Bab 18

"Bug ...' Aww ... " Pekik Daisy, yang terjatuh, dengan terduduk setelah menabrak seseorang dari arah depan. Sambil mengelus pantatnya yang terasa sakit, setelah mencium lantai dengan sangat keras.

"Maaf aku tidak sengaja." Pria itu berkata, sembari mengulurkan tangannya pada gadis yang ditabraknya. "Lily?" pekik Antoni, saat tahu yang di tabraknya itu bukanlah orang asing.

"Kak Antoni!" Seru Daisy, sambil berdiri dengan bantuan tangan dari sahabat baik Kakaknya.

"Kau tidak papa kan?" tanya Antoni.

"Tidak papa kak, dan aku ini Daisy bukan Lily." Ucap Daisy, dengan wajah yang cemberut.

"Oh kau Dasiy, aku kira kau Lily." Ucap Antoni, sembari tertawa kecil. "Habis wajah kalian itu sama, jadi aku tidak bisa membedakannya."

"Tentu saja sama, kami kan kembar." Ucap Daisy, masih dengan wajah yang masam

"Ya, wajah kalian sama. Tapi -- " ucapan Antoni terputus saat mendengar panggilan dari seseorang.

"Dok ... !" panggil salah satu perawat, pada dokter Antoni.

Antoni yang baru tersadar kalau harus melakukan operasi pada pasiennya, langsung bergegas kembali menuju ruang operasi. Dan Daisy, yang ditinggalkan begitu saja oleh Antoni. Hanya terbengong sambil menghentakkan kedua kakinya kelantai.

"Kenapa semua orang sangat menyebalkan hari ini." Keluh Daisy, dengan sangat kesal. Namun saat dirinya hendak berjalan kembali, langkahnya terhenti saat ada yang berteriak padanya.

"Lily, aku akan mentraktirmu nanti. Sebagai permintaan maaf ku." Teriak Antoni.

"Tidak perlu ...! Dan aku ini Daisy, bukan Lily!" Teriak Daisy, dengan sangat kesal. Sambil berlalu pergi dari rumah sakit.

Sementara Antoni yang mendengarkan teriakan Daisy, hanya diam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " Daisy, DayLily ..." gumam Antoni, yang kembali berjalan masuk kedalam ruang operasi.

........

Mansion utama.

Lily yang berada di taman belakang mansion, menatap kosong pada pemandangan yang ada di depannya. Lily yang masih merasa shock pada kejadian dua hari yang lalu, lebih memilih diam dan tidak berbicara sama sekali pada seluruh anggota keluarganya kecuali Ibu dan Ayahnya. Lily merasa sangat marah dengan apa yang terjadi padanya saat ini, terlebih pada sosok Leo. Pria yang sudah membuat hidupnya berantakan, dengan mengambil kehormatannya. Pria yang sudah membuat hubungan dirinya dengan adiknya menjadi hancur. Pria yang sudah membuat Dasiy dan Kak Dafa membenci dirinya. Dan tak terasa air matanya turun begitu saja saat mengingat Daisy yang terlihat sangat kecewa dan marah padanya.

"Boleh aku duduk?" Dafa menarik kursi disamping adiknya.

Lily yang terkejut dengan kedatangan Kak Dafa, hanya menjawab dengan anggukkan kepala dengan tangan yang menghapus air mata yang dari tadi sudah berlinang di pipinya.

"Maaf .. " Ucap Dafa, menatap pada Lily dengan tangan yang mengelus rambut adiknya. "Maaf sudah berkata kasar padamu saat itu."

"Kak Dafa tidak perlu meminta maaf padaku, aku memang pantas mendapatkan semuanya setelah apa yang terjadi." Lily berkata dengan suara yang bergetar, berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh lagi.

"Lily ..." Lirih Dafa, langsung memeluk tubuh adiknya yang terlihat sedang menahan kesedihannya.

"Kak, aku berani bersumpah padamu. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Leo. Dan aku .. aku sendiri tidak tahu, kenapa semua ini terjadi padaku."Isak Lily, dengan tangis yang kencang.

"Aku percaya padamu." Ucap Dafa, mengelus punggung Lily. Berusaha menenangkan adiknya.

Dafa merasa sangat bersalah dan bersedih melihat keadaan adiknya. Karena baru pertama kalinya, dirinya melihat Lily yang begitu tidak berdaya. Lily yang mandiri dan selalu dingin dalam kesehariannya. Kini terlihat begitu terpuruk dengan suara tangisnya yang sangat memilukan hati. "Kau jangan menangis lagi!" Dafa mengusap air mata yang jatuh di pipi Lily. "Apa kau tidak malu pada Baby B?"

Lily lalu menghentikan tangisnya dan menatap pada Baby B yang digendong oleh Kakak Iparnya.

"Baby B sangat merindukan Auntynya." Ucap Luna, yang berjalan mendekat kearah Lily dan Dafa.

"Aku juga rindu padamu Baby B." Lily berdiri dari duduknya, dan langsung menggendong ponakannya yang terlibat sangat gemuk, dengan pipi chubby yang berwarna merah. Membuat Baby B semakin terlihat lucu dan menggemaskan. Dan tak terasa kesedihan di hatinya hilang, saat melihat wajah Baby B yang sangat menentramkan hatinya.

Luna menatap pada Lily dan putranya dengan tersenyum, lalu menatap wajah suaminya yang juga terlihat tersenyum. Luna merasa bahagia, karena suaminya bisa berbuat adil pada Daisy dan juga Lily. Dan sudah tidak memojokkan dan menyalahkan Lily lagi. Dan Luna berharap, ini adalah awal dari kebahagiaan yang akan kembali di dalam mansion utama.