Ardhan

Ardhan

Tatap

..."Kehilangan adalah cara terbaik untuk belajar ikhlas tanpa batas."...

...✨...

Seorang gadis kecil berlari ke arah anak laki-laki yang terjatuh dan bertanya, "mana yang sakit?" Anak itu hanya diam sembari menatap betapa indah mata cokelatnya.

Gadis kecil itu kembali bicara, "ayo, ikut ke rumahku. Nanti ada Mama yang ngobatin lukanya." Ia menarik tangan si anak laki-laki dan menuntunnya perlahan.

"Maaaaa, ini ada teman aku kakinya luka!" teriaknya.

"Loh, kenapa temannya?" tanya wanita paruh baya yang datang dari arah dapur.

"Sini, Mama bersihkan dulu." Ternyata wanita itu adalah ibu si gadis.

"Ini, Ma dia tadi jatuh di dekat ayunan," jawabnya hampir menangis.

"Teman kamu baik-baik aja kok, sayang. Anak cowok pasti kuat dong, ya kan?" hibur ibunya.

Tak butuh waktu lama, kaki anak itu sudah diobati dan diperban.

"Kamu anaknya Attila kan? Ayo tante antar pulang," katanya sambil menggandeng anak laki-laki tersebut.

"Sayang, kamu di rumah aja ya," titahnya pada putrinya.

"Jaga rumah sayang!" teriaknya sambil melenggang keluar.

"Siap bos!" jawab gadis kecil itu sambil memberi hormat.

***

Ardhan Husein Zakhori adalah seorang CEO muda yang hari ini genap berusia 24 tahun. Ia mewarisi perusahaan Kakeknya, Millenial Group. Sesuai kesepakatan mereka, Ardhan akan menggantikan posisi Kakeknya setelah berusia 24 tahun.

Ia biasa dipanggil Ardhan. Pribadinya yang ceria dan bersemangat mampu tersalurkan ke orang-orang yang dijumpainya. Perawakan yang tinggi dan tegap menambah wibawa dirinya. Wajahnya juga tergolong tampan.

"Selamat pagi, Kek," sapanya sambil mencium pipi kanan Kakeknya.

"Iya," jawab Kakeknya seadanya.

"Yah, roti lagi," katanya sambil berpura-pura mengeluh.

"Bi, steak dong!" teriak Ardhan pada Bi Titin.

Kakek Ardhan langsung memberi tatapan tajam ke arahnya. Hal itu tentu saja membuat Ardhan lemah.

"Huuffttt," gerutunya.

Ardhan pun memakan roti dengan selai kacang itu. Tak lupa ia menambahkan lagi selainya agar makin banyak. Kakeknya hanya menatap sambil bergeleng, sedangkan Ardhan malah nyengir. Mereka makan dalam diam. Hanya bunyi dentingan garpu dan pisau yang terdengar. Lalu saat roti sudah habis, Ardhan minum susu cokelat kesukaan dia. Kebiasaan yang sedari kecil tak pernah hilang dari Ardhan, roti selai kacang dan susu cokelat.

"Di acara ulang tahun kamu nanti malam, Kakek akan kenalkan kamu dengan beberapa rekan bisnis sekaligus pengumuman CEO baru. Sudah siap kamu kan? Pakai pakaian rapi, jangan cengengesan, jaga wibawa kamu sebagai CEO," ucap kakeknya panjang lebar.

"Siap Kakekku sayang," jawabnya singkat sambil mendaratkan ciuman ke pipi kiri Kakeknya kemudian berlari pergi ke luar rumah.

Walaupun Kakeknya cukup dingin, ia sangat menyayangi beliau karena sudah merawat Ardhan dari kecil. Ia tau, Kakeknya memiliki hati yang baik, namun tak mau menunjukkannya karena gengsi.

Saat ini, Ardhan berencana mengunjungi butik yang baru dirintisnya beberapa bulan lalu. Ia akan memilih pakaian yang cocok untuk nanti malam.

"My boutique! I'm coming!" serunya sambil melajukan Ferrari California kebanggaannya.

Udara segar merasuki pernapasannya. Jalanan hari ini tidak terlalu macet. Ia melirik kanan kiri sambil menikmati pemandangan manusia lalu lalang.

Ah semua orang selalu sibuk, pikirnya.

Setelah dirasa cukup, ia menambah kecepatan mobilnya. 20 menit kemudian ia sudah sampai di butik. Ia pun langsung masuk ke ruang VIP.

"Huuhh," ia menghela napas.

"Lama juga 45 menit baru sampai,"katanya.

"Mbak, mbak," panggilnya pada petugas butik.

"Iya, Tuan," jawab wanita itu.

"Tolong carikan jas warna hitam yang cocok dengan saya. Oh, sekalian kemeja putih dan celana hitam," perintahnya pada petugas itu.

"Baik, Tuan," jawab si petugas.

Wanita itu langsung bergegas mencari pakaian yang cocok untuk tuannya. Ardhan pun sendirian di ruang VIP tersebut. Ia melihat kanan, kiri, atas, bawah, mengagumi desain interior butik tersebut.

Mantul juga pilihan gue, batinnya.

Ia kembali menghirup napas dalam-dalam, merasakan dinginnya udara dari AC di ruangan itu. Ia mengecek gawainya.

Seperti biasa, tidak ada notif hahaha, batinnya menertawakan diri sendiri.

Hanya ada notif Shopee di layar. Ia pun membuka aplikasi Shopee dan memainkan pohon tanam. Menyiram pohon dan mendapat koin yang bisa diubah jadi uang. Itulah yang dilakukan Ardhan sehari-hari. Ia tau banyak gadis yang mengejarnya, tapi ia tak pernah melirik. Gadis kecil di wallpaper gawainya selalu mengganggu pikirannya.

"Tuan, ini pakaiannya," kata si mbak petugas sambil menyerahkan pakaian.

"Oh, iya mbak. Ruang ganti di mana?" tanya Ardhan.

"Tuan lurus aja, nanti ada jalan mentok, belok kanan," jawab si petugas sambil menunjuk.

"Oke mbak thanks ya," jawabnya sambil tersenyum dan berlalu.

Tanpa diketahui Ardhan, petugas tersebut sesak napas melihat senyumnya.

Tak lama Ardhan sudah sampai di ruang ganti. Ia langsung membuka tirai pintunya.

"Aaaaaaaaa!" teriak seorang gadis dari dalam ruangan.

Ardhan langsung menutup matanya dengan tangan dan berbalik badan.

"Sorry, mbak sorry," ucapnya tanpa melihat gadis itu.

"Gimana sih kamu, apa gak lihat simbol itu?" gerutu si gadis.

"Iya mbak sorry, saya pergi dulu," jawab Ardhan sambil berlari.

"Buset, bego banget gue. Butik sendiri pun bisa salah ruangan," katanya sambil berjalan.

Setelah 10 menit selesai, Ia langsung membawa pakaian yang cocok ke kasir. Membayar tagihan lalu pergi. Ia keluar butik dan melaju pulang ke rumah.

"To do list hari ini apa aja ya?" Ia mengecek gawainya membuka aplikasi catatan. "Ke butik, beres-beres. Oke beres-beres."

Ardhan pun menambah kecepatan mobilnya. Ia selalu membuat to do list agar tidak kebingungan saat melakukan pekerjaan. Dan tentu saja, hal ini sangat membantu. Sekarang hidup Ardhan teratur dan terencana.

Setelah sampai di rumah, Ardhan langsung membereskan pakaian, menyiapkan parfum, aksesoris dan keperluan lain untuk nanti malam.

Nah nanti kan enak tinggal pakai aja, ucapnya dalam hati.

"Ngapain lagi ya?" Ia pun kembali mengecek to do list nya tapi tidak ada kegiatan apapun di jam itu. Mungkin Ardhan terlalu cepet berberesnya.

Ah, lebih baik tidur. Eh tapi kan masih jam 10. Duh ngapin sih gue bingung banget. Ke mall aja kali, atau ke restoran ya. Umm ke pantai aja lah. Apasih random banget pikiran gue. Oke gue ke restoran aja, pikirnya.

Begitulah Ardhan, sering bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia selalu mempunyai motto "Tidak ada yang bisa dipercaya selain diri sendiri!"

Bukannya Ardhan tidak punya teman. Hanya saja saat dewasa ini lingkaran pertemanannya menyempit. Hanya ada beberapa yang tetap setia menemani. Banyak juga yang datang hanya saat sedih.

Ia kembali mengendarai Ferrari California-nya. Butuh waktu 30 menit untuk sampai ke restoran. Restoran ini sudah menjadi langganan Ardhan. Tempatnya yang tenang membuat Ardhan betah berlama-lama di sana. Aroma therapy yang semerbak menenangkan pikiran rumit Ardhan. Ia langsung mengambil tempat duduk di pojok sambil menghirup napas dalam-dalam.

Memperhatikan sekeliling adalah hal yang disukai Ardhan. Melihat seseorang tanpa mengenalnya tidak akan membuat kecanggungan. Ia memperhatikan sekeliling dan pandangannya berhenti pada seorang wanita berambut bergelombang dan bermata cokelat sedang menatapnya juga.

Dia..., batin Ardhan.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͣͣ𝓡ͩꫀᷝเͧ𝒉ᷠᥲͣᥒ🦜

🍾⃝ͣͣ𝓡ͩꫀᷝเͧ𝒉ᷠᥲͣᥒ🦜

yeey ketemu😁👍

2021-08-24

2

Sinta Nurnaeni

Sinta Nurnaeni

aku mampir nih 😊😊

2021-08-06

1

👑Meylani Putri Putti

👑Meylani Putri Putti

hadir di sini juga dah favorite

2021-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!