Jika kau bertanya padaku apa yang kumau, bisakah aku menjawab kalau yang kumau adalah cintamu?
🌷Happy Reading🌷
Angel tersadar dengan kedua tangatnya yang diikat. Begitu juga kedua kakinya yang diikat dengan begitu ketat sehingga dia tidak bisa bergerak sedikit pun.
Aku ada dimana? Pertanyaan itulah yang langsung ada dalam benak Angel sesaat setelah dia sadar dari pingsan.
"Dimana aku? Tolong lepaskan aku," pinta Angel. Untuk situasi yang cukup genting seperti sekarang ini, wanita itu bisa dikatakan cukup tenang. Dia tidak menangis atau merengek untuk dibebaskan.
Derap langkah kaki yang mendekat membuat Angel menjadi siaga. "Siapa di sana?"
Mr.J menatap Angel dari jarak kurang lebih sepuluh meter. Wanita itu berusaha melindungi dirinya sendiri dengan cara menenggelamkan kepala di antara kedua lututnya. Kaki dan tangannya yang berada dalam posisi terikat membuat Angel tidak leluasa dalam bergerak.
"Aku bertanya siapa di sana? Apa yang kau mau dariku?"
Saat Mr.J akan menjawab, dia teringat akan sesuatu. Cepat-cepat dia memanggil Ben untuk segera mengikutinya.
Ben yang mengerti akan isyarat tangan bosnya langsung mengekor di belakang pria itu. Mereka menyusuri gedung tak terpakai itu. Setelah sampai di luar gedung dan dirasa cukup aman untuk bicara, barulah akhirnya langkah Mr.J berhenti.
"Kamera sudah menyala kan?"
Ben mengangguk cepat. "Sudah, Bos."
Mr.J melotot. "Awas saja kalau sampai belum. Habis kau, Ben!" ancamnya.
Nyali Ben menciut. Kesalahannya sudah banyak hari ini. Mana mungkin dia berani melakukan kesalahan lainnya. Karena itulah dia sudah pastikan bahwa kamera digital yang mereka bawa sudah terpasang dengan sempurna.
"I-iya Bos. Kali ini sudah kuperiksa. Kamera dan audio sudah terpasang dengan baik."
"Oke, bagus. Kita tidak perlu mengirim rekaman secara full. Edit saja nanti. Kau bisa kan?"
Ben membusungkan dada lalu menepuk dengan tangan kanan. "Soal edit mengedit, Bos bisa percayakan padaku."
"Yeah, karena kalau dalam hal itu saja kau tak bisa lagi dipercaya, aku tak tahu lagi harus berkata apa," ujar Mr.J.
"Ben, aku ingin kau yang bicara pada target."
Ben menunjuk dirinya sendiri. "Aku?" tanya pria itu dengan raut tak percaya.
Mr.J mengangguk pasti. "Ya, kau. Kenapa? Kau keberatan?"
Ben langsung menggeleng cepat. Senyuman terpatri di wajahnya. Selama ini dia kebanyakan bekerja di belakang layar. Berkutat dengan komputer, lacak melacak, mempersiapkan peralatan, dan hal-hal lainnya.
Namun baru kali ini bosnya meminta Ben untuk turun langsung ke lapangan lalu menjalankan aksi. Walau ini adalah misi yang tak berbahaya karena targetnya wanita dan karena misi itu sendiri hanya untuk penyanderaan.
"Ben!" panggil Mr.J sekali lagi karena Ben hanya senyam-senyum tak jelas tapi tidak memberi jawaban.
"Aku tidak keberatan, Komandan. Siap laksanakan tugas!" Ben berdiri dengan posisi sempurna. Tangan kanannya dia angkat dan dekatkan ke pelipis persis seperti posisi memberi hormat.
"Aku bukan komandanmu dan ini bukan misi angkatan bersenjata," ujar Mr.J ketus.
"Aku merasa excited karena akhirnya dipercaya bekerja di lapangan, Bos. Tapi kenapa tiba-tiba Bos memintaku yang bicara dengan target?"
Mr.J memutar bola matanya dengan malas. "Kalau kau banyak tanya kita batalkan saja."
Ben meraih tangan bosnya. "Oh tidak-tidak. Aku tidak akan bertanya lagi, Bos. Yang penting aku bisa melakukan misi kali ini dan berhadapan langsung dengan target."
"Bagus, jangan banyak tanya," ujar Mr.J kembali mengingatkan.
"Kau tahukan apa-apa saja hal yang harus kau sampaikan pada target?"
Ben mengangguk cepat. Kebiasaan. Pria itu merespon dulu baru mencerna perkataan bosnya. Tak berapa lama dia menyengir. "Eh itu tentang ambil lagi perusahaan kan Bos?"
Mr.J mengepalkan tangannya. Dia menahan gejolak emosi di tangan kanannya yang sebenarnya sudah siap memberikan bogem mentah pada Ben. Pria itu menghela napas panjang.
"Kau bilang padanya agar dia mengerti akan posisinya di perusahaan dan suruh dia untuk tidak melakukan apapun di perusahaan itu. Jangan sampai menyakiti apalagi secara fisik, hanya buat dia sedikit merasa ketakutan."
Ben mangut-mangut. Lalu kemudian pertanyaan yang dia lontarkan membuat bosnya hampir terjengkang. "Apa nama perusahaannya, Bos?"
"Ben..." geramnya sambil menggertakkan gigi-giginya.
"Aku kan perlu bertanya agar tidak salah sebut, Bos."
"Kau kan sudah baca data profil target. Kini kau masih bertanya? Lagi pula untuk apa kau menyebut nama perusahaannya? Dia pasti langsung tahu tanpa kau sebutkan lagi!"
"Ahh benar juga ya, Bos. Bos memang cerdas. Kalau begitu aku masuk."
Ben melengos pergi dari sana. Sadar kalau dia membangunkan macan tidur.
Mr.J hanya bisa mengelus dadanya. Jika biasanya asisten atau orang kepercayaan adalah seseorang yang begitu dapat diandalkan, baginya tidak seperti itu. Semesta mungkin ingin menguji kesabaran yang dia miliki dengan memiliki orang kepercayaan seperti Ben.
Ben sebenarnya adalah sosok yang cerdas. Kemampuannya dalam bidang IT tak perlu diragukan. Namun dia kadang teledor, sedikit pelupa dan kadang merespon terlalu cepat namun belum benar-benar mencerna. Mungkin IQ yang terlalu tinggi membuat otaknya sedikit terganggu.
Saat Mr.J masuk kembali ke dalam gudang, dia mendapati Angel masih duduk beralaskan matras tipis. Lalu tak jauh dari posisinya, Ben duduk di sebuah kayu balok yang berukuran lumayan besar.
"Katakan apa yang kau mau? Kalau kau mau uang, aku bisa memberikan asal kau melepaskan aku." Angel mencoba bernegosiasi.
Ben sedikit tersenyum. Dia merasa cukup kagum dengan keberanian yang dimiliki oleh target mereka kali ini. "Maaf, tapi aku tidak butuh uangmu, Nona."
"Lalu apa yang kau mau dariku?" tanya Angel lagi. Dia berusaha sekuat tenaga agar suaranya terdengar biasa saja. Dia tidak mau penculiknya berpikir bahwa dia adalah wanita yang mudah ditekan.
Ben berjalan semakin mendekat pada Angel. Hingga tersisa jarak hanya dua meter. "Hmm... Wangimu ternyata lembut sekali. Dari jarak seperti ini aku bisa menciumnya."
Mr.J menatap punggung Ben dengan sorot mata tak terbaca. Kalau mata itu bisa mengeluarkan laser, maka punggung Ben sudah bolong. Ben sudah menjadi sundel bolong.
"Jangan mendekat! Katakan saja apa yang kau mau!" seru Angel. Dia semakin merapatkan tubuhnya. Wajahnya kembali dia tenggelamkan di kedua lututnya yang dia tekuk.
"Menurutmu, apa yang aku mau Nona manis?"
"Aku tidak tahu. Karena itulah aku bertanya. Yang kutahu dan kumau pasti, jangan dekat-dekat denganku."
Entah mendapat dorongan dari mana, Ben menyentuh puncak kepala Angel. Tidak pernah berhadapan langsung dengan target pada misi-misi sebelumnya membuat Ben ingin merasakan sensasi baru. Dia hanya ingin tahu bagaimana rasanya membuat target ketakutan.
"Ehemm..."
Deheman singkat Mr.J membuat Ben menengok ke belakang. Lewat isyarat matanya, Mr.J menyuruh Ben untuk menakut-nakuti target. Sepertinya Ben mengerti karena pria itu mengangguk. Kita doakan saja semoga Ben tidak kembali salah kaprah akan apa yang dimaksud oleh bosnya.
--- TBC ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Sokhibah El-Jannata
😂😂😂😂😂Astaga..
2021-04-04
1
Yoo_Rachel
Hadir Thor☝️9 Like Mendarat 🚀 Semangat selalu Yah..💪 Ditunggu kedatangannya di karya aku..
📗MENIKAHI MUSUH KERAJAANKU
📘THE POWER OF FIRST LOVE
See You In The Comment...🙏
2021-03-29
1
ayudya
terlalu pintar jd ny konslet otak si ben. 🤣🤣🤣
2021-02-11
1