"Presdir sebelumnya?! apa ini konflik keluarga?!" batin Amanda sambil deg-degan.
"Hm, bagaimana pun juga meskipun keluarga, mereka tidak akur, karena sebuah hal yang terjadi" Jelas Ali.
"Dan juga, konflik Antara keluarga Ameera dan keluarga Harrison" tambah Ali.
"Harrison? kayaknya pernah kudengar" batin Amanda sambil memasangkan wajah heran.
Ali tersenyum sungging melihat reaksi Amanda, "Hm, Amanda pasti pernah mendengarnya kan? terlihat dari wajahmu"
"Presdir Andra sendiri tidak terlalu memusingkan hal itu karena bukan ia yang membesar-besarkannya, melainkan malah terikut arus konflik tersebut. Karena presdir Andra bukanlah pelaku, melainkan salah satu korban utama" Jelas Ali lagi.
"Sepertinya kau salah paham Ali, itu bukanlah Konflik, melainkan sebuah kesalahan yang belum bisa diselesaikan dengan mudah" jawab Vandro yang akhirnya bicara.
"Oh ya? apakah itu Vandro? " tanya Ali sambil memasang muka menantang.
"Hm, tentu saja itu Rahasia" Vandro tersenyum.
"Karena akupun tidak tau apa itu" Batin Vandro.
"Daripada Amanda yang gampang menarik perhatian, aku lebih cocok dan lebih berguna daripadanya, aku dan Owl! aku tidak masalah terikut-ikut konflik ataupun permasalahan apapun yang terjadi pada Keluarga Pangeran" Kata Ali.
"Eh, itu-..."
Ali menghela nafas, "Ya, meskipun begitu aku bisa menolong Presdir Andra, dan beliau juga sudah beberapa kali kesini untuk merundingkan permasalahannya dan meminta saran dariku, dan masalahnya perlahan mulai sirna meskipun perlahan"
Amanda menundukkan kepala, perkataan Ali membuatnya terpojok, sambil melirik Vandro yang terlihat tenang menatap Ali.
"Pak Vandro juga kecewa padaku" batin Amanda sambil sedikit sedih.
Vandro sedikit menghembuskan nafas, "Ali, meskipun kamu terlihat berguna, tapi kamu tidak berhak bicara seperti itu, kamu hanya staf biasa. Mungkin Presdir membutuhkan Hal lain dari Amanda yang jauh lebih berguna daripada kemampuanmu"
"Pak... Vandro?"
"Ya, ya, ya. Aku mengerti sih Pak GM, aku hanyalah staf biasa. Tapi jika butuh bantuan ku lagi, silahkan tanya saja aku punya banyak sumber dan koneksi" ucap Ali sembari bersandar di kursi.
Vandro menghela nafas dan melihat arlojinya sembari tersenyum, "Kita sudahi pembicaraan ini, sudah mau maghrib"
"Terimakasih banyak ya Ali"
"Dengan senang hati, Pak"
Akhirnya Amanda pulang bersama Vandro, keheningan berlangsung saat perjalanan dan Amanda memulai pembicaraan.
"Ma-Maafkan saya Pak, karena saya identitas kita sebagai anggota Rosement ketahuan" ujar Amanda sambil menunduk.
"Tidak apa Amanda, berkat pertemuan ini kita mendapatkan cukup lumayan informasi dari Ali, ini bukanlah salahmu"
"Oh ya Amanda, apa kamu mau menjenguk Vian? ia di opname di Rosement, ada Vanora yang nemenin kamu nanti, sekalian periksa kakimu sama Randi" Kata Vandro yang tetap fokus menyetir.
Amanda tersenyum, "Baik, Pak! saya mau!"
"Hm, dia kembali ceria, tak apalah" Batin Vandro sambil tersenyum.
"Oh, apa Pak Vandro sudah beli Buah tangan? " tanya Amanda.
"Tentu sudah, kamu mau?"
"Sebentar saja Pak, saya juga sudah ada snack di Apartemen" ujar Amanda.
Mereka memutuskan masuk mobil lewat jalan gerbang belakang istana.
"Amanda, pergi saja dulu lewat dapur, disana ada Vanora kamu bisa lewat sana"
"Dimengerti, Pak"
"Kak Vanora!" sapa Amanda.
"Hai! Amanda! ayo! kita jenguk Vian sama-sama ya! kata Vandro kamu juga mau jenguk"
"Ok kak!"
Akhirnya mereka menaiki Lift dan sampai ke lantai ke 5 yang terdapat UGD pusat Rosement. Di Rosement berjumlah 12 lantai yang terpenuhi dengan kebutuhan anggotanya mulai dari, Ruang kesehatan, ruang Privasi, Kamar, ruang makan, dapur, kolam renang, pemandian air panas/air dingin, taman, saung, GYM, ruang rapat, ruang komputer/kerja tugas, kamar mandi, dan juga kamar para penghuni, DLL.
Dan ROSEMENT ( ROyal SEcret apartMENT), ini tempat rahasia yang jauh dari pemukiman warga karena rahasia.
"Ayo Amanda, kita hanya perlu ke lorong kiri dan pintu sebelah kanan, itu adalah ruangan Vian, lantai 5 ini khusus ruang perawatan semua" ajak Vanora selepas keluar dari lift.
"Baik kak"
Tok! Tok! Tok!
"Oh, Vanora dan Amanda rupanya, mau jenguk Vian?" tanya Rahmat membuka pintu.
"Iya kak, bener mau jenguk" Sahut Amanda.
"Vian, mereka ingin menjenguk, gak apa-apakah?" tanya Rahmat berbalik ke dalam.
Ternyata didalam sudah ada Vandro yang duduk disamping Vian.
"Gak! Aku capek! sesak lagi! Udah ga boleh! " Seru Vian.
"Maaf ya, katanya ngga boleh. Vian mau aku dan Vandro saja didalam" ujar Rahmat.
Tentu Amanda memaklumi dapat melihat Vian baik-baik saja cukup membuatnya lega, "Yaudah kak, ngga apa-apa kak, aku bisa lihat dari sini kok"
"Huu! Vian Gondrong! jangan kayak putri deh! sok-sokan ga bolehin masuk!" Vanora meledek.
JLEB! perkataan itu menembus rasa kesal Vian.
"Vanora! jangan ngeledek-... A-Aduh!" rintih Vian karena Bahunya patah tulang gara-gara jatuh dari tangga.
Amanda dan Vian saling tatap meski dari kejauhan, Amanda menatap Vian dengan rasa cemas, sedangkan Vian menatap Amanda dengan rasa lemas karena sakit.
"Vian sedang demam?" Batin Amanda melihat kompresan didahi Vian.
"Yaudah, kalian mau dititipin apa? sini kubawa masuk" sahut Rahmat.
"Oh iya, ini tolong bawa masuk ini makanan yang kubeli di restoran tadi, sama ini buat kamu sama Vandro makan kue yang biasa kubeli" Kata Vanora sambil menyerahkan barang-barang yang ia bawa.
"Hm, thanks kamu Amanda? " tanya Rahmat.
"Oh, ini aku kasih Bolu Coklat kak, semoga suka, karena isinya besar" Jelas Amanda memberikan kotak bekal.
"Terimakasih bingkisannya, yak, ini sudah malam. Kalian makan malam ya, ada Nera dan Toni disana, aku sudah siapkan makanan untuk kalian makan" Jelas Rahmat.
"Iya"
Akhirnya Vanora dan Amanda pergi ke ruang makan.
Di ruang kesehatan...
"Kamu gimana keadaannya Vian? " tanya Vandro.
"Hatsyim! Alhamdulillah, lumayan baik, mungkin?" Jawab Vian menggapai tisu.
"Yarhamukallah" Vandro dan Rahmat bicara bersamaan.
"Yahdikumullah wa yushlih balakum"
"Jadi, kamu patah tulang, kenapa bisa sampai demam?" tanya Vandro keheranan.
"Ini karena ngga tahu kenapa Aku Kena Flu, soal patah tulang kata Randi cuma patah tulang ringan, palingan 6-7 hari pulih, tapi belum terlalu sembuh" Jelas Vian.
Vian menghela nafas mengingat insiden 4 hari yang lalu, "Jadi gimana dikantor? kejadian insiden 4 hari yang lalu? ada kemajuan soal interogasi? orang-orang yang mencurigakan?" tanya Vian lagi.
Vandro yang melipat tangannya didada berekpresi serius, dan menceritakan hasil interogasi.
Interogasi beberapa hari yang lalu...
Ryan: "Em, saya tidak pingsan karena belum makan, atau minum apapun Pak "
Yudha: "Eng, kalau saya tidak lihat karena pingsan, dan tidak sengaja mendorong Mbak Amanda yang didepan sampai dia cedera"
Yudha dan Ryan tidak tau apa-apa ketika di interogasi.
Wiliam: "Iya Pak, itu dari restoran teman saya, tapi yang mengantarkan katanya dibuat pingsan sama orang yang pura-pura minta bantuan, dan katanya mobilnya saat itu masih jauh dari AR group, dan akhirnya katanya mungkin bukan ia yang nganter karena dia ditemukan tidak sadarkan diri saat ditemukan warga sekitar"
Kelly: "Kalau saya tidak tau Pak, karena sudah meminum itu, saya juga waktu itu hanya menolong Wiliam mengambil pesanan makanan"
Wiliam dan Kelly juga tidak mengetahuinya.
Amanda: "Aku melihat ada beberapa orang berjas hitam, saat aku datang mereka pergi dan berbisik, "Pengambilan target V, gagal", begitu. Jujur saya kurang paham"
Sepertinya Amanda melihatnya namun kurang mengerti.
Vandro menghela nafas, "Berarti saksi yang melihat hanya kau dan Amanda. Beruntung Amanda mendengar sedikit pembicaraan mereka"
"Target V, kata mereka? kau atau aku?" Vandro berpikir.
Vian bicara di sela-sela batuknya, "Uhuk! jelas aku! aku yang di sana! Tapi gak apa Dro, kau sudah membantu. Aku punya firasat mereka akan mengincarmu, aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti mu, karena kau teman berhargaku" Kata Vian.
"Terimakasih Vian, kau juga harus jaga kesehatan, aku pamit dulu. Sekalian minta hasil check-up Amanda soal kakinya" Kata Vandro sambil beranjak dari tempatnya.
"Hm"
Rahmat kembali, "Ini ada bingkisan dari Amanda dan Vanora, semoga kalian suka"
"Kau juga pergi, Mat?"
"Mau gimana lagi, Aku harus nyupir"
"Mau kemana, Mat?" Vandro dan Vian bertanya bersamaan.
"Huft, canda aja ngga bisa, Nyupir, Nyuci Piring" singkat Rahmat menghela nafas sambil mengarah keluar.
"Si Rahmat emang" batin Vandro dan Vian.
"Yaudah, aku pergi juga ya"
"Iya"
Blam!
"Sendirian lagi deh, hm? bingkisan dari 2 cewek tadi, Uhuk!" Kata Vian sambil beranjak dari tempat tidur secara perlahan.
"Hm, ternyata enak sih yang dibawa Vanora, ini dari Amanda. Bolu coklat?" gumam Vian.
Vian mencicipi dan terbelalak, "Kenapa rasanya... seperti masakannya Amanda yang kukenal? gak mungkin Amanda itu Amanda yang aku kenal, kan?!"
"A-Adududuh! kepalaku!" keluh Vian.
Akhirnya Vian makan sedikit demi sedikit makanan yang diberi Vanora termasuk Bolu coklat dari Amanda.
"Bolu coklatnya enak, demamku jadi lebih mendingan" sahut Vian.
"Eng? ada tulisan?"
I hope you always happy, terimakasih sudah nolong, maaf ya
by: Amanda
"Huft, bener deh si Amanda itu kayak Amanda yang aku kenal. Tapi kalau dia Amanda yang aku kenal, harusnya dia ingat aku! tapi... apa ada kejadian saat dulu aku pergi?" gumam Vian yang lanjut mukbang.
Sementara itu Amanda...
"Minta rekapan check-up sama Pak Randi deh"
"Permisi"
"Masuk, Amanda kan? " tanya Randi.
"Iya Pak, saya kesini untuk konsul kata Pak Vandro"
"Baik Amanda, silahkan kamu ke duduk" Kata Randi.
"Iya, Pak"
Alat X-ray yang memeriksa tulang lutut dan mata kaki Amanda itu akhirnya selesai.
"Cederanya sudah membaik, tolong usahakan jangan jatuh, karena bisa muncul retakan lagi, dan sering-sering menggerakkan tulang lutut sampai mata kaki perlahan agar gak kaku" jelas Randi.
"Pak Randi, memangnya dokter apa?" tanya Amanda.
"Oh saya dokter biasa lulusan dua jurusan .Jurusan kedokteran S2 dan jurusan spesialis neurologi lulusan S2. Saya yang bertanggung jawab atas kesehatan, dan juga penyembuhan diidap panghuni Rosement" Jelas Randi.
Randi menyerahkan sebuah benda, "Ok Amanda ini saya berikan Alat penyangga lutut, silahkan"
"Terimakasih Pak, memangnya tidak apa-apa?"
"Saya masih punya stok kok, tapi kamu tenang saja ini free. Baik, ini hasil X-ray nya silahkan Amanda kamu bisa pergi" Kata Randi.
"Terimakasih, Pak. Btw, bagaimana hasil pengecekan darah saya?" tanya Amanda.
DEG! Randi kaget Amanda mengingatnya.
"A-Anu! rumah sakit yang ngecek darahnya lelet! haha! nanti saya kabari, sama-sama btw!"
Di hari Ahad...
"Hei!" Suara Vian saat pintu kamar rawat inap terbuka dan Amanda melewati kamarnya.
"Hm? ada apa?" tanya Amanda, sambil mendekati ranjang tempat terbaringnya Vian yang masih lemah.
"Be-begini. Se-sebenarnya aku..." Vian terbata-bata dengan pipi merona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 357 Episodes
Comments