga belum sadar dari komanya.
Dokter spesialis yang menangani Ivy berkata, itu diakibatkan cedera otak traumatis akibat kecelakaan yang dialami Ivy dan tidak hanya itu, kejadian yang dia alami sebelum koma juga mempengaruhi dirinya.
Kedua orang tua Ivy sudah putus asa bahkan ibu Ivy mulai sakit-sakitan karena kondisi putrinya yang tidak juga sadarkan diri.
Seminggu sekali mereka datang dari Canada untuk menjenguk Ivy dan memberikan semangat untuk putrinya tapi tidak ada respon sedikitpun yang diberikan oleh Ivy.
Ivy bagaikan mayat hidup diatas ranjang, kondisinya antara mati dan tidak dan hal itu benar-benar membuat kedua orang tuanya frustasi.
Setiap hari setelah pulang dari kantor, Henry selalu datang untuk menjenguk Ivy tapi sangat disayangkan, mereka baru mengenal dan belum begitu akrab.
Hal itu membuat Henry tidak bisa melakukan apapun karena tidak ada kenangan diantara mereka berdua.
Henry menghembuskan nafasnya sejenak dan segera turun dari atas ranjang, sebaiknya dia mandi dan segera berangkat kekantor.
Saat ini dia sedang berada dirumah kedua orang tuanya, sudah beberapa hari dia menginap disana karena dia sedang malas pulang kerumah pribadinya.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, Henry keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Disana keluarganya sedang berada dimeja makan untuk menikmati sarapan yang ibunya buat.
"Morning guys." sapanya.
"Morning."
Amanda melihat wajah putranya yang tampak lesu dan bangkit berdiri, dia berjalan menghampiri putranya dan memegangi dahinya.
"Henry sayang, apa kau sedang sakit?" tanya ibunya.
"Tidak mom, aku baik-baik saja."
"Jika begitu ayo kita sarapan."
Henry mengangguk dan mengikuti langkah ibunya menuju meja makan dimana disana ayah dan adiknya sedang menikmati sarapan.
"Ada apa denganmu, Henry?" tanya ayahnya.
"Tidak ada apa-apa dad!" dia menarik sebuah kursi dan duduk disamping adiknya.
"Henry, boleh kami membicarakan sesuatu denganmu?" tanya ibunya.
"Hm?" jawab Henry sambil menyeruput kopi hitamnya.
"Tapi jangan marah sayang."
Henry meletakkan gelas kopinya dan menatap ibunya dengan lekat, apa sebenarnya yang ingin ibunya tanyakan?
"Memangnya apa yang ingin mommy bicarakan?"
"Henry, kapan kau akan menikah?" tanya ibunya dan semua mata langsung menatap kearahnya.
"Nanti, setelah aku mau." jawabnya asal.
"Kapan sayang? Kau sudah berusia tiga puluh satu tahun bahkan sebentar lagi usiamu sudah mau tiga puluh dua tahun jadi kapan kau akan menikah?"
Henry diam saja dan kembali menyeruput kopi hitamnya sedangkan keluarganya menunggu jawaban darinya.
"Henry?" panggil ibunya.
"Mom, boleh aku tahu berapa usia daddy menikah dengan mommy?"
"Hampir tiga puluh enam tahun." jawab ibunya.
"Ya sudah, aku pasti akan menikah sebelum usiaku seperti usia daddy menikahi mommy dulu."
"Hei jawaban macam apa itu?" ayahnya tidak terima.
"Dad, aku akan menikah setelah Ivy sadar."
"Kak, apa kak Ivy belum sadar juga?" tanya adiknya sedangkan Henry hanya menggeleng.
"Henry, jika dia tidak sadar bagaimana? Apa kau tidak akan menikah?" tanya ibunya.
"Dia pasti akan sadar mom, aku yakin dia pasti akan segera sadar." jawab Henry.
Edward dan Amanda hanya bisa menggeleng, mau dikata apa? Hanya Ivy Brown yang diinginkan oleh putranya.
Sebenarnya sebelum menemui Josep Brown dan meminta dijodohkan dengan Ivy, mereka sudah pernah bertemu disebuah pesta perusahaan.
Kejadian itu sudah beberapa tahun yang lalu saat Ivy belum memutuskan menjadi artis dan pindah ke Colorado.
Saat itu Josep Brown, baru memulai usahanya dan mendapat sebuah undangan pesta dari sahabatnya yang juga adalah pengusaha, karena dia adalah pengusaha baru jadi ini adalah kesempatan bagus untuknya.
