"Aku akan membuatmu mencintaiku Sya, aku ingin kau selalu ada disampingku dan aku akan menjagamu," gumam pangeran dalam hati sambil menatap Tasya.
"Entah mengapa aku merasa kau mencintaiku Pangeran, andai saja semua itu benar, aku pasti akan sangat bahagia," gumam Tasya yang juga menatap Pangeran lalu tersenyum.
Saat mereka saling tatap dan bergumam di hati masing masing, bibi Li datang dan mengetuk pintu membuyarkan semua angan angan dan keromantisan itu seketika.
"Tok...tok...tokkkk non ini buburnya sudah siap," ucap bibi Li yang membuka pintu lalu masuk dan menyimpan bubur di atas meja rias.
"Terimakasih bi," ucap Tasya tersenyum.
"Apa ada yang bisa bibi lakukan lagi non," tanya bibi Li.
"Ahhh, tidak ada bi, bibi boleh kembali," ucap Tasya.
"Baiklah non, bibi permisi," ucap bibi Li dan beranjak pergi.
Setelah bibi Li keluar kamar Tasya segera mengambil mangkuk berisi bubur dan hendak memberikannya pada Pangeran.
"*I*ni tuan makan dulu," ucap Tasya.
"Aku mau kau yang menyuapiku, dan aku tidak mau mendengar kau memanggilku tuan lagi, kalau tidak kau akan ku hukum," ucap Pangeran sinis.
"Baiklah Pangeranku, apapun yang kau mau akan aku turuti," ucap Tasya.
"Nihhh, buka mulutmu," ucap Tasya yang menyuapi Pangeran.
Dengan segera Pangeran menerima suapan itu, dia makan dengan lahap dan buburpun sampai habis dengan cepat.
"Apa kau lapar Pangeran, makanmu cepat sekali," ucap Tasya cengengesan.
"Aku kan sudah bilang tadi, aku lapar," ucap Pangeran.
"Ohh, pantas saja, sekarang bangunlah dan minum obatmu," ucap Tasya sambil memberikan air putih dan obat demam pada Pangeran.
Pangeranpun duduk bersandar dan memakan obat, setelah selesai Pangeran menatap Tasya lekat.
"Kenapa kau menatapku begitu," ucap Tasya sambil menarus gelas kosong dan mangkuk kotor di meja rias.
'Terimakasih sudah merawatku Sya," ucap Pangeran tersenyum manis yang membuat jantung tasya berdebar kencang.
"Ahhh, sudahlah anggap saja ini balas budiku padamu," ucap Tasya.
"Sekarang kau tidurlah dan istirahat, agar cepat sembuh," ucap Tasya sambil menyelimuti tubuh Pangeran.
"Aku mau kau menemaniku tidur Sya," ucap Pangeran dengan mata yang berbinar dan memohon.
Tasya yang tidak tega, terpaska harus menuruti kemauan Pangeran, padahal sedari tadi dia ingin segera jauh dari Pangeran karena jantungnya terus tak karuan apalagi ketika berdekatan dengan Pangeran.
"Baiklah," ucap Tasya yang membawa sebuah kursi mendekat ke samping ranjang Pangeran.
Setelah itu Tasya duduk dan menatap Pangeran, namun Pangeran malah meraih tangan Tasya dan di genggamnya di atas dada bidang Pangeran.
"Kenapa kau menggenggam tanganku," ucap Tasya.
"Aku tidak mau kau pergi saat aku tidur nanti," ucap Pangeran yang sudah memejamkan matanya.
Tasya menghembuskan nafas kasar karena dia sangat kesal dengan tingkah Pangeran yang begitu.
"Huuuffhhh, mana mungkin aku harus terus duduk disini dengan menata wajah tampannya, bisa bisa jantungku copot," ucap Tasya dalam hati.
"Ahhhh apa yang kamu fikirkan Sya sadarlah," ucap Tasya sambil menepuk nepuk pipi kirinya.
Tasyapun bersandar di sandaran ranjang Pangeran dan beberapa saat kemudian Tasya ikut tertidur, mungkin karena Tasya juga kecapean mengurus Pangeran.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00, Tasya terbangun dari tidurnya dan menatap ke arah wajah Pangeran yang masih tertidur pulas di ranjang.
Tasya segera melepaskan genggaman tangan Pangeran, namun Pangeran malah semakin menggenggam tangan Tasya erat.
"Hah? Apa dia benar benar tidur?, kenapa malah semakin sulit, kalo begini bagaimana aku bisa masak," ucap Tasya.
Sebenarnya Pangeran sudah bangun saat Tasya berusaha membuka genggaman tangan Pangeran dan jelas Pangeran mendengar semua ucapan Tasya tadi.
"Dasar Tasya polos dan konyol, semakin hari kau semakin menggemaskan Sya, aku sangat mencintaimu," pengakuan cinta Pangeran pada Tasya walaupun dalam hati.
Ya setidaknya Pangeran sudah mengakui bahwa dirinya mencintai Tasya walaupun belum berani menyampaikannya secara langsung, mungkin juga Pangeran masih ragu.
Akhirnya Tasya memutuskan untuk duduk kembali dan bersandar di sandaran ranjang Pangeran sambil menatap ke langit langit kamar.
"Hmmmm.....kapan ya aku bisa membangun rumah semewah ini untuk ibu dan anak panti, mereka pasti bahagia bila tinggal dirumah seluas ini," ucap Tasya yang mengira Pangeran masih tidur.
Pangeran terus mendengarkan khayalan khayalan Tasya, Pangeran berniat ingin mewujudkan semua itu.
"Kenapa aku jadi rindu anak panti ya, padahal aku baru seminggu meninggalkan mereka," ucap Tasya yang tanpa ia sadari matanya meneteskan air mata.
"Ahhh kenapa air mata ini muncul sih," ucap Tasya lagi sambil menghapus ait matanya.
Tiba tiba Pangeran bangun dan duduk di ranjang
"Aku akan mengantarmu bertemu anak panti dan ibumu," ucap Pangeran yang seketika membuat Tasya bahagia dan kaget.
"Ahhhh ternyata kau sudah bangun," ucap Tasya kaget.
"Tapi benarkah kau mau mengantarku ke panti ?," tanya Tasya.
"Memangnya kapan aku berbohong padamu," ucap Pangeran.
"Terimakasih Pangeranku," ucap Tasya dengan mata berbinar sambil memegang erat kedua tangan Pangeran.
Jantung Pangeran seketika berdetak kencang dan tak karuan karena Tasya memegang tangannya.
Setelah Tasya memegang tangan Pangeran dia segera berlari menuju keluar kamar untuk menuju dapur dan memasak, dengan loncat loncat sedikit seperti anak kecil yang sedang berulang tahun, itu karena saking bahagianya.
Bahkan Tasya sampai lupa kalo Pangeran baru sembuh dari demamnya.
Setelah sampai di dapur Tasya segera mengambil bahan bahan untuk dimasak dan memasaknya sambil bernyanyi nyanyi tak karuan.
"Na.nananan.........nanananana.......
Yeyeyeyeye.........huhuuuuuu......nananan," kurang lebih begitulah suara Tasya yang cempreng bersenandung ria tak karuan.
Pak Seto, bibi Li dan pelayan lain heran dan bingung melihat tingkah Tasya yang tidak biasanya, bahkan terlihat seperti anak kecil.
Karena penasaran bibi Li memberanikan diri untuk bertanya pada Tasya.
"Maaf non sepertinya nona sedang bahagia ya?," tanya bibi Li.
"Hehehe iya bi, bibi tau aja," ucap Tasya sambil tersenyum lebar.
"Memangnya apa yang membuat nona sebahagia ini," tanya bibi Li lagi.
"Pangeran akan mengantarku ke panti bi, tempat tinggalku," ucap Tasya dengan penuh kegembiraan.
"Wahhhhh, tuan muda baik sekali non, mau mengantarkan nona kesana padahal dia tidak pernah mau ketempat seperti itu," ucap bibi Li.
"Iya bi Pangeran sekarang lebih baik," ucap Tasya.
"Tadaaaa, makanannya sudah siap, segera rapihkan di meja makan ya bi, Tasya mau mandi dulu," ucap Tasya yang kemudian beranjak menuju lift.
Bibi Li dan pelayan lain segera menaruh dan merapihkan masakan Tasya.
Setelah sampai di kamarnya seperti biasa Tasya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya lalu mulai mencari pakaian yang cocok, barulah dia merias wajah dan merapihkan rambutnya, namun kali ini Tasya mengikat rambutnya tinggi dan memakai bando berwarna biru tuan dengan pita kecil di samping kiri.
Setelah dirasanya siap Tasya segera keluar kamar dan berpapasan dengan Pangeran yang juga baru keluar kamar.
"Hai Pangeran yuk kita makan bersama," ucap Tasya dengan senyuman tulusnya.
"Hmmmm.....," ucap Pangeran kemudian berlalu begitu saja menuju lift.
Tasya segera menyusulnya dan mereka masuk kedalam lift bersama.
Saat didalam lift Pangeran mendapatkan panggilan telpon dari sekretaris Bay.
Dan dengan segera Pangeran mengangkatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 365 Episodes
Comments
Febriyantari Dwi
Alangkah senang hati Tasya....dapat hadiah, CEO nya jatuh cinta.... duuhhhh...rejeki ga kemana Sya
👍💗👍💗👍💗👍💗👍💗
2021-03-29
2