Rival menatap Franda dengan tatapan yang tajam seakan sampai ia keluar dari kelas. Kali ini sangat marah sekali karna Franda dengan lancangnya menjawab pertanyaan jujur dari pengajar yang ada didepan yang terkenal dengan kegalakkannya itu tanpa harus bertanya kepada ketua kelas yaitu Rival.
"Rival kamu lari keliling lapangan sebanyak tiga kali." Suruhnya yang menunjuk kearah lapangan. Rival dengan penuh kesal melihat kearah Franda yang bingung menatap dengan tatapan yang kosong. Karna guru yang killer yang menyuruhnya ini maka Rival pun mengikuti dan tidak berbicara untuk menyahut. Matahari diluar sana sudah terik sekali ditambah hari ini keadaan badannya yang tidak terlalu sehat. Namun karna ia mempertahankan badboy yang sudah mendarah daging makanya Rival tetap saja bergaya cool.
Rival mengelilingi lapangan dengan gesit dengan terik matahari yang begitu memancar. Sorotan dari kelas yang terbuka seakan melihat pemandangan yang ada di lapangan sedang mengelilinginya ditambah lagi orang famous nomor satu di sekolah terkenal ini sedang di hukum, dari dalam kelas yang terlihat jelas Roy yang merupakan kakak kandung dari Rival ia sudah tidak kaget lagi dengan hukuman yang Rival jalankan saat itu. Karna ini bukan hukuman yang pertama yang adiknya dapatkan melainkan sudah yang berulang kalinya.
"Val, val kapan berubah sih lo. Gue, kasihan sama lo val." Gumam Roy dengan bijaksana menggelengkan kepalanya yang sudah pasrah.
Tiga putaran pun sudah ia lakukan dengan keringat yang sudah membasahi badannya dan pelipis ia pun menuju untuk ke kelas kembali mengikuti pelajaran.
Ia mengetuk pintu dengan begitu santai. "Silahkan masuk lain kali jangan diulangi lagi ya Rival." Ucap guru yang sedang mengajar saat itu.
"Dasar cewek aneh. Gitu aja dilaporin ke guru. Tukang ngadu lo." Bisik Lusi tepat dibelakang Franda. Yang merupakan cewek yang selama ini suka atau naksir kepada Rival. Franda hanya diam mendengarkan ucapan Lusi walaupun ia tau kalau dirinya sebenarnya tidak bermaksud untuk melakukan hal itu.
"Makanya val, jangan berani lo sama tuh cewek kutu buku." Lirikkannya seakan menyudutkan Rival yang sudah berkeringat.
"Berisik lo." Ketus Rival yang sudah gerah.
Kali ini Rival ingin membalas perbuatan Franda di kelas. Ia mempunyai ide untuk mengerjai perempuan kutu buku itu dengan menambahkan cabe yang terpampang nyata disamping bakso yang Franda pesan.
"Val lo mau ngapain sih?" Ucap Bima yang melihat Rival mendekat ke mangkok bakso Franda. Ia sengaja mencampur cabe kedalam mangkok itu dua sendok utuh lalu ia mengaduknya. Rival tersenyum miring dengan apa yang ia lakukan ia sengaja melakukan ini agar Franda merasakan pembalasannya. "Rasain lo, emang enak. Siapa suruh lancang sama gue." Batin Rival yang tertawa bahagia. Kali ini ia tidak tinggal diam dengan apa yang ia lakukan. Ia cepat-cepat mengaduk agar tidak ketahuan dengan Franda yang membeli minuman didepan.
"Awas kalian bilang ini kerjain gue. Gue tabok lo pada."
"Dasar lo val. Bandel banget." Ucap Rudy yang tidak tega dengan reaksi nanti yang ditimbulkan.
"Taunih." Bima yang sudah penuh dengan pentol bakso dimulutnya.
"Kunyah aja dulu. Ribet lo."
Sedangkan Albert ia hanya diam dan menggelengkan kepalanya dengan kelakuan Rival kali ini. Walaupun begitu Albert tidak ingin pusing dengan sepupunya lakukan ini.
Tidak lama Franda pun datang dengan botol mineral yang ia beli. Lalu dengan santai ia menyantap bakso yang sudah Rival tambahkan dengan dua sendok makan cabe didalamnya. Awalnya Franda biasa saja menyantap baksonya, tapi entah kenapa ia merasa ada yang beda dengan rasa dari kuah bakso itu sendiri. Lidahnya seakan terbakar, keringat yang begitu keluar dengan cepat dan air mineral yang ada didalam botol langsung ia buka dan langsung ia teguk dengan cepat untuk mengurangi rasa pedas itu sendiri.
"Huh kok pedes banget sih ini bakso. Perasaan gue gak terlalu banyak ya masukkin cabenya." Ia mengaduk-ngaduk kuah itu. Perutnya terasa panas dan terbakar.
"Rasain lo emang enak. Sok sih." Ia tertawa bahagia dengan reaksi yang berhasil itu. Kali ini mereka satu sama.
Franda melirik kearah Rival dan teman-temannya. Ia yakin kalau ini yang melakukan adalah Rival siapa lagi kalau bukan dia. Tapi Franda tidak ingin berburuk sangka akan itu. Ia tetap tenang dan tidak terpropokasi dengan ini. Padahal ia merasa geram sekali.
