5. Jamaludin Makin Onar

Setelah kemunculan Berandal Lokajaya. Dan Jamaludin pernah berhadapan langsung dengannya. Jamaludin sekarang makin brutal.

Jika dulu dia merampok dan hasilnya dibagi bagikan kepada penduduk kurang mampu. Sekarang memang masih. Tetapi tidak seperti dulu lagi.

Dia sekarang justeru membiarkan anak buahnya semakin liar. Bahkan Jamaludin sendiri makin berbuat onar.

Sekarang Jamaludin tidak butuh pencitraan lagi. Yang dia butuhkan adalah terus membuat keonaran.

Sebab Jamaludin tahu justeru perbuatan semacam ini yang tidak disukai Lokajaya.

Pokoknya yang dipikirkan Jamaludin bagaimana caranya dia membuat Lokajaya marah.

Setelah peristiwa dorong-dorongan (surung surungan dan kelak lokasi itu menjadi Desa Pesurungan Lor dan Pasurungan Kidul).

Juga setelah berguru menimba ilmu di Ki Ragasela di Desa Sumurpanggang (sekarang).

Jamaludin mulai menebar teror di Barat Sumurpanggang.

Teror yang dia lakukan luar biasa karena selain merampok para pedagang dan para penyampe upeti ke Demak. Jamaludin tidak jarang pula melakukan kekerasan.

Bahkan pembunuhan. Sehingga jalan-jalan di kawasan itu banjir darah. Dan banyak harta berceceran akibat kejahatan Jamaludin dan komplotannya.

Kawasan ini kelak kemudian hari disebut Desa Margadana atau Marga dahana.

Marga artinya jalan. Dan dana artinya harta yang berceceran atau Marga artinya jalan dan dahana artinya api.

Mungkin pada saat itu selain merampok Jamaludin menyertainya dengan pembakaran. Sehingga kawasan itu banjir darah dan api. Wallahu alam bisawab.

Melihat sepak terjang Jamaludin, Lokajaya sangat geram dan ingin rasanya dia menangkap segera.

"Sekarang Jamaludin kira-kira berada dimana Paman!?" Ujar Lokajaya kepada anak buahnya Sopar.

"Saya kira masih di sekitar kota Tetegal bagian selatan...mungkin di sekitar Desa Lawatan..!" Ujar Sopar.

"Coba paman kita pastikan dia berada dimana..!?" Desak Lokajaya.

"Ya ntar saya akan kirim anak buah untuk memastikan keberadaanya anak Mas..!" Jawab Sopar.

Seperti kita ketahui Jamaludin memang sangatlah licin. Dia bisa berpindah tempat seenaknya sendiri. Sehingga hal ini yang sangat menyulitkan bagi pihak-pihak yang bermaksud menangkapnya.

Namun begitu Lokajaya tidak kurang akal. Dia sekarang menempatkan dirinya dan orang-orang kepercayaannya mendekat atau meped (bahasa Tegal), merapat ke daerah kawasan Jamaludin.

Mepednya Lokajaya kelak daerah itu disebut Desa Pepedan Kecamatan Dukuturi Kabupaten Tegal yang letaknya tidak begitu jauh dari lawatan.

Sekarang Desa Lawatan dan Desa Pepedan hanya dipisahkan oleh Desa Tegalwangi atau hanya berjarak 7-8 kilometer saja.

Sehingga sangat mudah untuk mengetahui gerak gerik Jamaludin dan kelompoknya.

Meskipun begitu sangat tidak mudah menangkap Jamaludin.

Untuk Lokajaya musti bersabar dan mampu menyelesaikan persoalan kecil.

Sebab sekarang kejahatan Jamaludin tidak hanya ditebar oleh dia seorang. Tetapi anak buahnya. Secara kelompok-Kelompok kecil juga menebar teror dan ancaman.

Terutama kelompok Suyat yang melakukan berbagai bentuk kejahatan di Timur Tetegal atau kawasan Pemalang.

Sudah ada utusan khusus Demak untuk menemui Lokajaya.

"Tuanku Raden.. Andika diminta tidak hanya fokus mengejar Jamaludin saja. Tetapi Andika diminta Sultan agar juga meringkus anak buahnya..!" Ujar Pringgodadi utusan khusus Demak yang menemui Lokajaya.

"Baik Paman sampaikan salam hormatku kepada Kanjeng Sultan..!" Jawa Lokajaya.

"Pasti akan saya sampaikan kepada Kanjeng Sultan. Saya mohon pamit karena banyak tugas yang musti saya selesaikan..!" Pringgodadi langsung mohon pamit untuk kembali ke Demak.

Sepeninggal Pringgodadi, Lokajaya segera memanggil Sopar untuk menyusun strategi menumpas kelompok Suyat yang malang melintang di Pemalang.

Selain mengutus Sopar. Lokajaya juga perintahkan Jakalodra untuk mendampinginya dan sejumlah orang pilihan.

"Menurut Paman jumlah pengikut Suyat ada berapa orang. Dan paman butuh orang berapa untuk meringkusnya...!?" Tanya Lokajaya kepada Sopar.

"Saya dengar gerombolan Suyat ini sekitar lima belas orang berikut Suyat...!" Terang Sopar.

"Paman Sopar dan didampingi Jakalodra serta sepuluh orang pilihan lainnya apakah sanggup menghadapi Suyat?" Tanya Lokajaya.

"Dari kemampuan kami...kami rasa kami mampu mengatasinya Anak Mas..!" Jawab Sopar.

"Kalau begitu segera saja Paman dan adik Jakalodra berangkat ke Pemalang tangkap hidup atau mati Suyat. Pokoknya saya tidak ingin mendengar lagi ada gerombolan Suyat di kawasan ini...!" Tegas Lokajaya.

Malam jumat biasanya kawanan Suyat beraksi. Kawanan ini tidak hanya membegal para saudagar pelit. Namun mereka juga merampok orang-orang kaya yang budiman.

Ini yang membuat Lokajaya geram. Karena ini jelas menyimpang dari kebiasaan Lokajaya dan kawan-kawan.

Juga telah menyimpang dari prinsip awal ketika Jamaludin mulai mbalelo (melawan pemerintahan).

Jamaludin sendiri sekarang jauh dari sifat ksatria yang dulu dimilikinya. Sekarang Jamaludin telah menjadi ikon kejahatan.

Merampok, berjudi, mabok-mabokkan sudah menjadi merek Jamaludin saat ini.

Inilah yang membuat geram Sultan. Sehingga Trenggono kembali mengirim utusan agar secepatnya Raden Said menyingkirkan Jamaludin secepatnya.

Sopar dan Jakalodra tidak kesulitan untuk sampai ke Petarukan, Pemalang. Sopar dan gerombolan sengaja mencari tempat strategis agar bisa mengawasi dan meringkus Suyat dan gerombolannya dengan mudah.

"Kita tunggu disini...biarkan gerombolan Suyat muncul. Kita baru akan bergerak setelah waktunya memenuhi syarat..!" Ujar Sopar kepada Jakalodra dan kawan-kawan.

Benar juga, sekitar pukul 20.00 WIB muncul serombongan orang berbaju hitam. Mereka terlihat membawa candung (sejenis celurit khas senjata petani Tegal dan Pemalang). Juga bawa gobang (sejenis golok) dan tombak.

"Ssst...diam jangan berisik. Ini gerombolan Suyat. Itu yang paling depan yang berkumis tebal dan ikat kepala mancungan...adalah Suyat..!" Ujar Sopar kepada anak buahnya.

Sementara Suyat telah menyuruh anak buahnya menyebar sambil menunggu rombongan saudagar yang mau lewat.

Kebetulan malam itu ada gerombolan saudagar dari Banyumas akan ke Semarang. Mereka berangkat berombongan sekitar dua puluh orang.

Terdiri dari dua belas orang pedagang dan delapan orang pengawal bayaran.

Sementara gerombolan Suyat sebanyak lima belas orang tetapi bersenjata lengkap dan sebelum operasi mereka telah menenggak tuak cukup banyak.

"Stop..mandeg...mandeg.. (berhenti..berhenti: bhs setempat)..serahkan barang-barang kalian atau nyawa kalian..!" Bentak Suyat yang tiba-tiba muncul dari balik pohon besar sembari membawa golok besar.

Rombongan saudagar kaget. Mereka celingukan kesana kemari. Sedang pengawal bayaran yang berjumlah delapan orang tidak cukup nyali menghadapi gertakan Suyat.

Mereka sudah lama mengenal reputasi Suyat. Karena itu begitu Suyat muncul mereka pilih surut ke belakang.

"Ayo, dong Kang lawan mereka...kan kalian sudah kami bayar untuk mengawal kami..!" Ujar seorang pedagang kepada pengawalnya yang nampak ketakutan.

"Lho kenapa kalian kok mundur..mundur..!" Teriak pedagang yang lain.

"Aduh kami dibayar bukan untuk mati tetapi untuk hidup. Untuk melawan Kang Suyat kami tidak berani...kami menyerah untuk tetap hidup..!" Jawab seorang pengawal yang nampak sangat ketakutan sekali.

*

*

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!