Gadis itu menuruni tangga, penampilannya malam ini sebenernya biasa saja, hanya mengenakan dress babydoll berwarna baby pink dengan lengan balon, rambutnya dia cepol sembarang, menyisakan juntaian rambut yang dibiarkan jatuh, leher jenjang putihnya terekspos sampai ke pundak, flatshoes dengan warna senada, make up nude, tidak berlebihan tetapi cukup menyita pandangan mata orang yang melihatnya malam ini.
"Cantik sekali anak Bunda" Bunda yang dari ruang makan membawa cemilan pun berhenti sejenak memperhatikan anak gadisnya.
Semua mata yang berada di ruang keluarga pun menoleh.
"Baby nya Ayah sudah dewasa sekarang, kamu cantik sekali anak gadis"
"Sama siapa lo jalan dek? gue anter aja" Fajar menghentikan buah caturnya " skak matt Yah" dengan senyum kemenangan.
"Wah, gak bisa gitu" Ayah tak terima akan kekalahannya.
"Aku di jemput Erik kak, sebentar lagi datang mungkin" ujarnya.
Lalu menatap Langit yang sedari tadi melihatnya, iya Langit ada disana seperti biasa selalu ada disaat yang tepat, hhmmm.
"Non, ada temen nya" bik Marni datang bersama Erik yang mengikuti dari belakang.
"Selamat malam Om, Tante" ujar Erik sedikit menunduk memberi hormat.
"Malam" suara bariton dari sang Ayah menyambut sapaan dari pemuda itu.
"Saya Erik Om, teman Jingga" Erik pun mengulurkan tangannya.
"Saya Edward, ayah Jingga" menerima uluran tangan Erik " ini Bunda Melia, dan itu kakak Jingga, Fajar serta sahabatnya Langit" memperkenalkan satu per satu orang yang ada di ruangan itu.
" Selamat malam semua" sapa nya kembali " saya mau jemput Jingga Om, untuk acara Porseni dan perpisahan sekolah"
"Silahkan tapi antar kan pulang setelah acara selesai, maksimal jam 10 malam" ujar ayah Edward dengan wajah berwibawa.
"Baik Om, saya permisi"
Jingga pun berpamitan pada orang tuanya, sempat melihat ke arah Langit dengan tatapan tajam Langit seperti ingin menikam mangsanya.
*****
"Ga, abis ini giliran Lo ya" ujar Indira yang menjadi panitia acara.
"Siap" mengacungkan jempol nya.
Suara MC acara diatas panggung pun akhirnya memanggil namanya, Jingga naik ke atas panggung disambut tepuk tangan dan siulan dari para pengagum pengagumnya selama ber sekolah.
Diraihnya gitar akustik disana, mulai memetik senar senarnya dengan jari jemari, tak lama suara merdu itu pun terdengar, semua yang menikmati alunan lagu itu pun mengikuti untuk bersama bernyanyi.
...🎶🎶🎶...
...Datang akan pergi...
...Lewat kan berlalu...
...Ada kan tiada bertemu akan berpisah...
...Awal kan berakhir...
...Terbit kan tenggelam...
...Pasang akan surut bertemu akan berpisah...
...Hey!...
...Sampai jumpa di lain hari...
...Untuk kita bertemu lagi...
...Ku relakan dirimu pergi...
...Meskipun...
...Ku tak siap untuk merindu...
...Ku tak siap tanpa dirimu...
...Ku harap terbaik untukmu...
...🎶🎶🎶🎶🎶🎶...
...~sampai jumpa - Endang Sukamti~...
Acara berjalan sesuai jadwal, setengah sepuluh malam Jingga bersiap untuk pulang.
"Jingga, kayaknya ada yang nungguin Lo deh di depan" ujar Indira mendatangi Jingga yang sedang bersiap "temen kakak lo kemarin" ujarnya lagi.
"Langit?" tanyanya lalu berjalan menuju gerbang sekolah.
Dilihatnya Langit bersandar di mobilnya dengan menghisap rokok sambil memainkan ponselnya.
"Kakak?"
"Udah kelar? ayo pulang"
"I-iya, tapi sebentar ya, aku bilang ke Erik dulu kalo kakak yang jemput aku" berbalik badan tapi tangannya diraih oleh Langit.
"Udah biar aja, gak usah pamit, ayo naik"
"Tapi.."
"Buru, keburu malem, Ayah bilang jam 10 dah harus di rumah"
Mau tidak mau suka tidak suka, apa boleh buat Jingga menuruti juga titah pemuda yang suka memaksa itu.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menembus malam. Keheningan terasa di dalamnya. Hingga Langit memutar mobilnya kearah lain.
"Kok lewat sini kak?"
"Gue laper mo makan, lama nungguin Lo dari tadi"
"Kan gak ada yang minta kakak jemput aku"
"Kalo gue gak jemput, lo bakal bedua lagi sama si jangkrik"
"Jangkrik? sembarangan ganti nama orang, namanya Erik"
"Iya siapalah dia, tunggu disini gue pesen nasi nya dulu, lo mau gak?"
"Gak, liat muka kakak aja aku dah kenyang sampe mual" cemberut Jingga.
Langit kenapa sih suka banget maksa in kehendak sendiri, coba kalo sikapnya manis kan enak aku nya nurut gak pake bantah gumam Jingga melihat langit yang sedang memesan nasi goreng.
"Kak, gak pake lama ya, ntar Ayah marah aku pulang kemaleman"
"Ayah dah tau, gue dah minta ijin buat jemput lo, tadi nya Fajar juga mau ikut, tapi keburu pacarnya telpon minta dijemput juga jadi ya udah bagi tugas."
"Ooh" hanya itu yang keluar dari mulut Jingga.
Tak lama pesanan pun datang, Langit memang terlihat sangat lapar.
"Kakak, makannya pelan-pelan aku gak bakal minta, sampe belepotan gitu"
"Eh?! bersihin." memajukan wajahnya ke arah Jingga.
"Ogah, bersihin sendiri"
"Mana gue bisa bersihin sendiri, kan tangan gue satu pegang sendok satu pegang piring, tuh tisue nya" menunjuknya dengan dagu.
"Makan aja masih ngerepotin orang." sungut Jingga yang mau tidak mau membersihkan nasi di sekitar bibir Langit.
Seketika mata mereka pun terkunci, tatapan khas Langit begitu menghipnotis Jingga, dengan kesadaran penuh Jingga pun menyudahi tatapan itu. Tatapan yang sering kali membuat jantungnya berdebar-debar.
"Aku ngantuk, pulang kak buruan."
"Iya bawel, aku abisin satu dulu ya" ujarnya sambil menunjuk rokok yang sudah ada disela jari nya.
"Jendelanya buka lebar-lebar, aku gak suka bau nya," ujarnya sambil memejamkan mata menghadap arah jendela.
"Bawel banget sih lo." Langit mengacak rambut Jingga.
Setelah menghabiskan rokoknya, mobil pun melaju lagi menuju arah pulang, berhenti di pekarangan rumah, Jingga masih nampak terlelap, diarahkan nya wajah Jingga menghadap pada Langit.
Gue kalo liat lo begini berasa pengen gue bawa pulang terus gue kurung gak bakal gue kasih keluar lo Ga batinnya.
Masih memandangi wajah polos dihadapannya, Langit memberanikan diri membelai pipi gadis cantik itu, diamatinya setiap lekuk wajahnya, pandangan wajahnya jatuh pada bibir yang selalu melontarkan kata-kata bantahan jika berbicara padanya, tapi juga sering melontarkan kata-kata bijak jika sedang mendengarkan curhatannya.
Kapan waktu itu akan datang, gue harap lo juga merasakan hal yang sama Ga gumamnya dalam hati.
tok tok tok
Kaca mobil diketuk dari luar, spontan Langit membuka jendela mobilnya.
"Kok gak turun Lang,"
"Adek Lo tidur, bingung gue, di bangunin gak bangun-bangun, kek kebo lagi ngorok."
"Lo pencet idungnya pasti bangun" usil Fajar sambil memencet hidung Jingga.
"Aduuh" Jingga membuka matanya sambil meringis memegang hidungnya.
"Bener kan gue bilang juga apa, bangun dia" Fajar dan Langit tertawa.
"Kalian nyebelin banget sih." keluar dari mobil dengan menghentakkan kakinya, diikuti tawa dari kakak dan lelaki yang paling menyebalkan menurut Jingga.
***pliiissss jangan bosen yaaaa 😂😁
hepi baca bacanya yaaaah tq 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Langit & Jingga sama2 suka 😊
2024-01-22
0
Diii
naksir bilang!!...diem diem aja
2023-08-25
1
EndRu
cakep novelnya Lak Chida..
2023-02-11
0