Datuk ke Lima mendengus marah, menatap dengan mata berapi api kearah Datuk ke Tiga. Tanpa suara walau agak terhuyung dengan tubuh yang nyaris telanjang laki laki ini melompati anak tangga kemudian masuk ke rumah panggung.
Datuk ke Tiga menotok beberapa bagian tubuhnya, nafasnya yang tadi tersengal dan sesak perlahan pulih seperti sedia kala begitupun dengan aliran daranya.Perlahan dia melangkah kearah rumah panggung mengikuti Datuk Ke Empat yang sedari tadi memberi isyarat kepadanya untuk masuk ke rumah kuning.
Namun baru beberapa langkah keduanya mendekati rumah panggung berwarna kuning satu pekikan lengking perempuan menggema di tempat itu, bau harum semerbak menyebar membuat dua datuk menghentikan langkahnya.
“Ronggo Pati apa yang terjadi denganmu?”
Dihadapan Datuk ke Tiga dan Datuk Ke Empat berdiri seorang perempuan semampai berpakaian kuning belang belang, rambutnya yang hitam di gelung tinggi keatas memperlihatkan lehernya yang putih panjang, berumur sekitar empat puluhan masih terlihat cantik walaupun sudah ada beberapa kerutan di wajah dan lehernya.
“Lingga Puri…” Ucap Datuk ke Tiga dan Ke empat hampir bersamaan.
Belum sempat Datuk ke Tiga dan Ke empat menjawab, perempuan yang di sebut Lingga Puri tiba tiba bergerak sedikit.
“Settt!!”
Tahu tahu dia sudah berdiri di samping Datuk Ke tiga tanpa suara, menatap seluruh tubuh sang Datuk ke Tiga dari atas ke bawah penuh selidik.
“Apa yang terjadi denganmu?” Ucapnya pelan seraya mengusap darah yang masih menempel di pipi Datuk ke Tiga.
“Panjang ceritanya Nyai, lama tak bertemu apa kabarmu?” yang menjawab adalah Datuk Ke Empat yang masih berdiri didekat rumah panggung besar.
Lingga Puri tersenyum kecil, mengangguk kearah Datuk Ke Empat.
“Kabarku dalam keadaan baik Datuk Ke Empat, senang berjumpa denganmu”
“Kepandaianmu semakin pesat, benar benar luar biasa!!!”
“Belum apa apa bila di bandingkan dengan Jalur Kuning Penyebar Maut yang kau miliki” ucap Lingga Puri.
Datuk Ke Empat Cuma tertawa kemudian berbalik dan melesat masuk ke rumah panggung meninggalkan Datuk Ke TIga dan Lingga Puri yang masih berhadap hadapan.
“ Kau terluka Ronggo Pati?’ ucap Lingga Puri jari telunjuk dan jari tengahnya di luruskan siap melakukan totokan namun Datuk Ke Tiga malah menahanya.
“Tidak apa apa, aku dalam keadaan baik..”
“ Siapa yang mencelakaimu? Ronggo Wulung?”
Datuk Ke Tiga Cuma tersenyum, kemudian dia menarik tangan Lingga Puri namun belum sempat jarinya menyentuh tangan perempuan setengah baya itu satu jambakan di lanjutkan dengan sentakan keras kebelakang membuat mulut Datuk Ke TIga terbuka lebar di lain kejap ada benda kecil yang di paksa masuk di kerongkongannya terus meluncur masuk ke perutnya.
“Hekkk!!!”
Datuk Ke Tiga merasa tercekik, ada letupan halus di dalam perutnya.
“Semoga obat itu bisa mengobati luka dalammu..” a
ada bisikan halus di telinga Datuk Ke Tiga, ketika dia menoleh ke samping sosok Lingga Puri tak ada lagi di tempatnya.
Datuk Ke Tiga mengusap usap lehernya.
“Luar biasa, kepandainnya meningkat pesat” ucap Datuk ke Tiga perlahan dia melangkah masuk ke rumah panggung.
****
Yang di sebut sebagai Ki Buyut Penjujung Roh adalah seorang laki laki tua kurus kering berumur sekitar seratus dua puluhan, tubuhnya sangat mengerikan hanya tinggal tulang di balut kulit. Kepalanya nyaris botak dengan mata yang cekung, yang membuat angker dari penampilan laki laki ini adalah kedua mata laki laki ini mengeluarkan kilat kuning yang menggidikan. Sesekali ada asap kuning tipis yang keluar di belakang kepalanya.
Yang luar biasa dari laki laki kurus ceking ini adalah keadaanya yang duduk bersila melayang dua jengkal dari lantai rumah. Mata cekungnya menatap ke seputaran ruangan dengan sorot yang menggidikan!
Disebelah kiri duduk bersila Ronggo Wulung alias Datuk Ke Lima nafasnya masih terlihat tersengal sengal, tubuhnhya yang nyaris telanjang tampak basah bercampur lelehan darah dan keringat. Sesaat matanya terpejam mengatur nafas dan aliran darahnya.
Sementara di tengah ruangan diatas bangku panjang terbuat dari bambu duduk berdampingan Ronggo Pati alias Datuk Ke Tiga dan Ronggo Geni alias Datuk Ke Empat sementara Lingga Puri terlihat berdiri di pintu masuk sambil menyandar kearah dinding, bau harum tubuh perempuan ini menyebar keseluruh ruangan.
Mata Ki Buyut Penjujung Roh kembali bergerak menatap kepada empat orang di hadapannya, sesaat kemudian mata yang memancarkan sinar menggidikan itu tertutup.Membuat suasana menjadi hening. Ke empat orang yang berada di ruanganan tak ada yang berani bergerak atau berucap.
Setelah lama menunggu akhirnya kesunyian terpecah ketika Ki Buyut Penjunjung Roh membuka mulutnya. Bukan ucapan yang terdengar tetapi gumaman gumaman yang tak jelas, makin lama gumaman gumaman itu makin keras dan tak beraturan.
Ronggo Pati dan Ronggo Geni Cuma berpandangan sekilas sementara Lingga Puri terlihat mulai sedikit kesal sesekali matanya melirik kearah jendela yang terbuka entah apa yang diperhatikan perempuan berjubah kuning ini.Yang paling tidak bisa menunujukan kekesalannya hatinya adalah Ronggo Wulung laki laki berjuluk Datuk Ke Lima ini mengusap usapkan tangannya satu sama lain, pandangannya sesekali melirik kea rah Lingga Puri.
“Guru……”
Tak sabar hati akhirnya Ronggo Wulung memberanikan diri menegur Ki Buyut Penjunjung Roh.
Tak ada jawaban, Ki Buyut Penjujung Roh seolah tuli. Bibirnya yang hitam terus meracau tiada henti.
“Guru ada perkara besar yang harus ku sampaikan, mohon……”
Belum selesai ucapan Ronggo Wulung satu bentakan luar biasa kerasnya menyembur dari mulut Ki Buyut Penjujung Roh!!
“Kau bukan membawa perkara besar !!!! tapi membawa malu besar!!!!”
Mata Ki Buyut terbuka Nyalang menatap penuh amarah kearah Ronggo Wulung
“Maaafkan aku guru, aku....”
“Tutup mulut busukmu!!”
Tubuh Ki Buyut melayang satu jengkal dari tempat duduknya.
“ Kau benar-benar memalukan!! Kedua kakimu, kedua tanganmu,kedua matamu kutugaskan untuk menjaga tiga belas bambu kuning pembawa bala tetapi Cuma menghadapi bocah ingusan delapan tahun kau kalah Ronggo Wulung???!!! Kalahhh???” Ha ha ha ha...!!”
Ki Buyut penjunjung Roh tertawa terbahak-bahak, tubuh kurusnya yang mengambang terguncang-guncang. Wajah Ronggo Wulung menjadi merah padam.
“Ceritanya tidak seperti itu guru...”
“Patahkan tangan kananmu Ronggo Wulung!!!!” Ki Buyut Penjujung Roh tiba-tiba membentak keras, ada kepulan asap tipis berwarna kuning dibelakang kepalanya. Matanya yang memang berkilat tampak semakin menyeramkan.
***
Terima kasih atas supportnya
jangan lupa utk like komen dan vote yaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments