Hatimu boleh kosong. Tapi perutmu jangan.
🌷Happy Reading🌷
Ben mengitari Angel. Matanya sesekali memandang pada sang bos. "Apa yang aku mau? Yang aku mau itu sederhana, Nona. Cukup diam saja dan jangan melakukan apapun di perusahaan."
Angel tertawa kecil. Dari tawanya Ben dan bosnya malah menangkap kesedihan di dalamnya. "Siapa menyuruh kalian untuk melakukan ini? Ayahku?"
Ben menoleh pada Mr.J. Bosnya itu mengetikkan sesuatu di ponselnya lalu meminta Ben untuk segera membuka ponselnya lewat gestur tubuh. "Kau tidak perlu tahu siapa yang menyuruh kami, lakukan saja apa yang diminta. Berdiam diri saja dan jangan lakukan apapun di perusahaan kalau kau tidak mau terluka." Ben membaca tegas isi pesan yang dikirimkan oleh Mr.J padanya.
Angel kembali tergelak. "Dari dulu aku memang sudah terluka. Jadi luka seperti apa lagi yang kau maksud? Apa kau mau melukaiku secara fisik? Biar kau tahu, luka mental itu bahkan lebih perih dan berbahaya daripada luka fisik. Jadi lukai saja aku semaumu karena aku tetap akan melakukan apa yang mau kulakukan. Katakan itu pada orang yang menyuruhmu."
Dari suaranya, Angel terdengar seperti orang yang sudah putus asa seolah tidak ada lagi yang perlu dia takutkan dalam hidupnya. Otaknya berpikir bahwa ayahnya yang tega melakukan hal ini padanya karena dia baru saja memberi tahu tentang rencana pengembangan soft ware.
Mr.J memandang Angel dengan pandangan yang sulit diartikan. Tatapan prihatin, sedih dan perasaan ingin melindungi bercampur menjadi satu. Pria itu dapat menangkap kesedihan dan keputusasaan dari bibir Angel.
"Ikuti saja apa yang mereka mau agar kau tidak terluka, Nona." Ben kembali memperingatkan.
"Lagi pula apa salahnya kalau kau hanya diam saja dan tak melakukan apapun? Bukankah itu baik? Artinya kau tidak perlu bekerja keras di perusahaan."
"Apa salahnya? Aku bukanlah wanita yang penurut, Tuan. Aku akan melakukan apa yang mau kulakukan." Angel berkata dengan begitu yakin.
Ben bertepuk tangan secara tidak sadar. Sungguh Ben merasa kagum dengan keberanian wanita yang menjadi target mereka kali ini. "Ternyata kau begitu berani ya. Orang yang memberi perintah ini pasti akan merasa kecewa karena kau tak gentar sedikit pun."
"Apa lagi yang harus kutakuti dalam hidup?"
Ben terdiam. Rasa frustrasi yang menguar dari dalam diri Angel begitu terasa di dalam ruangan itu. Ben menatap prihatin pada Angel.
"Hidup ini memang menakutkan, Nona. Yang bisa kita lakukan adalah tetap bertahan hidup selama kita masih diberikan napas kehidupan."
"Ya. Aku pun mengerti kalau menyandera aku seperti ini adalah cara yang kau lakukan untuk bertahan hidup. Kalau boleh tahu, berapa mereka membayar kalian? Ahh apa kalian ini komplotan? Ada berapa banyak orang yang sedang berada di dalam ruangan ini?" Angel akhirnya menanyakan semua hal yang menjadi pertanyaan dalam benaknya.
Ben menoleh lagi pada Mr.J. Pria yang ditatap kembali memberi kode agar Ben membaca pesan yang akan dia kirimkan. "Kau tidak perlu tahu berapa banyak kami dibayar untuk melakukan hal ini padamu. Yang perlu kau tahu, kau sudah diperingatkan. Lakukan apa yang mau kau lakukan tapi berhati-hatilah karena orang yang menyuruh kami sepertinya bukanlah orang sembarangan. Well, kurasa dia cukup kaya dan berkuasa."
"Siapa? Dia lebih berkuasa dari presiden? Atau paling tidak sekelas menteri?" pancing Angel. Dia sebenarnya sudah tidak sabaran ingin mencari tahu siapa otak dari penyanderaan terhadap dirinya.
"Dia memang tidak punya kuasa setinggi itu. Tapi kurasa dia memiliki kedudukan yang cukup tinggi di perusahaan kalian."
"Kakekku pendiri sekaligus pemilik saham terbesar di perusahaan. Lalu menurutmu apa ada orang yang memiliki kuasa lebih besar daripada beliau? Baiklah kalau kau tidak mau memberi tahuku siapa yang memerintah kalian untuk melakukan ini. Pada akhirnya aku yakin kalau ini akan terbongkar dengan sendirinya."
"Anggap saja kalau aku memang tidak tahu dan tidak bisa memberi tahumu," jawab Ben singkat. Dia sendiri pun tidak tahu siapa klien mereka. Jangankan dirinya, bosnya saja tidak tahu karena memang begitulah cara mainnya.
"Hmm... Kalau begitu, kau seharusnya menjawab pertanyaanku yang satunya lagi. Ada berapa banyak komplotan kalian?" Angel bertanya ulang.
Ben menaikkan sebelah alisnya, lalu bibirnya sedikit terangkat ke atas. "Apa sekarang ini kau sedang merencanakan untuk melarikan diri dalam otak cantikmu itu, Nona? Tebakanku pasti benar kan? Kau ingin tahu berapa banyak lawan yang harus kau hadapi kalau mau melepaskan diri."
"Eyy, Tuan. Kau ini berpikir terlalu jauh. Tidak baik berburuk sangka begitu pada orang. Aku hanya ingin tahu berapa banyak makhluk yang sedang berbagi oksigen denganku di ruangan yang sedikit pengap ini."
"Dua. Kami hanya ada dua orang. Kau puas sekarang, Nona?"
Angel mengangguk pelan. "Hmm ya. Aku sedikit lapar. Apa kalian tidak mau memberiku sedikit makanan? Aku juga sangat haus, mungkin obat bius yang kalian berikan membuat aku jadi dehidrasi.". Perutnya benar-benar melilit karena tadi dia belum sempat makan dari rumah.
Mr.J menatap Ben dengan tajam. Matilah Ben kalau dia sampai lupa untuk membawa air minum dan juga makanan.
"Tunggu sebentar," ujar Ben lari berjalan cepat menuju bosnya.
"Apa? Jangan bilang kau tidak ingat untuk membawa minum dan makanan sedikit pun?" bisik Mr.J penuh penekanan.
"Kurasa aku sudah memasukkan beberapa makanan dan beberapa botol air mineral ke dalam mobil, Bos."
"Kurasa kurasa. Feelingmu memangnya pernah benar?" tanya Mr.J dengan kesal. "Cepat periksa ke mobil sana. Dia tampaknya benar-benar kelaparan."
Ben berlari tergopoh-gopoh menuju mobil yang berada di halaman depan. Saat akan membuka pintu, barulah pria itu menepuk jidatnya. "Oh my God, kuncinya..." erang Ben lemas. Dia sudah pasrah. Paling dia akan kembali kena marah bosnya.
"Bos..." ujar Ben sambil menepuk pelan bahu pria itu.
Mr.J berbalik. "Apa lagi? Jangan bilang kau juga lupa membawanya Ben," bisik Mr.J penuh ancaman. Kepalan tangannya dia tunjukkan tepat di depan wajah Ben.
Ben menggeleng pelan. "Aku bahkan belum sempat memeriksanya karena kunci mobil kan ada sama Bos."
Mr.J hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kecerobohan Ben. Lalu dia merogoh saku celananya. Dia keluarkan kunci kontak dari dalam sana.
"Ini," ujarnya sambil menyerahkan kunci.
Ben menerima kunci dan langsung berlalu dari hadapan bosnya. "Aku segera kembali, Bos."
Sepanjang jalan menuju mobil, jantung Ben berdebar kencang. Terselip harapan semoga saja bungkusan plastik makanan dan minuman tidak ketinggalan juga. Kalau sampai itu pun tertinggal, kepalanya mungkin saja akan dipenggal oleh bosnya.
Barulah Ben bisa bernapas lega saat matanya mendapati bungkusan plastik hitam itu berada di kursi belakang. "Ahh syukurlah. Aku tidak jadi mati," ujarnya lega.
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
I Fa
semangat ya kk
2021-05-15
1
Syamsiyatun Nur Hasanah
lapar.... enak ya ya jadi tahanan... bilang lapar langsung diambil in makanan
2021-05-14
1
Sokhibah El-Jannata
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂kakak sukses buat aku ngakak
2021-04-04
1