Untuk pertandingan kedua ini, tim Ana kembali memenangkannya. Ketika semua tim telah kembali ke penginapan, dan dengan kegiatan masing masing. Ana pun telah menggambil posisi untuk tidur, tak heran memang dengan julukannya 'putri tidur'. Ayu, teman satu kamar Ana pun hanya bisa menggelengkan kepala. Merasa tidak heran lagi dengan kebiasaan Ana itu. Tiba tiba, ponsel Ana bergetar.
drrrttt...
drrrttt...
arrgghhhh... Emosi tingkat tinggi, apabila ada yang mengganggu tidurnya. (Siapa si yang nelfon jam segini? nggak tau apa orang mau istirahat), omelnya dalam hati. Padahal, jam baru menunjukkan pukul 19:30 wib.
"Na, bantuin abang lagi. Abang tunggu diruangan sekarang, nggak usah pakai ngedumel. Okay, abang tunggu!!!" telpon pun telah senyap.
Ana hanya terdiam sebelum memberikan bantahan terhadap si penelfon, (dasar nggak punya hati, udah minta bantuan. Nelfon semaunya, belum juga disetujuin mau apa nggak bantuin, malah dimatiin telfonnya), hanya bisa emosi dalam hati.
"Siapa na yang nelfon? muka lu merah banget, hati hati na nanti malah keluar tanduknya lagi." Goda Ayu.
" Siapa lagi yu kalau bukan si bang ki', bukannya bertanding bola tapi ini malah bertanding dengan angka angka yang amburadul. Serasa kerja rodi disini." Dengan geramnya Ana ngedumel sama Ayu.
" Udah, kamu kesana aja. Semangat ya Na!!!" suport Ayu. Masih dalam mood yang kesal tingkat tinggi dan Melempar bantal ke muka Ayu, lalu beranjak pergi.
......................
Di lain ruangan, Rizky sedang bersitegang dengan bos gilanya. Bagaikan memakan buah simalakama (serba salah dalam mengambil keputusan, yang hasilnya tidak ada kebaikan).
" Gimana Ky, apa sudah kamu lakuin apa yang saya tugaskan?", tanya Candra.
"Siap bos, memangnya ada apa si bos? lagian juga ni berkas beberapa bulan kebelakang dan sudah diperbaiki, kenapa sekarang mau di audit lagi?." tanya Rizky yang bingung dengan kelakuan bosnya akhir akhir ini.
Pleetaakk !!!
" Bisa diam nggak tu mulut? atau gajimu saya pangkas? " ujar Candra dengan menatap tajam pada Rizky.
(Waduh, ancaman yang luar biasa itu muncul kembali. Apa lagi salahku kali ini, sampai sampai si bos gila ini menjadi aneh) Rizky berbicara dalam hati. Dengan melambaikan dua jari 'peace' dan bonus cengiran senyum ketakutan, Rizky tidak bisa melawan keputusan bosnya.
Ketika terdengar suara ketukan pintu, menyelamatkan Rizky dari tatapan tajam si bos gila.
Tok tok tok !!!
"Bang Ki', ni Ana bang."
"Masuk aja Na, nggak dikunci pintunya." Jawab rizky dari dalam ruangan, dan wajah si bos terlihat sumringah.
Ketika pintu dibuka, langsung tu si Rizky kena sembur dengan amarahnya dari putri tidur. " emangnya ada apaan bang? lagian juga ini sudah waktunya istirahat, bukannya tanding tapi malah kerja rodi disini." ketus Ana berlalu menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya di sofa tersebut."
Rizky tertawa garing, " hahaha... eh putri tidur, tu mulut ngedumel apa bernyanyi? Kalau masuk ke ruangan orang itu harus sopan dong, nggak malu apa diperhatiin orang gila (Candra)."
Orang yang dimaksud 'Gila' oleh Rizky, langsung memberikan tatapan tajam yang seakan akan membunuh yang dilihatnya. Mata Ana mencari yang sosok yang dibicarakan oleh Rizky, dan saat pandangan mereka berdua beradu. Ana langsung kaget langsung berdiri, sedangkan Candra, ia hanya duduk tenang dan berwajah dingin serta datar 'lengkap sudah seramnya'.
Ana berlalu mendekatkan diri ke Rizky sambil berbisik, " bang, itu siapa? kok serem banget. Lagian juga, kenapa Ana diminta kesini? besok semifinal bang."
Menggosok gosok telingga, " Na, abang nggak budeg. Makanya, jangan asal nyelonong masuk aja (mentoel jidat Ana dengan jari telunjuk), kalau sudah kayak gini, mampus lu dimakan tu orang." Rizky mengarahkan dagunya ke Candra. "itu bos abang, sekaligus sahabat abang lu juga, Achmad. Kan sudah pernah liat." lanjut Rizky.
Ana bergaya sedang berfikir, padahal dia masa bodo'. "Ana lupa bang (bermuka datar), ada apa bang suruh Ana kesini?."
Rizky pun cengar cengir, " biasa Na, ni (menunjukkan berkas). Kamu kan bisa cepat dalam urusan kayak gini, abang lagi banyak kerjaan. Jadinya, sedikit kurang fokus untuk menyelesaikan laporan ini Na. Bantuin abang ya, okay?" mengharapkan Ana bisa membantunya melewati ide bosnya yang gila.
Candra merasa seperti patung yang bernyawa, tidak dianggap dan tidak pula diajak bicara. (Masa seorang Candra dicuekin dan tidak ia kenal? sedangkan diluar sana, hampir semua orang menggenaliku. Tapi, perempuan ini dengan mudahnya bilang tidak kenal. Cukup menarik). Sepertinya, rasa suka itu mulai tumbuh, ya semoga saja.
Ana menggambil berkas tersebut, lalu membacanya. Tiba tiba, Ana langsung meletakkan berkas tersebut. " Bang, kayaknya Ana nggak bisa bantuin abang. Kalau begitu, Ana pamit ya." Berjalan menuju pintu keluar.
Rizky dan Candra terkejut dengan apa yang terjadi, Candra mengisyaratkan gerakan matanya pada Rizky. Dengan maksud mencegah Ana agar tidak keluar.
Masih dalam keadaan bingung, Rizky akhirnya mengerti akan maksud dari isyarat bosnya. " Na, tunggu dulu. Tadi katanya bisa bantuin abang, kok tiba tiba sekarang nggak bisa. Hayolah Na, tolong abang." permohonan Rizky pada Ana, ia takut akan ancaman bos gilanya itu.
Dengan malasnya Ana berbalik badan dan menjawab perkataan Rizky tadi. "Hem!!!(menghembuskan nafas kesal), mau minta tolong apa mau bercanda bang? Sebenarnya tadi mau bantuin si, tapi berhubung yang minta bantuan ini sama gilanya dengan yang memberikan perintah (menyindir Candra yang matanya sudah melebar, dibilang gila), jadinya Ana nggak jadi bantuin. Sudah ya bang, Ana balik kekamar dulu."
"Waduh, tolong la na. Kalau nggak dikerjain, nanti gaji abang dipangkas sama si gila itu." Wajah Candra yang sudah merah menahan amarahnya mendengar dirinya selalu dikatain.
" umur sudah tuir, sekolah juga udah banyak S-nya. Tapi masih o'on juga, abang abang (mengelengkan kepala). Coba abang liat secara rinci dan detail, kalau nggak kelihatan, pakai kacamata. Disitu tertulis, tanggal, hari, bulan dimana berkas itu sudah di audit dan direvisi. Jadi kalau mau bercanda, cari orang yang tepat." Ana yang sudah emosi tingkat dewa mengeluarkan perkataan yang pedas dihati.
Mereka berdua (Candra dan Rizky) kaget atas penjelasan yang Ana bilang tadi, Rizky melihat lagi berkas tersebut, dan benar adanya, tanggal, bulan dan harinya menunjukkan beberapa bulan sebelumnya. Dan tiba tiba, ada aura yang nggak bagus dirasakan oleh Rizky. Tangan kanannya pun menepok jidatnya (waduh, kali ini gajiku benar benar kena pangkas) sedih Rizky meratapi nasibnya.
' Kali ini mampus bener Rizky di tanggan bos gilanya dan tidak bisa menghindar lagi'. Candra dengan muka memerah menyala, sudah siap memberikan hukuman .
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Nurjayani Yani
wkwk. .. org kalo lagi jatuh cinta, apa juga dilakuin dan rela walaupun dibilang orang gila😄😆
good ana👍 jgn kasih kendor chandra.
2021-07-08
0