"Kayaknya gue tau siapa yang lakuin ini. Rival lo emang good boy." Ucapnya dalam hati. Lusi sangat yakin kalau ini adalah perbuatan Rival.
"Eh, si cupu kenapa tuh sakit perut?" Milka dengan polosnya bertanya kepada Lusi dengan apa yang ia lihat.
"Biarin siapa suruh kerjain Rival."
...•••...
Ia melajukan mobilnya dengan cepat didepan Franda dan Roy yang sedang mengobrol bersama seakan ia memberi kode kalau ia masih kesal dengan perempuan itu.
"Kenapa sih tuh bocah, gue omelin tau rasa." Celetuk Roy. Sedangkan Franda memikirkan kejadian yang ada di kelas tadi mungkin Rival masih kesal dengan sikap jujur yang katakan tadi.
"Eh Rival habis ngapain tadi di kelas gue liat dia lari keliling lapangan?" Pertanyaan Roy seakan membuat Franda mati kutu. Ia bingung harus menjawab dengan apa.
"Eh, kok malah diam aja? Kenapa dia?" Tanyanya lagi yang masih menunggu jawaban dari Franda.
"Eh, kalau gitu duluan ya kak, kayaknya aku harus duluan deh. Duluan kak Roy." Franda mempercepat langkahnya untuk meninggalkan Roy yang masih menunggu jawabannya. Ia berlari kecil agar menstabilkan kegugupannya saat itu.
"Dasar, tapi lucu sih." Senyum Roy.
Franda mengelus dada dengan lega bisa-bisa ia tidak enak hati dengan Roy kakak kandung Rival. Ia takut Roy akan memarahi Rival dan Rival akan marah kepadanya masalah tambah rumit.
...•••...
"Hahahaha,,, emang enak. Siapa suruh dia kayak gitu." Teriak Rival didalam mobil dengan menyetir dengan kecepatan sedang.
"Mukanya aja merah gitu val. Cewek kayak gitu emang harus di kasih pelajaran val. Entar ngelunjak." Sahut Rudi yang mendukung Rival lakukan.
"Tapi kayaknya dia gagal makan banyak lagi deh."
"Eh gendut dia bukan lo kali. Yang suka makan?"
"Tau nih lemak aja banyakin."
"Ahahahah.."
"Val, nyokap lo udah dikasih kado? Dia kan hari ini ulang tahun?" Albert mengingatkan sesuatu tentang hari spesial ibunda Rival.
"Oh iya ya? Gue lupa palingan juga kak Roy sama Kak Tiffrany yang kasih biarin mereka yang wakilin gue. Tapi entar gue kasih bunga aja entar ya biar gak dibilang anak durhaka lah." Jawabannya seakan sekedar simbolis saja.
"Val, val nyokap digituin." Gumam Albert.
"Parah emang lo val. Cium kening kek, atau lo kasih kata-kata romantis kek. Biar nyokap lo seneng."
"Eh, gue bukan kak Roy ya. Yang suka drama. Dan gue bukan dia yang suka romantis-romantisan emang gue cowok apaan." Cibir Rival tersenyum miring.
Sampai di rumah Franda langsung saja masuk ke dalam kamar mandi untuk mengurangi rasa panas di perutnya. Perutnya terasa di guncang dengan roda karna sembelit dan sakit.
"Duh sumpah sakit banget ini perut." Ia kembali lagi menuju ke kamar mandi hingga beberapa kali.
Biasanya Franda hanya menuangkan sedikit cabe tapi ini seperti ada orang yang sengaja mencampurkan cabe didalam mangkuk bakso miliknya.
"Fran, kamu gak papa?"
"Engggak mah. Enggak papa kok." Teriaknya dari dalam.
"Mamah udah siapin makanan diatas meja. Mama berangkat dulu ya."
"Yyyyaaaaa."
...•••...
"Rival, sini nak." Rumah sudah begitu ramai dengan ucapan kecil-kecilan dari kedua anaknya dan suami. Mereka terdiam ketika Rival baru saja datang.
"Mah selamat ulang tahun ya. Semoga mamah sehat selalu dan selalu jadi kesayangan Rival. Maaf mah belum kasih kado sekarang, lupa." Ucap Rival yang melihat kado-kado pemberian mereka. Sedangkan ia belum memberikan apa-apa.
"Iya sayang gak papa kok." Ia mengecup puncak kepala Rival dengan kelembutan.
"Kita potong kue yuk." Ucap Tiffany kakak kedua Rival.
Potongan pertama ia berikan kepada suami tercinta, potongan kedua ia berikan kepada Roy anak pertama, potongan kedua diberikan ke Tiffany anak kedua dan potongan terakhir diberikan ke Rival anak paling bungsu mereka.
"Mah, maaf banget ya Roy cuma kasih itu."
"Iya mah Tiffa juga maaf cuma sempat kasih itu aja."
Rival terdiam, ia harus mengatakan apa. "Maaf mah Rival belum kasih hadiah sama mamah. Tapi Rival janji bakalan kasih kok."
"Enggak papa Rival mamah kamu sudah seneng kok sama perubahan kamu sekarang." Ucap papahnya yang sangat bijaksana.
"Maaf Rival belum bisa kasih itu mah, pah." Batinnya yang mulai tersentuh dengan ucapan ayahnya itu.
"Rival ke atas dulu ya." Ia perlahan mundur untuk masuk kedalam kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments