Keesokan paginya...
"Astaghfirullah... aku ngomong apa semalam? kenapa aku malah ngebahas trauma ke mereka? bahkan asmaku pasti sudah ketahuan!"
"kak Vanora dan Kak nera menemani aku tadi malam tidur disini ternyata" batin Amanda melihat Vanora dan Nera disampingnya.
"Lho? Amanda? kenapa? " tanya Vanora dengan auranya yang lembut.
Amanda melihat kilauan dan aura Vanora yang elegan.
"Ngantuk! bobo lagi yuk" ajak Nera sambil meraih leher Vanora dengan lengannya dan membaringkannya ke kasur.
"Nera! aku harus ke Studio! lepasin! kecekek aku!!" rintih Vanora berusaha melepaskan rangkulan Nera yang begitu kuatnya.
"Ng! ngga mau! kasur Amanda Lembut banget, ini kesempatan sekali seumur hidup lho!!" ujar Nera dengan mata tertutup.
"Udah Kak, ngga usah gitu dong, boleh kok tidur dikamar aku, ntar kita nonton Movie, malam ini juga mau ngga? aku ada Proyektor LED" tawar Amanda.
"Wah, bener nih Nda? Asik! tapi jangan malam ini deh, aku mau belanja cari cemilan sampai larut malem, habis masalahnya hehe, ntar kalau ada kita makan sama-sama ya?" tanya Nera.
"Siap!"
"Eh! kalian ngelupain aku nih? enak ya kalian malah ngga ngajakin aku, malah ngejadiin aku nyamuk " ucap Vanora dengan ngambek.
"Hehe, Kak Vanora boleh kok, kapan emang?" tanya Amanda.
"Aku ngga bisa hari ini, karena hari ini tanggal merah dan libur, aku harus pergi sampai larut malam" Jawab Vanora sampai melihat jamnya.
"Yah, aku sendirian dong, ngga apa-apa deh, yaudah kapan-kapan aja kalau ada waktu ya kak?" tanya Amanda dengan tersenyum.
"Hihi iya, adik kami yang imyut!" jawab Nera dan Vanora secara bersamaan.
"Kamu udah kita anggap adik Nda"
"Thank Kak Nera dan Kak Vanora, I'm so happy!"
Akhirnya Amanda sendirian. Em, maksudnya, sendirian sebagai perempuan sendiri di Rosement, akhirnya ia pergi ke saung, disana ada Pak Andi dan Randi disana.
"Nak Amanda, kesini Nak!" panggil Pak Andi.
"Tentu Kek!" Jawab Amanda dengan sedikit berlari.
Sesampainya di saung, Amanda Akhirnya berbincang-bincang mengenai masalah tadi malam pada Pak Andi dan Randi.
"Wah, maaf ya, gara-gara saya pulang larut malam jadi saya ngga tau kejadian dan ngga nolongin kamu" ucap Randi sambil memainkan jari-jarinya.
"Ngga apa-apa Kok Pak, ini bukan salah bapak, jadi tak perlu minta maaf, saya sangat merasa bersalah pada Vian karena ngebentak dia" Kata Amanda dengan menunduk.
"Ini bukan salah siapapun, bukan salah Nak Amanda, Nak Vian, maupun semuanya, hanya terbawa Emosi berlebih" ujar Pak Andi yang akhirnya bicara.
"Pak Andi benar, bukan salah siapapun, ini saya bawakan jus buah kaleng, buat Pak Andi dan Amanda! ini enak lho! " Kata Randi.
"Terimakasih Nak" kata Pak Andi.
"Terimakasih Pak" jawab Amanda.
Amanda akhirnya pamit.
Randi menghela nafas, mengingat ia bertemu dengan Rahmat saat fajar belum terbit.
Flashback...
"Apa? Amanda benar bicara begitu?" tanya Randi lumayan kaget mendengar Rahmat mengatakan Amanda ingin mengakhiri hidupnya saat marah-marah dengan Vian.
Rahmat mengangguk, "Wajahnya sudah seperti orang yang sangat menderita, kita salah mengambil kesimpulan. Dia sudah mengalami sesuatu yang benar-benar membuatnya syok, tapi aku sangat kaget ia mampu menyembunyikan beban yang ia pikul dengan sempurna"
"Kita berpikir Amanda hanyalah gadis polos yang selalu ceria, tapi kita salah menduga. Dia bahkan mengatakan trauma, apa itu dampak dari asma yang ia derita? Vandro bilang Amanda menderita asma" jelas Rahmat.
Randi berpikir dan menghela nafas, "Rahmat, jujur aku gak mau ngomong gini. Namun, sebagai Dokter, aku dapat menarik kesimpulan, bahwa kemungkinan yang dialami Amanda adalah gangguan mental atau yang disebut PTSD, dan Skizofrenia"
Rahmat terbelalak, "Dua gangguan mental itu Ia alami?!"
"Ya, dia bahkan berhalusinasi, kan? itu ciri-ciri Skizofrenia, tapi ia lumayan jarang berhalusinasi sepertinya. Tapi PTSD dan Skizofrenia, apa yang sudah Amanda alami hingga ia seperti itu?" gumam Randi.
Flashback Off...
Randi hanya menghela nafas kasihan melihat Amanda yang pergi menuju apartemen.
"Kasihan"
Malam harinya...
"Hm, sendirian deh Kak Vanora dan Kak Nera masih diluar deh" gerutu Amanda karena sendirian.
"Lho? ada Pak Vandro diatas Rooftop?" batin Amanda.
"Aku hanya bisa ngasih selimut, gak apa-apa, kan?" gumam Amanda.
"Ng? ada Kak Rahmat?" gumam Amanda begitu mendengar pembicaraan dari balik tembok.
"Baiklah Mat, jika kamu ingin tau. Amanda itu, sebenarnya dia itu bagiku dia itu... adalah beban" ucap Vandro yang membuat Amanda terbelalak terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 357 Episodes
Comments