Tatap mataku dan temukan dirimu di dalam sana.
🌷Happy Reading🌷
Sepanjang perjalanan, hanya suara dari lagu mengalun yang menemani Angel dan juga Jeremy di dalam mobil. Sementara Ben mengemudikan mobil milik Angel.
"Tuan, kau ini si pendiam itu ya? Sejak tadi tak ada bicara satu kata pun," terka Angel.
"Hmm." Jeremy hanya berdehem untuk merespon pertanyaan dari Angel.
"Aku juga berterima kasih padamu. Walaupun aku sudah diculik dan disekap, tapi kalian memperlakukan aku dengan cukup baik."
"Hmm." Kembali Jeremy hanya berdehem sebagai respon.
"Eyy. Kau ini begitu malas untuk bicara ya Tuan? Padahal ini adalah kali terakhir kita bertemu."
"Hmm."
Angel menggeram tertahan. Kalau boleh dia ingin sekali mencakar wajah si tuan irit bicara karena sejak tadi apapun yang dia katakan hanya dibalas dengan deheman singkat saja. Karena itulah Angel putuskan untuk diam saja dan menikmati alunan lagu.
Setelah beberapa puluh menit, mobil pun berhenti. Angel bisa mendengar suara pintu yang dibuka lalu ditutup kembali. Tak lama setelahnya, tangan Angel pun ditarik keluar. "Ayo."
Ben yang berhenti di depan mobil Jeremy langsung turun dari mobil lalu menghampiri mereka. "Nona Angel, kami membawamu kembali ke tempat kami menculikmu. Di sini kami lepaskan dirimu, tapi tolong bekerja sama dengan kami. Dan kalau boleh, jangan lapor polisi karena kami tidak mau terlibat kasus."
Angel mengangguk mantap. "Kalian tenang saja. Aku bisa menjamin kalau aku tidak mau repot-repot berurusan dengan polisi."
"Bos?" bisik Ben setelah mendekatkan diri pada Jeremy.
"Ya. Buka saja."
Ben mengangguk. Pria itu membenarkan posisi topeng kain penutup wajah yang dipakainya. Ben melepas ikatan di tangan Angel. Setelah terlepas dengan sempurna, barulah Ben juga melepas kain keramat yang selama satu harian sudah menutup kedua mata Angel.
Begitu kedua mata Angel terbuka dengan sempurna, barulah wanita itu dapat melihat wujud kedua pria yang telah menculik dirinya. Yang satu tampak tegap dan lumayan tinggi kira-kira 180 cm sementara satunya lagi sedikit lebih pendek, mungkin kira-kira 170an cm.
"Biar kutebak, pasti yang ini adalah yang banyak bicara," tebak Angel sambil menunjuk pada Ben.
Ben mengangguk. "Ya, benar. Kau ini pintar menebak ternyata Nona." Ben tersenyum di balik topeng hitam yang dia kenakan.
"Dan ini pasti si tuan pendiam kan?" tanya Angel sembari menunjuk pada Jeremy.
Jeremy hanya mengangguk pelan. Angel dapat menebak bahwa di balik topeng itu terdapat wajah yang rupawan.
"Kalau begitu kami permisi, Nona. Kami akan mengawal sampai kau melewati jalanan yang cukup sepi ini. Setelah itu kami akan mengambil jalur lain," terang Ben.
Angel mangut-mangut. "Terima kasih, Tuan. Kuharap kita bisa bertemu kembali pada suasana yang lebih baik."
Jeremy tidak ambil pusing dengan pembicaraan basa-basi di antara Ben dan Angel. Dia melenggang masuk ke dalam mobil.
"Kalau begitu kami permisi, Nona. Berhati-hatilah. Jaga dirimu dengan baik." Ben lari tergopoh-gopoh untuk ikut masuk ke dalam mobil.
Tin tin... Klakson membuyarkan konsentrasi Angel. Ben segera menyembulkan kepala dari jendela mobil. Tangannya dia gerakkan untuk menyuruh Angel segera jalan.
Angel pun mengangkat jempol kanan tanda dia mengerti. Lalu dia berjalan cepat menuju mobil. Wanita itu duduk di kemudi mobil kemudian melajukan mobil untuk meninggalkan area tersebut.
"Bos, videonya ingin diedit bagaimana?" tanya Ben yang mulai tampak sibuk mengotak-ngatik kamera digital milik mereka.
"Edit saat kau mengancam target, edit sorot wajahnya yang tampak ketakutan, dan yang paling penting jangan masukkan ke dalam video jawaban target yang berani untuk melawan. Satu lagi, pastikan kalau videonya tidak lebih dari sepuluh menit. Tak usah panjang-panjang."
Ben menoleh ke arah bosnya. "Apa tadi, Bos?"
"Ben..." panggil Jeremy geram.
Ben menyengir lalu menunjukkan jari telunjuk dan tengah. "Peace, Bos. Aku hanya bercanda. Dicopy dicopy."
Jeremy berdecak. "Apa yang kau copy?"
"Semua informasi yang tadi Bos berikan. Mengedit saat mengancam target, menunjukkan sorot wajah target yang tampak ketakutan dan jangan memasukkan bagian saat target melawan. Dan videonya harus dipastikan tidak lebih dari sepuluh menit. Benar kan Bos?" Ben tampak tersenyum bangga. Dia merasa dia sudah melakukan hal yang luar biasa kali ini.
Jeremy hanya melirik sekilas, lalu pandangan mata pria itu kembali pada mobil yang mereka jagai di depan. "Ya, benar."
"Aku keren kan Bos?" Ben mulai memuji diri sendiri. Dia menepuk-nepuk pelan dadanya karena rasa bangga yang menguar dari dalam dirinya.
"Ya."
"Berarti pembagian tetap lima puluh lima puluh kan Bos?" tanya Ben lagi semakin semangat.
"Ya." Jawaban satu kata dari Jeremy ternyata tidak cukup untuk membuat Ben sadar dan memilih untuk diam.
"Berarti aku..."
"Ben!" hardik Jeremy yang sudah jengah dengan Ben yang terus saja bicara.
Ben sontak langsung terdiam. Matanya hanya memandang kosong ke depan. Tidak berani lagi menatap pada bosnya yang sudah membentak dengan suara tinggi. Memang Ben paling bisa merusak suasana hati bosnya.
"Aku diam, Bos."
"Bagus. Diam sajalah. Berhenti membuat diriku sakit kepala akut karena omonganmu yang tidak penting."
"I-iya Bos."
Setelah itu Ben tidak lagi berkicau. Dia hanya diam saja sambil matanya menatap jalanan dan mobil Angel yang berada di depan mereka.
"Bos, aku merasa kasihan pada nona Angel." Tak sampai lima menit Angel diam, mulutnya kembali bicara.
Jeremy sudah akan protes lagi. Tapi ternyata pembicaraan tentang Angel sedikit menarik perhatian darinya. "Kenapa?"
"Dia sepertinya merasa begitu terluka tapi dia harus tetap terlihat tegar dan ingin membuktikan diri." Ben mengeluarkan pendapat yang ada di dalam benaknya.
Jeremy mengiyakan dalam hati. Dia juga dapat melihat hal yang sama. "Dia wanita yang tangguh, aku tahu itu."
Ben memandang bosnya dengan raut wajah setengah tak percaya. "Kau serius, Bos? Kau baru saja memuji seorang wanita?"
Jeremy mengedikkan bahu acuh. "Tak peduli dia wanita atau pria, aku hanya melihat dia sebagai sosok yang tangguh."
"Wahh ini sulit dipercaya. Memuji diriku saja bisa dihitung berapa kali Bos melakukannya. Ini, bagaimana bisa Bos memuji seseorang yang baru saja Bos kenal?"
"Ben, kadang ingin rasanya aku menjahit bibirmu biar kau tidak banyak bicara."
"Kalau aku tidak bisa bicara lagi, lalu teman Bos bicara siapa? Masa bicara pada tembok?"
"Lebih baik bicara pada tembok daripada bicara denganmu yang seperti burung. Selalu saja berkicau setiap saat dan setiap waktu."
"Bos, ayolah... Bos ini kan sudah pendiam. Kalau aku juga pendiam, maka suasana akan semakin runyam."
"Lebih baik begitu daripada harus mendengar celotehan bibirmu yang luar biasa itu."
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
kim nara
ben ben mulung di mana sih mr. J bs dpt patner yg superr punya bibir seperti kereta api.... 😁😁😁
2021-05-22
1
Sokhibah El-Jannata
karna ben yang selalu bikin ngakak.. aku kasih mawar 2 kak😍😍😍😍😍😍
2021-04-04
1
Joice Meitasari
Saling melengkapi ya Ben😂
2021-02-15
1