Naomi terkekeh sebentar. Lalu, mengangkat bahunya dan berkata dengan suara rendah kembali, "Mana kita tahu? Karena tidak semua pria tampan itu, belum tentu hatinya juga ikut tampan," peringat Naomi lalu keluar dari kamar.
Setelah Naomi pergi meninggalkan kamar Lea. Lea masih berada di dalam kamarnya. Dia mengutuk kedatangan Zayn, yang tidak memberitahunya lebih dulu. Bahkan, dia telah terlambat bangun pagi, dan saat ini belum mandi. Dia mengintip dari celah pintu kamarnya yang sedikit terbuka, dia melihat Zayn yang terlihat rapi dengan kemeja kantornya sedang berjabat tangan dengan ibunya, dan setelah berbincang sesaat. Lalu, Naomi terlihat berpamit pergi.
Perlahan Lea menutu pintu kamarnya. Lalu, Lea duduk di depan meja rias. Lingkaran hitam jelas di bawah matanya, karena kurang tidur. Dia segera mengambil concealer untuk mengaburkan lingkaran hitam miliknya. Lalu, dia mengambil liptint dengan warna merah cerah, dan di polesnya dengan membentuk gradasi bibir, sehingga membuat bibirnya terlihat lebih menarik. Barulah polesan terakhir pada wajahnya, dia melapisi wajahnya dengan bedak.
Lea masih duduk mematung menatap pantulan dirinya di depan cermin. Rambutnya mekar dan berantakan. Dia segera mengambil sisir dan merapikan rambutnya, namun tetap saja terlihat mekar. Untuk menggunakan alat pelurus rambut, dia harus memerlukan lebih banyak waktu.
Bagaimana dia bisa membiarkan Zayn, menunggu lama? Tidak kehabisan ide, Lea mengambil segelas air, menuangkan ke dalam telapak tangannya, dan membasahi rambutnya agar mengurangi mekar rambutnya.
Setelah cukup yakin, rambutnya tidak semerak seperti rambut singa betina, Lea menyisir rambut, agar terlihat lebih rapi. Lalu,dia berganti pakaian casual yang membuat dirinya terlihat seperti wanita muda yang terlihat segar di pagi hari.
Namun, tetap saja Lea tidak merasa percaya diri.
Tidak yakin dengan bau tubuhnya. Lea mengendus tubuhnya sendiri. Tidak ada bau. Karena kurang percaya diri, dia mengambil cologne, dan seketika memberikan aroma rasa fresh. Masih tidak yakin, Lea pun menyemprotkan pewangi mulut dalam mulutnya.
Kini, dia cukup yakin akan penampilannya yang sederhana sekaligus menarik. Lea segera keluar dari kamarnya, menjumpai pria yang terlihat sedang menyeruput tehnya, dan di depan meja ada sebuah laptop yang sedang menyala. Tampaknya, pria itu terlihat serius memperhatikan sesuatu di laptopnya. Sehingga langkah Lea yang mendekatinya, dia tidak menyadari sama sekali.
"Hai ...," sapa Lea panjang.
Zayn mendongakkan kepalanya menatap Lea yang tersenyum lebar padanya. Zayn tersenyum pula, dan menggeser tubuhnya ke kiri, dan memberikan posisi duduknya untuk Lea.
"Duduklah di sampingku," pinta Zayn terdengar dengan suara dewasa.
Lea terlihat ragu sebentar. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Space kursi yang di berikan, sangat sempit. Sehingga, hal ini hanya membuat Lea terlihat duduk sangat rapat.
Melihat keraguan di wajah Lea. Zayn segera berkomentar, "Tenang saja, aku tidak akan memakanmu."
Lea melongo, dan keningnya berkerut akan kalimat Zayn yang terlontar barusan.
Zayn tertawa kecil. Terlihat jelas sepasang matanya terlihat cerah melihat kening Lea berkerut akan rasa terkejut.
"Kau sangat cantik sekali jika mengerutkan kening seperti itu," puji Zayn.
Mendadak Lea menjadi lebih heran mendengar pujian tersebut. Mengerutkan kening, terlihat sangat cantik. Lea ingin tertawa. Karena, setiap dia tersenyum, pria ini tidak pernah memujinya cantik.
"Duduklah, tidak kasihan dengan kakimu," tegur Zayn lagi, dengan mata yang kembali pada laptopnya.
Lea duduk dengan malu-malu, duduk bersisian dengan pria itu. Rapat. Jarak di antara mereka tidak ada sama sekali. Duduk berdempetan. Deg! Membuat Lea menjadi gugup sekali.
Sedangkan, Pria itu masih terihat serius dan bergelut dengan pekerjaannya.
"Pak Zayn." Lea membuka suara memecahkan kosentrasi pria itu.
"Jangan mengunakan sebutan pak ... yang membuat aku minder menjalani hubungan kita," protes Zayn dengan nada ketus yang memperingati Lea.
Lea tercengang sebentar. Selama enam bulan menjalani hubungan dengan pria ini, untuk pertama kalinya dia mendengar Zayn protes akan cara dia memanggil pria itu.
Hubungan asmara yang mereka jalani selama enam bulan, tidaklah semesra orang-orang yang pikirkan, apalagi hubungan lewat batas karena menjalani hubungan dengan pria yang sudah berstatus duda. Zayn pernah bercerita, jika isterinya telah tiada, karena kecelakaan mobil telah menanam pembatas pagar jembatan, dan menyebabkan istrinya tengelam, dan meninggal.
Selama enam bulan menjalani hubungan dengan Zayn. Sikap yang dibawa Zayn, lebih seperti seorang sahabat yang sering mendengar curahan hati Lea, dan menjadi seorang ayah, ketika dengan bijak pria itu menegur dan menasehati dirinya. Bahkan pertemuan nyata mereka dalam enam bulan terakhir, dapat di hitung dengan jari. Mereka tidak lebih bertemu enam kali, dan hari ini adalah pertemuan mereka yang ke tujuh kalinya.
Sisanya, hari-hari kencan mereka di habiskan dengan saling berbagi cerita melalui chat media social. Jikapun, pria itu mengetahui facebook, instagram miliknya.Tetapi Zayn tidak pernah satu kalipun memberikan komentar, ataupun menuntut dirinya agar memberikan klarifikasi hubungan mereka di lingkar pertemanan Lea.
Sebaliknya, Lea pernah berani mencoba masuk ke dalam lingkaran pertemanan media sosial Zayn. Dia mengirim permintaan pertemanan pada Facebook dan Instagram Zayn. Namun, sampai hari ini pria itu tidak pernah menerima pertemananya. Zayn mengabaikan dengan sengaja.
"Lalu, dengan apakah aku harus memanggil?" tanya Lea sekedar memancing banyak kata dari pria itu.
"Aku haus lagi ... bisa membuatkan aku teh?" Zayn mengalihkan topic pembicaraan. Mengambil cangkir kosong itu.
Lea segera bangkit dari kursinya, dan segera berkata, "Akan kubuatkan."
Lea pergi ke dapur, dan Zayn tersenyum di depan layar laptopnya karena mendapati rasa salah tingkah gadis kecil yang telah menjadi kekasihnya. Senyum Zayn lebih mengembang, ketika sebuah pesan email masuk.
...Yang tehormat Tn.Zayn Poetra MaliQ....
...Nikmati liburan tiga hari dua malam di pulau dewata, sebagai rasa terima kasih kami atas insvestor Tuan pada Hotel Grand Nusa Dua Bali....
...Hormat kami,...
...Tn. Kamiana...
...General Manager...
...Hotel Grand Nusa Dua Bali....
Tak lama, Lea datang dengan membawa satu nampan dengan secangkir teh panas di atasnya. Lea meletakkan secangkir teh di depan pria itu.
"Minumlah, Pak ...," Lea menghentikan kalimatnya, seakan teringat sesuatu dia segera mengoreksinya.
"Minumlah, Zayn ...," ucap Lea dengan nada yang terasa sangat janggal.
"Terima kasih, sayang ."
Telinga Lea mendadak panas, ketika sebutan 'sayang' ditujukan sengaja untuk dirinya. Perlahan, rona merah menjalar panas dari ujung telinga Lea hingga ke pipinya, yang kini terlihat seperti merah tomat yang masak.
Merasa malu. Lea segera beranjak akan pergi.
"Duduklah di sisiku." Zayn menahan pergelangan tangan Lea, dan menarik gadis itu terduduk bersebelahan dengan dirinya, dan hampir tidak ada jarak di antara mereka. Mereka duduk sangat rapat, bahkan suara tarikan napas, dapat terdengar.
"Aku ingin ke Bali, mengajak dirimu ...," tawar Zayn terdengar sangat tiba-tiba.
Lea masih belum bergeming untuk menjawab. Laptop telah berpindah ke pangkuan kakinya. Pada monitor, terlihat gambar-gambar hunian mewah dan fasilitas- fasilitas yang di tawarkan, serta lokasi wisata sekitar hunian mewah.
Sementara Lea masih melihat satu demi satu gambar yang perlahan menarik minatnya, Zayn menyesapi tehnya. Aroma teh terasa sangat harum masuk dalam hidungnya, namun keharuman bau tibuh Lea, diam-diam telah memikat hidungnya, untuk mendengus dirinya untuk memeluk Lea, untuk pertama kalinya.
......................
Bersambung ...
Selamat membaca :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
💤Bae
bali mengingatkan ku pada seseorang🤭🤭#bule tampan🤪
2021-01-10
1
𝕙𝕒𝕡𝕡𝕪🐼ᴍᴏᴛʜᴇʀ
semangat
2020-12-03
1
Vi_Lian
Semangat kak
2020-12-03
1