Josep menghadiri pesta itu bersama dengan istrinya dan tentunya dia mengajak Ivy yang baru berusia delapan belas tahun.
Sebagai pengusaha muda yang meneruskan perusahaan ayahnya, Henry ada disana dan dia pikir dia bisa belajar dari pengusaha senior yang ada disana.
Pada saat itu dia merasa sangat bosan dengan pesta itu dan hanya diam saja memperhatikan para pengusaha yang mulai mencari muka dengan pengusaha lainnya, Henry duduk sendiri sambil meneguk minumannya tapi pada saat itu, dia melihat seorang gadis ditarik secara paksa keluar dari ruangan pesta oleh seorang pria.
Karena penasaran, Henry bangkit berdiri dan mengikuti mereka. Dia mengira gadis itu akan dilecehkan tapi ternyata, gadis itu memukulkan sepatu hak tingginya kewajah pria yang hendak menggodanya dan kembali lari masuk kedalam.
Henry jadi penasaran dan mengikuti gadis itu, dan pada saat dia mendekati gadis itu yang sedang meneguk minuman, tiba-tiba saja gadis itu memarahinya dan menuangkan minumannya keatas kepalanya karena gadis itu mengira Henry mau mengganggunya dan itu adalah pertemuan pertamanya dengan Ivy.
Dari situ, Henry mulai penasaran dengan Ivy dan mulai mencari tahu siapa Ivy. Karena terlalu sibuk membuat keinginannya untuk mencari tahu siapa Ivy dia lupakan sampai suatu hari, adiknya sedang menonton sebuah drama dimana Ivy yang membintangi drama itu dan Henry sangat ingat gadis yang telah berani menuang minuman diatas kepalanya.
Dia kembali mencari tahu siapa artis itu dan setelah tahu, dia mulai memandangi Ivy dilayar televisi hampir setiap hari dan rasanya, dia ingin Ivy menjadi miliknya. Oleh sebab itu, Henry mendatangi Josep Brown yang secara kebetulan mereka adalah rekan bisnis. Henry meminta Josep menjodohkannya dengan Ivy tapi siapa sangka Ivy langsung menolak tanpa melihatnya terlebih dahulu.
Tapi itulah yang dia suka dari sifat Ivy, walaupun mereka belum pernah bertemu lagi tapi dia sudah tahu semuanya tentang Ivy tapi sayang, saat mereka bertemu lagi, Ivy tidak ingat dengannya.
Tapi walau begitu, dia tidak akan melepaskan Ivy dan akan menjadikan Ivy miliknya bagaimanapun caranya dan yang jadi masalah saat ini, dia tidak tahu kapan Ivy akan sadar dari komanya.
Setelah selesai sarapan, Henry berpamitan kepada keluarganya untuk berangkat kekantor tapi sebelum itu, dia ingin melihat keadaan Ivy dirumah sakit.
Saat tiba dirumah sakit dan saat sudah berada didalam ruangan dimana Ivy sedang dirawat, Henry menghampiri Ivy yang terbaring diatas ranjang dengan berbagai alat terpasang ditubuhnya dan berdiri disampingnya.
Henry memperhatikan wajah Ivy dan mengusap wajahnya, dia sangat berharap Ivy segera sadar dari komanya secepat mungkin.
"Ivy." Henry menunduk dan mencium dahi Ivy.
"Ivy cepatlah kau sadar, mau sampai kapan kau tidur seperti ini? Apa kau tidak mau membalas perbuatan orang yang telah membuatmu seperti ini? Apa kau mau membiarkan orang itu bahagia diatas penderitaanmu dan membuat kematian adikmu menjadi sia-sia?" bisiknya ditelinga Ivy.
Henry mencium pipi Ivy dan kembali berkata, "Aku menunggumu Ivy jadi cepatlah sadar, aku berjanji akan menghancurkan orang yang telah membuatmu seperti ini." bisiknya lagi.
Setelah berkata demikian, Henry duduk disamping Ivy dan memegangi tangannya. Dia sangat berharap, Ivy segera bangun dari tidur panjangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CELAKANYA NNTI MLH HENRY DIFITNAH TRLIBAT PEMERKOSAAN & PEMBUNUHAN ADIK IVY..
2024-05-24
0
ꪶꫝ🥀⃞oktavia ariani🔮S⃟M•
cepet sadar ivi
2023-11-21
1
Veya Henituse
bukan nya 34 ya?
2023-08-27
0