Tak terasa jam perkuliahan pun telah selesai, ana dan butet pun segera beranjak dari kelas dan saat diparkiran...
"sudah pada mau kelapangan ni?" tiba-tiba ada suara orang bertanya.
"wah.. ada cowgan ni,hahaha. Iya kak, kita mau kelapangan. Emangnya kak Rendy tidak kesana? wah nanti bisa kena pidato negara lho, emangnya mau kak? kalau aku si nggak mau lah, sakit telingga dan malunya itu kak. Mau taruh dimana muka aku yang kayak putri salju ini, wkwkwkwk." Sudah sampai mana si butet ngomong nyerocos panjang tidak ada jedahnya, dan yang mendengarnya pun dibuat pusing.
Rendy, senior mereka baik dikampus maupun dilapangan. Orangnya baik, ramah, dan tentunya ganteng. Kedekatannya dengan ana pun membuat opini bagi yang melihatnya seperti orang yang mempunyai hubungan khusus.
Akibat dari perkataan si butet membuatnya tersenyum."ya, kakak juga mau kesana. Apa kalian mau sekalian barengan sama kakak?." Tawaran yang sebenarnya sudah tau jawabannya.
" kita naik mo..." Perkataannya terpaksa berhenti.
"Tidak kak, terima kasih, kita bawa kendaraan kesana." Sambung ana menjelaskan, hampir saja kereta lewat lagi.
"Oh, kalau begitu kakak duluan ya. Hati-hati bawa motornya."
Mereka pun berlalu, dan sesampainya ditempat tujuan.
......................
Saat tiba dilapangan, mereka langsung bersiap untuk mengikuti latihan, dimana hari ini merupakan hari terakhir mereka latihan sebelum mengikuti tournament nasional.
Group putra dan putri beranggotakan 10 orang, dua official di setiap tim. Tim putri mempunyai pelatih yang bernama Tony, yang berasal dari korea, namun ia telah lama menetap di Indonesia. Tidak diragukan lagi keahliannya dalam membina atlet-atlet yang ada, berbagai penghargaan telah diterimanya selama menjadi pelatih.
"Na, kayaknya ada yang lihatin kamu terus tu." sambil menunjuk ke arah yang dimaksud dengan menggunakan moncongnya.
Mengikuti arah yang ditunjukkan, " hem... kamu salah sangka tet. Disini kan banyak orang, masa iya hanya lihat aku." ana hanya mengelengkan kepalanya atas informasi ai butet.
"Dasar wanita kurang peka, awas aja nanti mohon-mohon bantuan mengusir tu para fans dari pandangan lo... Walaupun ada sogokannya, males banget." jelas si butet yang sangat geram.
Akhirnya hari ini selesai sudah, mereka segera di arahkan untuk mulai tinggal sementara pada penginapan yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara selama acara tersebut berlangsung.
......................
Keesokan pagi harinya, ana beserta yang lainnya melakukan olahraga ringan disekitar penginapan, seperti joging agar tubuh mereka tidak kaku. Lalu mereka lanjutkan dengan sarapan pagi, dimana semua atlet dari beberapa negara ikut berpartisipasi berada disana untuk sarapan.
" Hari ini kita game keberapa ya? apa nanti kita juga ikut pembukaan? aduh... rasanya males pajek banget kalau ikut pembukaan." biasalah si butet kalau sudah bersuara.
" lama-lama ni telinga jadi congek-an jyga dekat sibutet." Ayu teman satu kamar ana.
" Wah benar ya kamu congek-an yu?wah bakalan susah ni mau dilapangan, pakai toa deh." Si ayu malah tambah bete dengan sibutet. "na, aku duluan ya balik kekamar. " si ayu pun sambil berlalu.
Begitulah mereka, kalau ada sibutet pasti bakalan ramai (ramai berbalas kata), pokoknya kalah deh orang yang lagi lomba debat. Dan tau sendiri, pemenangnya sudah pasti si butet.
" maaf, permisi. Bertemu lagi ya nak, senang sekali untuk kesekiannya kalinya kita bertemu kembali."
"Paman... !Ya ampun, ternyata ini masakan paman. Pantesan, Ana merasa kenal dengan rasa masakannya. Tidak tahunya memang kenal dengan yang memasaknya." beranjak dari duduknya dan bersalaman mencium punggung tangan orang tersebut.
Aldo Sanjaya, Koki yang terpercaya dalam mengolah makanan untuk para olahragawaan, dia adalah Jhony Kusuma. Koki yang cukup terkenal dengan masakannya. Setiap ada event olahraga seperti ini, untuk makanan serta asupan lainnya harus terjamin, baik dari rasa, penampilan, pelayanan serta jamuan dari pihak penyelenggara pun harus memuaskan.
Setiap kali mengikuti event olahraga seperti ini, ana sering berjumpa dengan sang koki. Awal perjumpaan mereka hanya karena "kelaparan tingkat tinggi" pada malam hari melanda ana pada saat event olahraga di Jakarta. Pertemuan yang berkesan, membuat sang koki menyukai ana.
"Kita bertemu lagi ya nak, paman senang sekali rasanya. Silahkan sarapan dulu, kasian cacingmu sudah mengerutu didalam perut." tawa sang koki beranjak pergi.
Dengan senyum manisnya, menatap punggung sang koki yang berlalu. Tak disangka, pertemuan yang berasal dari cacing berdemo didalam perutnya (lapar) sehingga bertemu sang koki. Hampir setiap event yang bergengsi, ana akan berjumpa dengannya.
(toel...toel) ada jari yang menyentuh lengannya, siapa lagi kalau bukan si butet. "eh na, kamu kok akrab banget dengan orang itu? jangan-jangan kamu ada something ya... Hanyo ngaku! jangan berbohong ya, kalau bohong. Bakalan aku cari tahu sampai akar-akarnya, ngerti kan?". Gayanya sudah kayak wartawan gosip, pertanyaannya penuh dengan intimidasi.
Mengahabiskan sisa air didalam gelas, lalu berdiri meninggalkan tempat sarapan. "mau tau aja apa mau tau banget?".
"wah, informan yang curang. Hei na, jangan kabur woi... ceritain dulu." si butet pun ikutan menyelesaikan sarapannya. "isss... kayak artis aja lo na, capek ni ngejerin kamu. Hanyo lah ceritain." dengan nafas yang ngos ngosan, masih mengintimidasi sang informan.
Mengeleng-gelengkan kepala dengan senyum kecut. " Mau tau ceritanya? apa mau t.... " belum selesai ana berkata.
"Tinggal ngeluarin suara aja na, susah banget." protes butet.
" beneran ni mau tau?".
Ana menatap wajah orang yang bertanya dengan serius," KEPO... K...E...P...O... KEPO." lalu melanjutkan langkahnya untuk kembali kekamar dengan tawa yang meledak karena sibutet.
"Aaaannnaaaa..." teriak sibutet merasa kesel setengah mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments