Asiyah Akhir Zaman

Asiyah Akhir Zaman

Abi!!!

Jantung berdetak kencang. Dag.. dig.. dug..

dag.. dig.. dug.. Tidak terkontrol lagi denyutannya. Memukul mukul dada. Mendobrak-dobrak. Sesak sekali rasanya. Sempit. Tekanan darah naik dengan cepat. Seperti roket yang meluncur. Melarikan diri dari pengaruh gravitasi bumi. Tujuh mil per detik. Melesat cepat.

Menyamai aksi sang detak jantung. Tidak mau kalah. Penglihatan menjadi ganda. Bayangannya berlipat-lipat. Foto-foto yang tertempel didinding kantor, lurus, tegak, rapi, kini tampak miring semua. Pandangan menjadi buram. Kepala terasa sangat berat. Pusiiingg sekali rasanya. Argghh.. tidak kuat menahannya.

Tubuhnya pun ikut melemah. Tangan kirinya memegang ujung meja kantor yang mewah itu. Tangan kanannya menopang kepala yang terasa sangat sakit sekali. Mencengkram dadanya. Tubuh tua nan gempal itu mulai miring. Lemah sekali. Abi pingsan.

“Suami Ibu terkena serangan stroke,” ucap dokter pelan. “Butuh waktu yang cukup lama agar Bapak bisa sembuh total,” sambung dokter. Memberikan penjelasan panjang lebar pada Umi.

Seisi ruangan tampak dingin sekali. Cemas.

Asiyah berada di samping Abi sejak tadi. Tidak henti-hentinya menangis melihat kondisi Abi. Asiyah tidak tega melihat Abi. Abi terlihat tidak sekuat biasanya. Abi lemah sekali sekarang. Ketika mendengar kabar bahwa Abi jatuh pingsan di kantor hingga dibawa ke UGD Rumah Sakit tadi, seketika itu juga Asiyah meninggalkan semua aktivitasnya.

Asiyah tadinya sedang berkuliah. Asiyah segera meminta izin pada dosennya untuk pulang. Beruntung dosennya tidak terlalu banyak bertanya ketika Asiyah mengatakan bahwa Abi masuk rumah sakit dan Asiyah harus segera kesana.

Abi yang masih terkulai lemah di tempat tidur rumah sakit, hanya menatap kearah istrinya yang berdiri tidak jauh darinya. Perempuan cantik yang tampak awet muda itu mendengarkan penjelasan dokter tentang kondisi Abi dengan sangat teliti.

Seorang pengusaha sukses, kini hanya mampu terbaring di kasurnya. Bibirnya kaku, tak dapat menyatu sempurna antara bibir atas dan bibir bawahnya, miring. Tangannya kaku, membengkok. Tidak dapat bergerak. Kakinya tak dapat berjalan. Abi tidak bisa apa-apa.

Umi tampak sangat terkejut sekali dengan semua keadaan ini. Tidak percaya. Mengapa semua ini dapat terjadi? Mengapa jadi seperti ini? Umi syookk..Tiba-tiba saja. Semua terjadi secara mendadak..

Umi terdiam menyendiri cukup lama di sudut ruang itu, sambil menatap kosong kearah Abi..

Beberapa hari dirawat di rumah sakit, Abi diizinkan oleh dokter untuk pulang kerumah. Rawat jalan saja kata dokter.

Memang Abi belum sembuh, karena kelumpuhan yang dialami Abi akibat stroke ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa sembuh total, atau bahkan harapan untuk sembuh itu pun bisa hilang sama sekali. Tergantung tekad Abi sendiri, bagaimana Abi bisa mengontrol pikirannya, di samping perawatan dan pengobatan yang juga harus di maksimalkan tentunya.

Selama Abi dirawat di rumah sakit Aisyah dan Ali hanya bisa sebentar-sebentar saja melihat Abi. Peraturan rumah sakit sangat ketat. Anak kecil tidak boleh masuk, apalagi harus berlama-lama di dalam ruangan rawat inap pasien. Walaupunlah ruangan tempat Abi dirawat adalah ruangan VVIP, tetap saja tidak dibolehkan. Kata perawat biar steril. Kasihan juga anak-anak, takut tertular penyakit.

Aisyah dan Ali masih sama-sama duduk dibangku Sekolah Dasar. Aisyah dan Ali adalah adik-adik Asiyah yang terlahir kembar. Usia mereka berjarak sembilan tahun dari Asiyah. Waktu itu Umi tiga kali mengalami keguguran setelah lahirnya Asiyah. Awalnya Abi dan Umi tidak percaya, karena dari mereka berdua sama-sama tidak ada yang memiliki keturunan melahirkan bayi kembar. Tetapi alhamdulillah, sembilan tahun setelah lahirnya Asiyah, Umi melahirkan bayi kembar.

Tak tanggung-tanggung Allah memberikan karuniaNya. Setelah sekian lama Umi dan Abi mendamba kehadiran anak lagi setelah hadirnya Asiyah. Do’a yang selalu dipanjatkan oleh Abi dan Umi dikabulkan oleh Allah. Sepasang bayi kembar yang cantik dan tampan hadir mewarnai hidup mereka.

Asiyah sendiripun adalah seorang kakak yang juga cantik rupanya dan berkepribadian baik. Lengkap sudah kebahagiaan mereka. Ditambah lagi Abi juga sedang naik daun dalam bisnisnya kala itu.

Siang itu, tiba-tiba seorang pengacara yang mengurus semua ***** bengek berkas-berkas perusahaan Abi datang ke rumah.

Umi mulai khawatir, karena biasanya Pak Subroto akan menemui Abi jika sedang ada masalah saja di dalam perusahaannya.

Dengan membawa setumpuk berkas yang keluar dari tas hitamnya. Penuh sekali tas itu dengan berbagai macam kertas. Kertas-kertas berharga sepertinya. Repot sekali kelihatannya saat mengeluarkan berkas-berkas dari dalam tas jinjing hitamnya yang mengkilat itu.

Gemetar tangan Pak Subroto. Wajahnya tegang sekali. Merah padam. Sambil sesekali mengusap peluh yang mengucur deras di dahinya. Sapu tangan abu-abu itu diambilnya dari kantong belakang celananya, secepat mungkin agar tak tampak tanda kecemasan itu dari dahinya.

Ia duduk di kursi ruang tamu mewah milik Umi.

Umi berada di hadapannya, harap-harap cemas. Bersiap untuk mendengar, kira-kira kabar apa yang dibawa oleh pengacara itu. Mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Menatap getir. Jari-jari tangannya bermain satu sama lain di atas lututnya. Umi cemas.

"Maaf Bu.. ini adalah berkas-berkas yang harus segera Ibu tanda tangani.." Ucap Pak Subroto. Getir. Sembari menjelaskan keadaan yang sebenarnya telah terjadi.

Benarlah dugaan Umi sebelumnya. Dunia seakan terbalik. Kabar yang tidak mengenakkan itu pun sampai juga padanya.

Ada banyak berkas yang harus ditanda tangani oleh Umi.

Ternyata memang telah terjadi sesuatu dengan Abi hingga membuatnya terkena serangan stroke mendadak.

Perusahaan yang telah lama dibangun oleh Abi, dirintisnya dari nol bersama Umi, kini berada dititik terendahnya lagi. Bangkrut. Perusahaan Abi bangkrut.

Abi ditipu oleh rekan bisnisnya. Semua aset perusahaan dan aset pribadinya habis sudah dipertaruhkan saat memulai bisnis bodong bersama rekannya yang penipu itu.

Hanya rumah lah yang tersisa. Rumah yang ditinggalinya saat ini. Abi tidak berani mempertaruhkan rumahnya untuk kepentingan bisnis. Takut terjadi apa-apa. Paling tidak rumah sebagai tempat berteduh masih ada jika terjadi apa-apa dengan bisnisnya.

Asiyah mendelik sesekali kearah Umi. Asiyah hanya diam. Tidak bertanya apapun. Asiyah takut salah bicara.

Dilihatnya tangan Umi gemetar. Bergetar bibirnya, Umi tak kuasa menahan tangisnya saat menandatangani berkas-berkas perusahaan untuk terakhir kalinya.

Tidak menyangka. Sungguh tak disangka. Bangkrut? Umi masih tidak percaya. Ini tidak mungkin terjadi. Kita tidak mungkin jatuh miskin. Dicubit-cubitnya punggung telapak tangannnya. Mencoba memastikan bahwa semua ini bukanlah mimpi dan semoga Ia tidak merasakan sakit dan berharap ini semua hanyalah mimpi.

Pak Subroto merasa sangat tidak enak. Menyaksikan Umi yang biasanya terlihat bahagia dengan segala kemewahannya, kini sedang berada pada masa tersulitnya dengan kucuran air mata, kesedihan yang tampak jelas didepan matanya. Bukan. Bukan sebuah kebahagiaan lagi.

Setelah semua proses penandatangan selesai, pengacara itu pamit pulang. Tinggallah Umi dan Asiyah di ruang tamu rumah mewahnya.

Umi mendekap erat Asiyah. Menangis. Berubah merah wajah Umi yang putih itu. Bengkak matanya. Terlalu lama menangis.

Asiyah hanya diam. Walau Asiyah mengerti betul akan apa yang sedang terjadi. Asiyah pasrah tentang apa yang akan terjadi kedepannya. Asiyah sadar betul semua harta ini benar-benar hanya titipan Allah. Buktinya sekarang sudah diambil lagi. Dalam sekejap semuanya hilang.

Menghampiri Abi di dalam kamarnya. Abi masih lemah. Berbaring dikasurnya. Abi belum bisa apa-apa. Umi duduk di sebelah Abi, menatap Abi dengan berurai air mata.

Asiyah pergi meninggalkan Abi dan Umi berdua saja, setelah sejenak menatap mereka dari pintu kamar itu. Asiyah mencoba menenangkan diri di dalam kamarnya sendirian.

“Abi.. mengapa semuanya jadi seperti ini? Umi tidak kuat menghadapi semua ini sendirian,” Umi menangis sesenggukan dihadapan Abi. Menggenggam erat tangan Abi. Menatap wajah Abi. Umi sangat terkejut dengan semua keadaan ini.

Umi belum siap menerima semuanya. Umi tidak siap jika harus menanggung semuanya sendirian tanpa Abi.

Abi menatap Umi lamat-lamat. Menetes air mata dari tiap sudut matanya.

Abi tidak bisa bicara. Kali ini Abi tidak dapat menghibur istri tercintanya. Hanya do’a di dalam hatinyalah yang menjadi sehebat-hebat senjatanya dalam membantu Umi dan anak-anaknya saat ini.

Biasanya Abi lah yang menjadi pendengar setia semua keluh kesah Umi. Menjadi tempat bersandar bagi Umi.

Kini Umi harus menghadapi semua keadaannya sendirian.

Keadaan yang sangat berat menurut Umi.

Menghadapi semuanya dengan dua orang anak yang masih kecil, suami yang terbaring sakit dan Asiyah yang baru saja menduduki bangku kuliah.

Abi sangat memahami bagaimana kondisi Umi sekarang. Abi tahu betul Umi saat ini sangat tertekan. Abi mengerti betul bahwa istrinya itu adalah perempuan yang rapuh.

Dari pertama kali mengenal Umi, Abi lah yang selalu menenangkan Umi setiap kali Umi ada masalah. Masalah kecil menurut Abi, tetapi menurut Umi masalah tidak ada yang kecil, yang namanya masalah tetaplah masalah, Umi akan bersikap luar biasa dalam menghadapinya, Umi akan terus memikirkan masalah itu sampai benar-benar selesai dan tidak mengganggu pikirannya lagi.

Terpopuler

Comments

Vinoya Chan

Vinoya Chan

aku mampir kak semangat ya 💪😊

2022-12-11

0

Maminya Nathania Bortum

Maminya Nathania Bortum

hadir say

2022-10-20

0

linda sagita

linda sagita

salam kenal Dr " AMALIA ISKANDAR" jika berkenan kembali mampir ya AISYAH.

2022-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 Abi!!!
2 Umi Belum Siap
3 Belum Berakhir
4 Rumah Papan
5 Semua Telah Berbeda
6 Kampus Baru
7 Langkah Pertama Asiyah
8 Perhatian Seorang Atasan
9 Ini Tampak Berlebihan
10 Akhirnya Terungkap Juga
11 Pak Kani
12 Taktik Pak Kani
13 Dilema Segitiga
14 Kurasa Ini Telah Berakhir
15 Istri Pak Tomi
16 Lelaki Hitam Gendut
17 Dia Memanggil Dirinya "Abang"
18 Uang Itu adalah Sogokan
19 Boncengan
20 Es Krim
21 Aku Tidak Sanggup di Poligami
22 Hadiah Putih
23 Saksi Kisah
24 Kue Yang Jatuh
25 Istana Kecil
26 Abi Sudah Tenang
27 Langkah Senyap
28 20.00
29 Untuk Kali Ini Mungkin Aman
30 Tes Kerja
31 Gedung Biru
32 Prasangka
33 Selendang Asiyah
34 Teka-teki Pak Kasrun
35 Mungkinkah
36 Ashar
37 Restu
38 Detak Hati
39 Cincin
40 CCTV
41 Online Shop
42 Harapan Baru
43 Keraguan
44 Bintang Berhijab
45 Khianat
46 Desa Hijau
47 Jalan Setapak
48 Lantunan Adzan Itu...
49 Senja
50 Panen Sayur
51 Petir di Terik Matahari
52 Patah Sebelum Berkembang
53 Ada Apa?
54 Aku Pamit
55 Pulang
56 Deg-degan
57 Konferensi Meja Bundar
58 Musim Semi
59 Tragedi Kuah Rendang
60 Cacaaaaaaa!!!
61 Asisten yang Teliti dan Ceroboh
62 Dua Asisten Pribadi
63 Cita Sang Asisten
64 Abang Rujak
65 Akhirnya Semua Beres
66 Musyawarah
67 Kampung Sebelah
68 Rumah Pak RT
69 Breafing Pertama
70 Kembali ke Penginapan
71 Malam Terakhir di Korea
72 Kembali ke Rumah
73 Koper Siapa Ini?
74 Bongkar Oleh-oleh
75 Menanti Kabar
76 DIA?
77 Hanya Diam
78 Entahlah
79 Assalamu'alaykum Dunia
80 Tabrakan Mobil
81 Di Penghujung Malam
82 Persimpangan Jalan
83 Segitiga Berpijak
84 Menelusuri Kenangan
85 Telepon Misterius
86 Boneka Berayun
87 Bucket Bunga
88 Penyatuan Darah
89 Ali Menghilang
90 Siapa Lelaki itu?
91 Mencari Wasilah Ta'aruf
92 Sampai di Pondok Pesantren
93 Pondok Pesantren Abu Bakar Ash-Siddiq
94 "Pintu Surga" di Pondok Pesantren
95 Dia Telah Kembali kepada Allah
96 Calon Jodoh ke Dua
97 Sudah Jalan-Nya Begini
98 Mendambakan Keturunan
99 Sisi Lain Suamiku
100 Kecemburuan
101 Sandiwara
102 Aku Lebih Berhak
103 Mobil Untuk Mama
104 Keputusan Asiyah
105 Kecurigaan Umi
106 Pakaian Memalukan
107 Dibalik Amarah Pak Sendi
108 Aku Salah Menilai
109 Bukan Perempuan Mandul
110 Di Balik Peristiwa
111 Hadiah Rahasia
112 Telah Hilang
113 Adam dan Hawa
114 Perjodohan yang Tertunda
115 Teman Hidup
116 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Abi!!!
2
Umi Belum Siap
3
Belum Berakhir
4
Rumah Papan
5
Semua Telah Berbeda
6
Kampus Baru
7
Langkah Pertama Asiyah
8
Perhatian Seorang Atasan
9
Ini Tampak Berlebihan
10
Akhirnya Terungkap Juga
11
Pak Kani
12
Taktik Pak Kani
13
Dilema Segitiga
14
Kurasa Ini Telah Berakhir
15
Istri Pak Tomi
16
Lelaki Hitam Gendut
17
Dia Memanggil Dirinya "Abang"
18
Uang Itu adalah Sogokan
19
Boncengan
20
Es Krim
21
Aku Tidak Sanggup di Poligami
22
Hadiah Putih
23
Saksi Kisah
24
Kue Yang Jatuh
25
Istana Kecil
26
Abi Sudah Tenang
27
Langkah Senyap
28
20.00
29
Untuk Kali Ini Mungkin Aman
30
Tes Kerja
31
Gedung Biru
32
Prasangka
33
Selendang Asiyah
34
Teka-teki Pak Kasrun
35
Mungkinkah
36
Ashar
37
Restu
38
Detak Hati
39
Cincin
40
CCTV
41
Online Shop
42
Harapan Baru
43
Keraguan
44
Bintang Berhijab
45
Khianat
46
Desa Hijau
47
Jalan Setapak
48
Lantunan Adzan Itu...
49
Senja
50
Panen Sayur
51
Petir di Terik Matahari
52
Patah Sebelum Berkembang
53
Ada Apa?
54
Aku Pamit
55
Pulang
56
Deg-degan
57
Konferensi Meja Bundar
58
Musim Semi
59
Tragedi Kuah Rendang
60
Cacaaaaaaa!!!
61
Asisten yang Teliti dan Ceroboh
62
Dua Asisten Pribadi
63
Cita Sang Asisten
64
Abang Rujak
65
Akhirnya Semua Beres
66
Musyawarah
67
Kampung Sebelah
68
Rumah Pak RT
69
Breafing Pertama
70
Kembali ke Penginapan
71
Malam Terakhir di Korea
72
Kembali ke Rumah
73
Koper Siapa Ini?
74
Bongkar Oleh-oleh
75
Menanti Kabar
76
DIA?
77
Hanya Diam
78
Entahlah
79
Assalamu'alaykum Dunia
80
Tabrakan Mobil
81
Di Penghujung Malam
82
Persimpangan Jalan
83
Segitiga Berpijak
84
Menelusuri Kenangan
85
Telepon Misterius
86
Boneka Berayun
87
Bucket Bunga
88
Penyatuan Darah
89
Ali Menghilang
90
Siapa Lelaki itu?
91
Mencari Wasilah Ta'aruf
92
Sampai di Pondok Pesantren
93
Pondok Pesantren Abu Bakar Ash-Siddiq
94
"Pintu Surga" di Pondok Pesantren
95
Dia Telah Kembali kepada Allah
96
Calon Jodoh ke Dua
97
Sudah Jalan-Nya Begini
98
Mendambakan Keturunan
99
Sisi Lain Suamiku
100
Kecemburuan
101
Sandiwara
102
Aku Lebih Berhak
103
Mobil Untuk Mama
104
Keputusan Asiyah
105
Kecurigaan Umi
106
Pakaian Memalukan
107
Dibalik Amarah Pak Sendi
108
Aku Salah Menilai
109
Bukan Perempuan Mandul
110
Di Balik Peristiwa
111
Hadiah Rahasia
112
Telah Hilang
113
Adam dan Hawa
114
Perjodohan yang Tertunda
115
Teman Hidup
116
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!