"Woy lo kenapa sih kak? Melamun aja." Tegur Rival yang melihat Roy yang sedang melamun mengaduk-ngaduk minuman yang ada didepannya.
"Tau nih kenapa lo kak? Gue ngerasa ada yang aneh nih sama kembaran gue?" Sahut Tiffany yang juga bingung dengan kakak tertuanya satu ia ini. Mereka merasa kalau Roy sedang memikirkan sesuatu yang indah apalagi ditambah dengan senyum tipis yang tergambar diwajahnya.
"Jangan bilang lo lagi jatuh cinta ya? Cie...." Rival yang menggoda kakaknya satu ini.
"Serius pantesan aja. Tapi siapa val? Kan lo satu sekolah sama kakak kita satu ini." Goda Tiffany yang membuat Rival juga tergoda untuk menggoda kakaknya yang tertutup dengan perasaannya.
"Apaan sih kalian kalau ngomong yang jelas dong. Gue cuma----"
"Cuma apa? Ayo ngomong apa? Gue liat lo suka curi-curi pandang sama Cerry. Ih gue tau lo suka sama Cerry. Cie entar gue bilangin deh besok." Ucap Rival yang terus saja menggoda Roy.
"Eh jangan val. Lo apaan sih." Gugup Roy.
"Udah val bilangin aja. Lagian kasihan juga kan kakak kita ini. Bikin puisi terus, baca buku terus gak capek apa. Biar ada yang ngajak dia ngobrol."
"Eh, lo lupa apa? Lo juga main games mulu, eh lo udah gak bocah lagi Tiff." Roy yang tidak mau kalah dengan kedua adik yang usil yang sering menjailinya. Tiffany menunduk malu dan sekarang games over.
"Kalian salah gue suka sama Franda." - Roy.
Mereka melahap makanan yang sudah mereka pesan dari tadi. Gara-gara melamun saja Roy bisa jadi bahan bullyan mereka. Namanya juga kakak adik.
"Trus Lusi udah lo tembak val?" Roy baru saja teringat dengan Lusi perempuan yang selama ini mengejar-ngejar Rival.
"Ih ogah banget. Gue gak suka bukan tipe gue." Ketus Rival yang mulai bete.
"Tapi lo kayaknya seneng-seneng aja di traktir sama Lusi? Cie suka ya."
"Ihhhh geli tau sama dia." Rival yang mengangkat bahunya keatas dengan bulu kudur yang berdiri.
"Val, kenapa lo lari di lapangan waktu itu? Lo kok bisa dihukum bukannya lo ketua kelasnya?"
"Siapa lagi kalau bukan Franda. Yang mulutnya lemes banget jadi benci gue sama si kutu buku."
"Gak boleh gitu val, lo bisa cinta mati sama dia baru tau rasa lo." Sindir Tiffany dengan menyenggol bahu Rival.
"Amit-amit tujuh turunan deh." Ia mengetok-ngetok meja tiga kali lalu ke kepala tiga kali.
...•••...
"Udah sana lo kan suka sama Cerry mending lo samperin aja kak. Dia cantik kok." Dorong Rival dengan santai. Padahal ini semua salah paham dan salah maksud. Sebenarnya Roy tidak sama sekali suka ataupun menaruh hati kepada Cerry ia hanya suka dengan Franda teman sekelas Cerry dan Rival.
"Apaan sih enggak, lo mau apa coba." Gugup Roy yang melihat ada Franda juga disana cewek yang sebenarnya ia suka. Mereka saling tatap satu sama lain dengan serius.
"Cerry..." Rival melambaikan tangan kepada Cerry untuk mendekat kepada Roy. Lantas membuat Roy panik dan tidak kepayang. Emang dasar kelakuan adiknya yang bernama Rival.
"Duh." Roy menepuk jidatnya.
"Kenapa val?" Tanya Cerry kebingungan.
"Kakak gue pengen ngomong. Buruan kak." Dorong Rival dengan ketawa-ketawa gak jelas.
"Eeee, lo cantik hari ini. Ya udah gue ke kelas aja mungkin. Val emang dasar ya lo." Bisik Roy di telinga Rival dan memundurkan langkahnya kebelakang karna tidak mau agar semua tidak salah paham.
"Sorry ya cer dia emang gitu suka malu-malu kalau didepan cewek cantik. Tapi tenang gue bisa deketin kalian kok." Goda Rival dengan senyuman paling manis.
