"Dia sudah meminta maaf dan mau mengantar Diya pulang. Apa itu belum cukup? Dan sekarang dia datang untuk melihat keadaan Diya. Apa itu harus di marahi?" Siti terdiam mendengar penjelasan bu Marni.
"Iya juga sih" Fikirnya.
"Mana ada pemuda pada zaman sekarang ini yang mau mengaku kesalahannya. Udah tampan, kaya lagi" Siti menghembus nafas panjang. Bu Marni menghentikan kerjanya ia tersenyum melihat Siti melamun.
"Lo, kok kamu bengong begitu" Tegur wanita paruh baya itu, membuat perawan tua itu tersentak kaget, lalu nyengir malu-malu.
"Kenapa? Kamu gak suka kalau Diya punya teman?" Tanya bu Marni jadi tak enak.
"Eh...Suka kok. Malahan aku senang kok kak"
"Terus kenapa kamu bengong?"
"Cuma memikirkan nasib ku kak. Apa selamanya aku menjadi perawan tua ya?" Ucapnya sedih.
"Belum ada jodohnya. Sabar ya" Hibur bu Marni melanjutkan kerjaan dan ikut prihatin terhadap pembantunya itu.
"Makanya, jika ada yang melamar, jangan banyak pilih. Kamu juga yang rugi kan?" Siti jadi cemberut.
"Bagaimana gak milih, yang datang melamar aki-aki mulu sih. Mana level" Jawabnya sebal.
"Tapi, jika yang datang seperti teman Diya tadi, aku mau. Setuju banget malah" Bu Marni tersenyum.
"selera mu tinggi juga ya"
"Lo...Iya...Masih perawan" Katanya menyelonong pergi ketempat pencuci piring. Bu Marni menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum.
"Mudah-mudahan kamu cepat dapat jodoh Siti" katanya dalam hati dan meneruskan perkerjaan nya yang sempat terbengkalai.
*****
Beberapa saat Ferdi tercenung didepan pintu itu. Ia agak ragu-ragu untuk mengetuk pintu. Ada perasaan yang aneh tiba-tiba datang menyelinap dilubuk hatinya. Ada debaran, getaran halus yang sungguh ia tidak mengerti. Pemuda itu menarik nafas panjang lalu dihembusnya kuat-kuat seakan-akan ingin menenangkan gejolak hatinya yang rusuh. Lagi-lagi pemuda itu mengintai dari jendela. Siapa tau ada orang yang lewat atau melihatnya di situ. Tapi sunyi...Hening...
"Apa benar Diya ada ya?" Fikirnya.
"Apa Diya sudah tidur? Duh..." Cowok macho itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Ah...Coba saja. Siapa tau Diya belum tidur" Katanya dalam hati.
"assalamuakaikum" tidak ada sahutan. Pemuda itu mengucapkan salam kembali.
****
Beberapa kali Diya menghentikan tulisnya.
"Kedengarannya ada orang beri salam. Siapa ya?" Fikirnya dalam hati. Diya keluar dari kamarnya menuju keruang tamu dimana suara itu terdengar lagi.
"Eh...Kak Ferdi" Sambutnya bila tahu siapa yang datang. Pemuda itu tersenyum.
"Maaf mengganggu. Boleh masuk?"
"Iya...Iya.....Silahkan" Jawab Diya jadi salah tingkah.
"Mau ngapain lagi cowok ini kesini? " Fikirnya.
"Duduk kak" Katanya sambil duduk berhadapan diruang tamu. Diam, hening...
Ferdi tidak tau harus mulai bebicara dari mana agar situasi tidak tegang seperti ini.
"Celaka enam belas" Katanya, perasaan tadi muncul lagi.
Ferdi melihat sekeliling ruangan itu untuk mencari bahan agar bisa memulai pembicaraan agar perasaannya sedikit tenang.
"Gimana luka mu?" Katanya memecah kesunyian. Diya sedikit kaget.
"Udak agak mendingan kok" Jawabnya.
Diam lagi...Hening lagi....
"Kok sepi ya?" Tanya nya lagi.
"Iya...Aku sendirian. Ibu sama kak Siti diwarung" Jawab Diya deg-degan.
"Duh....Kenapa dadaku berdebar ya?" Fikirnya dalam hati.
"Aduh...Perasaan apa ini?" Fikirnya lagi.
"Siti itu kakak mu?"
"Gak, tetanggaku. Dia di sini untuk membatu ibu di warung"
"Kamu, kenapa gak membantu ibumu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Ruby_
AKU WANITA KUAT
mampir
ninggalin jejak vote,like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐
semangat buat author 🔥🔥🔥
2020-12-11
0
Komisah Izah Izah
thor lanjutt...
2020-12-06
0