Hidup selalu memiliki banyak kejutan. Tapi bisakah kau persiapkan dirimu?
🌷Happy Reading🌷
Hidup Angel tidak bisa tenang sama sekali. Belum lagi dia memastikan seratus persen tentang pria misterius, kini pria bernama Kevin juga datang mengusik hidupnya.
Malam itu telpon Angel kembali berdering. Kembali nomor ponsel tidak tersimpan di kontaknya menghubungi. Pria itu mengaku-ngaku bernama Kevin, pria yang sempat bertemu dan sewot sendiri.
"Apa lagi sih maunya pria ini?" ujar Angel bermonolog sambil melirik sinis pada layar ponselnya yang terus menyala.
Angel menghela napas. Setelah ponselnya berdering lebih dari lima kali, akhirnya wanita itu mengalah juga.
"Halo." Angel menyapa seseorang yang berada di seberang sana dengan satu kata singkat tanpa ada basa-basinya sama sekali.
"Halo cantik."
Mendengar suaranya saja sudah membuat Angel muak. Benar dugaannya ternyata, si Kevin yang menghubunginya kini. Walau Angel tak menyimpan nomornya, tapi dia sedikit ingat belakang nomornya.
"Ada apa? Kurasa urusan kita sudah selesai karena ternyata tidak ada kerusakan apa-apa pada mobilmu Tuan Kevin." Angel berbicara to the point. Dia merasa malas harus berbasa-basi dengan pria menyebalkan yang sok kenal sok dekat sekelas Kevin.
Kevin terkekeh kecil di seberang sana. "Oh tenanglah cantik. Kenapa kau ini galak sekali sih? Tapi justru hal itu yang membuatku semakin tertarik denganmu."
Angel memutar bola matanya dengan malas. Kini bukan hanya muak, Angel juga mual mendengar rayuan Kevin yang sama seperti omong kosong di telinganya.
"Ada apa kau menghubungi malam-malam begini, Tuan? Aku ingin tidur, tidak punya waktu untuk berbasa-basi."
Kevin tertawa hambar. Dia merasa senang sekaligus kesal. Aneh, Kevin merasa begitu tertarik pada Angel sampai dia berusaha untuk mencari cara agar mereka bisa terus berhubungan.
"Oh sayang sekali, Nona. Padahal aku ingin membicarakan tentang penawaran kerja sama." Kevin sengaja mengatur nada bicara terdengar menyesal.
"Penawaran kerja sama apa?"
Sudut bibir Kevin terangkat saat Angel sudah memakan umpan yang dia berikan. "Kerja sama perusahaan. Mungkin kita bisa membicarakan langsung saat Nona ada waktu?"
Angel terdiam sejenak. Dia tampak berpikir. "Apa nama perusahaanmu, Tuan?"
"Techno Arc. Kalau kau memang berminat untuk membicarakan tentang penawaran kerja sama, kurasa kita harus mengatur waktu."
"Maaf, aku tidak bertemu dengan sembarang orang." Angel menjawab dengan tenang. Tapi malah terdengar begitu angkuh di telinga siapa saja yang mendengarnya, termasuk di telinga Kevin.
"Wow. Begitukah? Tapi kau tenang saja, Nona. Kurasa aku ini tidak termasuk ke dalam kelompok sembarang orang." Kevin membalas perkataan angkuh Angel dengan tidak kalah angkuhnya.
Angel mengangkat sebelah alisnya. Memangnya orang sepenting apa kau ini huh?
"Oh ya? Kita lihat saja nanti. Aku akan mempertimbangkan tawaran untuk bertemu kalau kurasa kita memang bisa menjalin kerja sama yang saling menguntungkan."
"Tentu saja. Aku akan menunggu, Nona. Tapi aku tidak begitu sabar, jadi hubungi aku secepatnya."
Angel semakin dibuat muak dengan Kevin yang terkesan memaksa kehendak. "Itu bukan urusanku kalau kau itu tidak sabaran, Tuan. Kalau begitu kurasa pembicaraan ini sudah selesai."
"Tunggu dulu..."
Angel yang sudah mau langsung memutuskan panggilan telpon terpaksa menunda niatannya. Tapi kalau Kevin kembali hanya bicara omong kosong, Angel tidak akan ragu untuk benar-benar memutuskan sambungan.
"Kevin Smith."
"Hah?" tanya Angel yang tak mengerti.
"Nama lengkapku. Aku tahu kau akan mencari tahu tentang diriku untuk mengetahui apa aku ini layak atau tidak membuat janji temu denganmu."
"Oh OK." Angel langsung memutuskan sambungan.
Terkesan bar-bar dan kurang sopan tapi hal itu justru membuat Kevin semakin tertarik dengan wanita itu. "Angel... Kita lihat saja berapa lama kau bisa menolak pesona dariku."
🍀🍀🍀
Di sisi lain, Ben dan Jeremy yang telah sampai di markas baru saja duduk di depan komputer saat email masuk. Misi selanjutnya yang kembali harus mereka kerjakan.
"Bos, ada misi baru," ujar Ben sambil menunjuk ke arah komputer dengan dagunya.
Jeremy langsung menggeser kursi Ben. Dia duduk tepat di depan layar komputer lalu mengklik mouse untuk membuka surat elektronik tersebut.
Email kali ini terlalu detail. Sang klien langsung menyebutkan misi apa yang harus mereka lakukan, jumlah uang yang ditawarkan dan lokasi yang dimaksudkan.
Aku mau melarikan diri ke luar negeri. Yang menjadi misimu adalah memalsukan segala sesuatu yang berkaitan dengan identintasku juga memastikan aku bisa berangkat dengan sempurna. Aku akan membayar 50.000 dollar. Lokasi negara tujuan : Jepang. Aku lampirkan wajah yang bisa digunakan untuk kartu identitas palsu.
Jeremy mengunduh foto yang dilampirkan. Saat dia membuka lampiran, muncullah wajah seorang wanita dengan kulit putih, hidung mancung, dan dagunya yang terkesan lancip.
"Dia buronan Bos? Wanita secantik ini?" tanya Ben antusias dan tanpa sengaja mendorong kursi Jeremy.
Jeremy melengos. Ditatapnya Ben dengan begitu tajam. "Semua wanita itu memang cantik. Apalagi untuk playboy kelas teri sepertimu."
Bukannya merasa tersinggung, Ben malah tersenyum dengan deretan giginya yang tampak begitu jelas. "Hehe. Kan dia memang cantik Bos."
"Kau pikir saat seseorang meminta untuk dibuatkan identitas palsu dia akan menampilkan wajah aslinya di sana?"
Ben bengong. "Memang wajah ada yang palsu Bos?" tanya Ben antara polos atau memang tak mengerti apa-apa.
Jeremy menyandarkan kepala ke sandaran kursi. Dia memijit pelipisnya. "Coba pakai otakmu saja, Ben."
"Otakku memang selalu kupakai Bos. Kan kepalaku tidak pernah lepas. Dan otak itu berada di dalam kepala."
Jeremy menggeram tertahan. "Hem." Dia tak habis pikir dengan kata-kata Ben.
"Otakmu memang di situ. Tapi sayangnya akalmu sepertinya sudah lepas dari otakmu."
"Maksudnya Bos?"
"Arrghh Ben." Jeremy menggaruk kepalanya dengan kasar. Percuma saja bicara pada makhluk sekelas Ben. Dia hanya akan langsung nyambung jika bicara tentang IT saja.
"Bos kenapa? Kepala Bos gatal?"
Jeremy melotot kesal. "Oke, biar aku jelaskan. Jika identitas saja minta dipalsukan oleh klien itu, maka wajahnya juga pasti dipalsukan agar identitas juga wajah aslinya tidak dikenali oleh orang."
Ben ber-oh ria. "Caranya bagaimana Bos?"
Gigi Jeremy bergemerutuk. "Ben, kau tahu ada sesuatu yang namanya go*gle kan? Atau youtu*e? Kau cari saja di sana. Kau pasti akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu."
"Tapi Bos, kalau dijelaskan langsung lebih gampang dan bisa dimengerti." Ben melirik pada Jeremy.
Jeremy menarik ujung-ujung rambutnya. "Jadi begini Ben..." Jeremy menarik napas.
"Apa kau pernah mendengar sesuatu yang disebut topeng?" tanya Jeremy dengan memasang wajah malasnya.
"Ya Bos."
"Wanita itu pasti menggunakan topeng untuk menyamarkan atau bahkan membuat wajah aslinya berubah total."
"Memangnya wajah bertopeng bisa dijadikan foto di kartu identitas, Bos?"
Jeremy menepuk jidatnya. "Kau cari tahu saja sendiri topeng yang bisa langsung menyatu dengan wajah dan tampak seperti kulit manusia."
Jeremy berlalu meninggalkan kursi kerjanya. Membiarkan Ben berpikir sendiri.
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
D'Queen
Hhaa
2021-05-10
1
Sokhibah El-Jannata
walaupun menjengkelkan aku love you ben, 😍😍😍😍😂
2021-04-04
1
Joice Meitasari
Ben aku juga jengkel sama kmu,aplg Mr J.ga kebayang gmn kesalnya Mr J
2021-02-15
1