"Oh iyyyya." Sahut Cerry yang tidak mengerti sama sekali. Pantas saja Cerry disukai banyak cowok karna dia cantik, imut, modis dan model sekolah yang sering mewakili lomba-lomba antar sekolah ataupun antar daerah.
"Kenapa cer?"
"Katanya kak Roy suka sama gue? Tapi gue kok ngerasa aneh deh." Franda hanya menatap Cerry dengan sorotan sedih. Mungkin Cerry pantas untuk seorang Roy yang juga ganteng dan populer di sekolah. Kalau mereka pacaran mereka adalah pasangan sehati yang selalu bikin iri.
"Oh kalian cocok kok."
"Kakak lo suka sama Cerry val?"
"Iye kayaknya sih soalnya tadi malam dia kayak mikirin cewek gitu. Ya kali aja Cerry."
"Segitunya lo menyimpulkannya?" Albert yang masih mengandalkan instingnya kalau Roy belum bisa dikatakan suka dengan Cerry.
"Mulai deh si Albert pake teori. Udah lo baca aja biar pinter."
...•••...
"Fran, bareng gue yuk?" Roy menghentikan langkah Franda dan Cerry yang sedang asik mengobrol untuk pulang.
"Eh kak Roy, maaf kak aku duluan ya soalnya ada keperluan penting." Ucap Franda yang melangkahkan kaki dengan cepat meninggalkan Cerry berdua dengan Roy.
"Dia kenapa cer?"
"Gak tau kak pms kali." Cerry mengangkat bahunya karna tidak mengerti juga dengan sikap Franda.
"Oh iya cer, gue pengen ngomong sesuatu nih sama lo. Tapi lo jangan marah ya sama gue."
Mendengar hal itu Cerry merasa gugup, jantungnya berdebar. Mungkin Roy akan menembak atau menyatakan perasaannya.
"Ucapan gue tadi itu gak serius kok. Rival cuma salah paham aja. Gue gak ada perasaan apa-apa ke lo cer."
"Oh gitu ya kak. Enggak papa kok lagian juga aneh aja kenapa tiba-tiba Rival bilang kayak gitu." Lega Cerry yang tidak seperti apa yang ada dipikirannya.
"Iya, salah paham doang emang dasar tuh bocak bikin aneh aja." Langkah mereka yang sejajar membuat Rival malah melihat dari kejauhan seakan tambah mengeceng-ngecengi kakaknya dari kejauhan.
"Cieeeeeeeeee.... suit-suit." Teriak Rival.
"Lanjut." Sambungnya.
"Gak usah didengerin ya cer. Emang entar tuh bocah bikin malu. Entar sampai rumah gue gebukin atau gue masukin cabe satu kilo. Ahahaha."
"Hahaha bisa aja kak Roy. Emang kak Roy berani? Tega?"
"Eh enggak juga sih." Ia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali.
***
Di jalan yang tidak terlalu ramai mobil Rival dengan kecepatan sedang tiba-tiba saja menabrak mobil yang sudah tidak asing lagi. Rem pun ditinjak dengan cepat menghentikan mobil yang bergerak itu.
"Val, kayaknya itu mobil chiko deh aduh bahaya nih." Ucap Bima dengan suara tidak jelasnya.
"Udah kalian tenang biar gue yang hadepin dia." Rival keluar dari mobilnya menghadapai dengan orang tidak sengaja ia tabraknya itu.
Ia melihat mobil yang lecet itu ternyata tidak terlalu banyak Rival awalnya ingin kembali kedalam mobil tapi "Eh mau kemana lo?" Teriaknya yang baru saja keluar dari dalam mobil. Chiko membuka kaca mata yang ia pakai.
Keren sih, tapi songong plus sombong.
"Kenapa? Gak ada yang lecet juga kan?" Tepuk manja Rival.
"Ganti, gue baru servis dan gak pake daun." Suruhnya menyilangkan kakinya dan tangan diatas dada.
"Enggak parah cuy, cuma lecet doang lo lap udah bersih kok." Rival kembali ke dalam mobil.
Karna tidak di gubris Chiko pun berteriak kencang "Apa lo? Heh lo lupa kalau misalnya gue anak dari wakil kepala sekolah hah? Lo udah berani ya serempet mobil gue. Ini lebih mahal ketimbang mobil lo." Dari dulu emang Chiko adalah musuh bebuyutan Rival ditambah emang gak akan ada damainya.
