Suara alarm yang memekakkan telinga terdengar dari nakas di samping tempat tidur Hansel. Segera Hansel mematikan jam yang menjadi sumber suara bodoh tersebut.
Hansel yang baru membuka matanya sedikit terkejut saat mendapati seseorang yang sudah dengan lancang menyibak tirai yang menutupi jendela besar di kamarnya. Siapa orang tidak tahu diri yang sudah lancang masuk ke kamarnya pagi-pagi begini?
"Selamat pagi, Tuan muda. Anda sudah bangun?" Sapa wanita itu seraya meletakkan segelas air putih di atas nakas disamping tempat tidur Hansel.
"Kau siapa?" Tanya Hansel galak. Pria itu memandang Hanni dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan tidak suka.
"Saya Hanni. Perawat baru anda," jawab Hanni dengan nada tegas.
Hansel menatap sekali lagi pada Hanni yang mengenakan seragam perawat berwarna pink. Terlihat masih muda. Sangat berbeda dengan perawat-perawat Hansel sebelumnya.
Hansel meneguk air putih di dalam gelas yang tadi dibawakan oleh Hanni hingga tandas tak bersisa.
"Anda ingin sarapan sekarang? Atau nanti setelah mandi?" Tanya Hanni dengan nada sopan.
"Jevon sudah datang?" Hansel balik bertanya.
"Belum. Mungkin sebentar lagi," jawab Hanni seraya berjalan ke pintu kaca besar yang ada di sisi kamar Hansel. Hanni membuka pintu tersebut agar udara pagi masuk ke dalam kamar yang terasa pengap ini.
"Kau sedang apa?" Tanya Hansel dengan nada ketus tak suka.
"Membuka pintu agar udara pagi yang segar masuk ke kamar anda, Tuan muda," jawab Hanni tersenyum tipis.
"Aku tidak butuh udara segar. Tutup kembali pintu itu!" Perintah Hansel seraya menunjuk ke arah pintu yang kini terbuka lebar.
Hanni tak menjawab dan segera menutup kembali pintu kaca tersebut.
"Aku ingin sarapanku!" Perintah Hansel lagi.
"Anda ingin makan di atas tempat tidur?" Tanya Hanni sedikit ragu.
"Memangnya kau bisa memindahkanku, jika aku ingin makan di meja yang ada di sana itu?" Sergah Hansel seraya menatap Hanni dengan tatapan meremehkan.
"Bukankah ada kursi roda yang akan membantu anda menuju ke meja yang di sana?" Hanni mendorong kursi roda milik Hansel dan mendekatkannya ke ranjang Hansel.
"Bagaimana kau akan memindahkanku ke atas kursi roda itu? Kau akan menggendongku?" Cecar Hansel dengan seringai mengejek.
"Mungkin saya bisa mencoba memindahkan anda perlahan," jawab Hanni sedikit ragu.
"Aku bukan kelinci percobaan! Bawakan saja sarapanku kesini!" Perintah Hansel dengan nada galak.
Hanni tak menjawab lagi dan segera mendorong troli berisi makanan ke dekat ranjang Hansel.
Hanni membuka meja lipat kecil dan meletakkannya di hadapan Hansel.
"Anda mau makan yang mana, Tuan?" Tanya Hanni cepat.
Ada begitu banyak makanan di troli tersebut. Hanni sendiri tidak tahu yang mana kesukaan Hansel. Tidak ada yang memberitahu Hanni sebelumnya.
"Kau perawat pribadiku tapi kau tidak tahu sarapan apa yang biasa aku makan? Dasar tidak berguna!" Bentak Hansel dengan nada kasar.
Hanni hanya diam menunduk seraya merutuki kebodohannya. Kenapa Hanni tidak bertanya pada Alex atau pelayan yang lain tentang hal kecil ini?
"Pagi, Hans! Kenapa kamu sudah marah-marah pada perawat cantikmu? Hari masih pagi," Jevon yang baru datang menyapa Hansel dan bersikap sok akrab.
"Cantik tapi tidak berguna. Untuk apa dipekerjakan?" Sahut Hansel ketus.
"Baiklah, baiklah! Sebaiknya kau mandi dulu agar kepalamu ini sedikit dingin!" Saran Jevon seraya terkekeh.
Pemuda itu memindahkan tubuh Hansel ke atas kursi roda lalu mendorongnya masuk ke kamar mandi.
Tak berselang lama, Jevon kembali lagi dan menghampiri Hanni yang masih berdiri di dekat troli yang berisi makanan.
"Rak paling atas, itu semua adalah makanan kesukaan Hansel. Kau tata saja di atas meja yang disana," ujar Jevon memberi arahan.
Hanni mengangguk cepat.
"Terima kasih, Jev," ucap Hanni tulus.
Jevon hanya mengacungkan jempolnya dan segera masuk kembali ke kamar mandi.
Hanni sudah selesai menyiapkan sarapan Hansel, saat Jevon mendorong keluar kursi roda Hansel dari kamar mandi.
Ponsel Jevon berbunyi,
Dengan segera pemuda itu mengangkatnya. Jevon berbicara serius di telepon entah dengan siapa.
"Jev!" Tegur Hansel galak karena dirinya merasa diabaikan oleh Jevon.
Jevon mengambil baju Hansel dari dalam lemari dengan cepat dan memberikannya pada Hanni.
"Tolong aku!" Pinta Jevon memohon.
Hanni memasang raut wajah bingung.
"Salah satu pasienku mengalami insiden. Aku harus kesana secepatnya, Hans." Ucap Jevon dengan raut wajah bersalah.
"Hanni akan membantumu memakai baju. Aku harus pergi sekarang," imbuh Jevon lagi seraya keluar dari kamar Hansel.
Dalam waktu sekejap Jevon sudah tak terlihat lagi dan kini hanya ada Hanni yang berdiri melongo dan Hansel yang masih di tempatnya semula.
"Kau sedang apa? Cepat pakaikan bajuku! Aku sudah kedinginan," Gertak Hansel pada Hanni yang masih berdiri mematung.
Hanni tergagap.
Wanita itu segera mendekat ke arah Hansel yang kini bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk di bagian bawah tubuhnya.
Hanni benar-benar harus menelan salivanya berulang kali karena gugup.
Hanni sedikit salah tingkah saat hendak memakaikan baju ke tubuh Hansel. Wanita itu mengambil celana selutut milik Hansel dan segera memakaikannya dari bagian kaki.
"Apa yang kamu lakukan?" Gertak Hansel sekali lagi.
"Memakaikan anda baju," jawab Hanni tergagap.
"Lepaskan dulu handuk bodoh ini, sebelum kau memakaikan celanaku!" Sergah Hansel dengan nada galak.
Apa?
Apa pria ini juga akan menyuruhku memasangkan celana dalamnya?
Hanni hanya bergumam dalam hati.
Hanni memegang ujung handuk yang membalut bagian bawah tubuh Hansel dengan sedikit ragu. Namun jika Hanni tak segera melaksanakannya, si tuan muda temperamental ini pasti akan kembali mengomel.
Baiklah, pejamkan saja matamu, Hanni!
Anggap saja kau sedang melihat milik Raymond. Bukankah kau sudah sering melihatnya?
Pasti bentuknya juga tidak jauh berbeda.
Hanni membuka handuk Hansel dengan cepat. Ternyata sudah ada celana boxer di dalam sana.
Huh! Hanni sedikit bernafas lega sekarang.
Dengan cepat dan cekatan Hanni memakaikan celana Hansel. Setelah itu Hanni juga memakaikan kaos ke tubuh Hansel.
Baiklah, sekarang tuan muda itu tak lagi bertelanjang dada. Hanni benar-benar bisa bernafas lega sekarang.
"Cekatan sekali. Apa kau sudah sering melakukannya pada pria lain?" Gumam Hansel dengan seringai mengejek.
Pria itu mendorong kursi rodanya ke arah meja yang berisi sarapan.
Hanni hanya diam dan segera mengembalikan handuk yang tadi dipakai Hansel ke dalam kamar mandi.
"Hanni!" Panggil Hansel setengah berteriak.
Hanni segera keluar dari kamar mandi dan sedikit gelagapan.
"Apa kau pingsan di kamar mandi?" Tanya Hansel ketus.
"Ma...maaf, Tuan," jawab Hanni tertunduk.
"Duduk!" Perintah Hansel seraya mengendikkan dagunya ke kursi kosong di sebelahnya.
Hanni tak mau membantah ataupun berdebat dengan pria emosian ini. Jadi Hanni memilih untuk menurut dan segera duduk.
Hansel menyodorkan beberapa makanan yang tidak ia makan ke hadapan Hanni.
"Makan dan habiskan!"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir hari ini.
Jangan lupa like dan komen.
Untuk yang ingin vote karya ini, bisa klik pita ungu bertuliskan "lomba update tim" agar vote kalian masuk dan terhitung sebagai dukungan untuk othor. Terima kasih 😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
komentar terbaik
makan dan habiskan.
tanda tanda ini si
2023-10-30
0
Wahyunii
bentuknya emang sama tp MUNGKIN ukurannya yg beda🤭🤭
2022-02-09
1
Siti Aisyah
wiiih...jgn galak.galak bos..ntar hilang ganteng nya lho..🤭🤭😀😀
2022-02-08
0