"Mobil butut gitu aja jadi kebanggaan." Rival yang mencengir santai.
Chiko mendekat dan menarik kerah baju Rival. "Apa lo bilang mobil butut? Wah berasa kaya."
"Loh emang gue kaya kali. So, jangan nyari gara-gara sebelum lo menyesal." Ucap Rival dengan nada meninggi.
"Udah guys mending kita berangkat sekarang aja percuma aja disini sama cowok cupu. Iya kan?" Ia menarik Rudy, Bima dan Albert untuk masuk kedalam mobil tanpa pikir panjang. Chiko berteriak santai "Dasar pengecut, sini lo kalau berani." Langkah Rival langsung terhenti ia memalingkan tubuhnya dan kembali menatap Chiko. "Mau lo apa?" Bisik santai namun terdengar tegas.
Belum juga ia menjawab ia menonjok wajah Rival dengan keras hingga bibirnya sedikit berdarah. "Eh main fisik lo. Mau apa sih? Kita juga gak sengaja kali." Rudy ikut membela Rival karna sahabatnya tiba-tiba ditonjok olehnya.
Albert yang menyilangkan tangannya diatas dada pun ikut bergerak "Udah val mending kita berangkat aja. Lo mau kena masalah lagi?." Bisik Albert yang tidak digubris Rival. Rival memegang bibir dengan tersenyum tipis ia ingin membalas apa yang dilakukan oleh Chiko. Ketika kepalan Rival ingin melayang ke wajah Chiko tangan Chiko mencekam lebih dulu. "Satu hal yang perlu lo tau, lo gak berhak buat nodai wajah keren gue." Dorongnya. Chiko memasuki mobilnya dan melaju dengan kecepatan melesat.
"Harus lo belain gue kenapa sih? Aww sakit tau."
"Udah kita masuk aja."
...•••...
"Mohon perhatiannya sebentar, untuk siswa yang bernama Rivaldo tolong ke ruang BK." Sontak ketiga teman Rival menatap satu sama lain dan meneguknya gugup bisa-bisa mereka terseret juga jadi saksi. Siapa lagi kalau bukan Chiko yang membuat perihal. Rival bangkit dari duduknya dan menuju kearah ruang BK.
"Permisi bu, saya ke ruang BK." Ia hanya mengangguk saja dan melanjutkan pelajaran yang berlangsung.
Di ruang BK kali ini Rival dipanggil kelima kalinya karna telah melanggar pelajaran di kelas. Ia merasa tidak asing lagi yang namanya ruang BK.
"Rival ibu mohon sama kamu agar bisa mengubah sikap kamu jadi lebih baik, ibu malu sebagai wakil kelas kamu Rival. Beberapa kali guru BK menegur ibu agar mengawasi dan memberikan yang terbaik kepada anak didiknya. Kamu mengerti kan?" Rival menunduk kebawah dengan mengaitkan kedua tangan di bawah.
"Iya bu saya paham, tapi saya gak salah bu dia aja yang suka nyari masalah. Rival emang gak nyari masalah kok. Tolong lah bu." Pembelaan kali ini mungkin sudah pembelaan yang keberapa yang sering kali dianggap mengada-ngada. Ia hanya menggeleng dengan ucapan dan gerak gerik Rival yang sudah bisa ditebak olehnya. Sedangkan Chiko dengan tersenyum licik membuat mereka percaya dengan apa yang tidak seharusnya terjadi.
"Jadi gini bu, si Rival nyerempet mobil saya jadi ya saya minta pertanggung jawabannya dia. Tapi tetap gak ada respon."
"Dasar tukang ngadu lo." Batin Rival.
"Benar seperti itu Rival?"
"Eh enggak gi---"
"Emang maling kalau ngaku penjara penuh bu." Dengan lancangnya membuat Rival mengepal tangannya kuat kalau tidak ada siapapun mungkin mereka sudah berantem.
"Trus apa mau lo?"
"Mau gue ya diganti harga sih gak mahal cuma 15 juta doang."
"Bisakah kamu membayarnya Rival?"
"Emm, saya sih gak terlalu menuntut Rival ya bu, cukup Rival masukkan saya di club basket aja." Karna yang ia tahu kalau Rival juga merupakan club basket sekolah. Dengan cara ini Chiko mempergunakan waktu sebaik-baiknya.
"Sialan licik." Ketus Rival dalam hati.
"Oke, lo boleh masuk kedalam club basket mulai besok."
"Oke, selamat bergabung." Dengan terpaksa Rival bersalaman dengan musuhnya yaitu Chiko.
...•••...
"Lo ngomong apaan tadi di ruang BK? Langganan aja lo val."
"Chiko ya val?" Tebak Albert.
"Hm, mulai sekarang Chiko anggota kita di club basket. Itu jadi bayarannya dia kalau enggak gue harus ganti rugi 15 juta."
Rudy menyemburkan minuman yang ada didalam mulutnya ia sangat tidak menyangka apa yang Rival katakan "Se----riiiiuussss."
"Woy jorok lo." Rudy mengibas-ngibaskan air yang muncrat itu.
"Sorry."
"Iya licik banget emang, tapi dari pada gue bayar 15 juta kan? Repot."
"Bener juga sih. Eh Lusi tuh nyamperin lo." Disaat Rival sedang tak karuan Lusi dengan polosnya duduk disamping Rival.
"Rival udah makan belum?"
"Hm."
"Bentar." Lusi mengeluarkan tisu basah didalam kantung bajunya dengan mengelapkan keringat yang membasahi di kening Rival. Lantas membuat Rudy, Bima dan Albert tertawa diam-diam.
"Gak usah gue gak keringetan. Bisa sendiri kok."
"Oh gitu, mau gak jalan hari ini?"
"Enggak, gue males."
"Yah padahal ada dua tiket nonton udah ke beli. Ya udah deh."
"Tiket apa?" Ternyata Rival penasaran juga dengan ajakan Lusi.
"Tiket konser."
"Jam?."
"19.00 malam."
"Oh ya udah, entar gue jemput kalau gitu. Tapi habis nonton langsung balik."
"Serius? Waduh harus dandan yang cantik dulu nih. Makasih val gue tunggu ya. Yeeeeee..." Ketika Lusi ingin memeluk Rival, Rival langsung menampik dan menahan tangan Rival.
"Gak usah lebay juga. Gue bukan pegangan."
"Ups sorry, oke." Ia berdiri sambil tersenyum bahagia. Meninggalkan langkah mundur sambil tersenyum.
"Cie Rival katanya gak suka sama Lusi diembat juga."
"Palingan Rival ada maunya doang." Dugaan Albert tidak pernah meleset dari buku-buku tentang gerak-gerik dan bahasa tubuh yang selama ini ia baca.
"Susah sih ya kalau sama orang pintar kaya lo bert pasti ketebak." Tepuk Rival di bahu Albert.
...•••...
"Seriusan nih kita masuk ke dalam tapi tolong jangan gelendotan gitu dong lus." Peringati Rival dengan sorot mata tajam. Dan ditambah Lusi mengangguk seakan mengerti apa yang disuruh dari Rival.
Sesampainya di konser Lusi begitu gelendotan sekali apalagi kamera ponselnya yang tidak henti instastory instagram miliknya itu. Rival merasa risih dengan Lusi kalau tidak konser favoritnya Rival ogah banget jalan sama Lusi. Untung aja gratisan.
175 15 comments
Hai guys kita lagi di konser. Coba tebak gue bareng siapa?
Foto di post tanpa seizin Rival.
"Lus lo bisa gak gak usah gelendotan gini? Gue malah risih tau gak." Ucapnya yang sudah kesal dari tadi.
Tapi apa boleh dikata ia tetap saja merasa semangat sekali. Ditambah sekeliling mereka yang melihat kedua orang yang sedang norak banget. Sampai-sampai salah satu diantara mereka berbisik satu sama lain.
"Ceweknya norak gitu ya?"
"Iya gue mah gak tahan."
Rival menarik napas berat. Ia harus mengontrol emosinya sampai acara mulai dan selesai. Keberisikan itu terus terjadi, kegaduhan itu terjadi apalagi gaya selfie yang Lusi upload di instastory instagram tak kunjung hentinya.
Celoteh mereka membuat kuping kanan dan kiri Rival hanya menahannya apalagi keberisikan bukan karna konser tapi ribet karna insta story.
"Ini orang mau nonton konser malah selfie gak jelas."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments