Bak tersambar petir di siang hari Galang pada saat itu juga mendengar ucapan dari Rania, Galang sampai tak tau lagi apa yang harus di lakukan pada saat itu. Galang langsung memeluk tubuh mungil Rania dengan sangat erat, seribu sesal bergejolak di dalam dadanya
" Maaf " hanya itu kata yang dapat terucap dari bibir Galang sedangkan Rania tetap setia dengan diam seribu bahasa, hanya air matanya yang terus mengalir
Galang terus memeluk tubuh mungil Rania, sedangkan Rania kembali menangis dengan hebatnya. Rania merasakan sangat sakit di dalam hatinya, hari ini adalah hari kepergian ibunya untuk selamanya. Dan hari ini juga suaminya yang telah mencuri tempat di dalam hatinya tega melakukan itu semua
Entah karena memang tubuh Rania yang sudah merasa terlalu lelah atau tangisan selalu menghampiri Rania pada hari itu, membuat Rania mulai terlelap di dalam pelukan Galang. Setelah Galang yakin Rania sudah tertidur dia mulai melepaskan pelukannya dan mulai mencari ponselnya
Galang mengirimkan pesan kepada orang suruhannya untuk mencari semua info tentang Rania, dia juga menekankan agar info tentang Rania sampai kepada dirinya secepat mungkin
Galang mulai memakai pakaian rumahnya, dan kembali merebahkan tubuhnya di samping tubuh mungil Rania. Galang menatap wajah Rania dengan dalam, Galang dapat merasakan kesedihan yang sedang menimpa gadis itu. Galang mencium kening Rania dengan sangat lembut, dan mulai memeluk tubuh polos Rania yang hanya terbalut oleh selimut
" Maafin aku ya. Disaat tersedih kamu aku ga ada di samping kamu, aku malah menambah luka buat kamu. Tolong kasih aku sebuah kesempatan untuk menebus semua kesalahan aku ke kamu "
Sebuah kecupan dengan penuh ketulusan kembali bersandar di kening Rania, tanpa sadar Galang ikut terlelap dengan terus memeluk tubuh mungil Rania. Lain hal di tempat lain yaitu di kantor Revan, Adrian masuk ke ruang kerja Revan dengan langsung memasang wajah amarahnya menatap ke arah sepupunya tersebut
" Kenapa lo Rian ? " tanya Revan sambil mengerutkan keningnya, dia bingung melihat ekspresi wajah Adrian
" Sampe kapan lo mau bohong sama gw bang ? " Adrian mendudukkan dirinya tepat di hadapan Revan
" Maksud lo ? "
" Gw udah tau semua semua tentang Rania "
" Astaga gw lupa kalo anak ini bisa lakuin apa aja sekarang, tapi gw bener-bener ga kepikiran kalo dia bisa dapat infonya secepat ini "
" Sorry gw ga bermaksud buat bohongin lo, tapi saat gw balik dan mau mulai cari dia. Ternyata semua udah kejadian "
" Terus kenapa lo ga pernah bilang sama gw bang ? apa karena dia sahabat lo ? " sinis
Ternyata selepas kepergian Rania Adrian langsung mencari informasi tentang Rania, karena Adrian yakin ada keanehan dari sikap dan ucapan Rania
" Lo ga bisa salahin orang lain juga dong, gimana juga lo yang bohong sama dia awalnya. Makanya dia nekat ambil tindakan kayak gitu, mungkin aja dia pikir lo ga akan sanggup kalo di bebankan semua biaya orang tuanya ke lo "
" Tapi kalo lo bilang dari awal semuanya, gw sanggup ganti berpuluh kali lipat supaya laki-laki itu lepasin Rania bang..!! " Adrian berteriak dan memukul meja kerja Revan
" Kena juga gw imbasnya, jangan sampe ini anak nekat ngancurin Galang "
" Iya gw minta maaf, tapi setau gw ini hari terakhir perjanjian mereka kok. Besok Rania lo itu pasti udah pulang ke rumahnya " Alvian mulai bangkit dari duduknya dan memberikan tatapan membunuhnya kepada Revan
" Gw ga perduli walaupun dia sahabat lo bang, kalo dia ga lepasin Rania. Gw janji gw akan buat hidup dia benar-benar hancur "
" Gw cuma bisa berharap Galang ga melakukan hal b*doh atau menyadari perasaan dia yang sebenarnya "
" Iya gw ngerti kok "
Adrian mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Revan, dia pun memilih untuk kembali ke kediamannya. Sesampainya di dalam kamarnya Adrian mulai menghancurkan semua barang yang nampak oleh matanya
" Akh... !! " Adrian berteriak dengan sekuat tenaga melepaskan segala penyesalannya
Adrian benar-benar menyesali perbuatannya yang telah terlalu lama berbohong kepada Rania, Seandainya saja dia mengungkapkan siapa jati dirinya yang sebenarnya, maka dia tak akan membuat gadis yang dia cintai dengan tulus menjadi seperti itu
Rania terjaga terlebih dahulu sedangkan Galang masih terbuai oleh mimpi indahnya, Rania mulai menurunkan tangan Galang yang masih saja setia memeluk tubuh mungilnya. Rania mulai menurunkan tubuhnya secara perlahan dari atas kasur, dia hanya tak ingin pria itu sampai terbangun dari tidurnya
Rania merasakan seluruh tubuhnya sangat sakit akibat dari perbuatan kasar Galang tadi, apalagi di bagian intimnya Rania merasakan sakit yang sangat luar biasa, karena awalnya Galang melakukan itu dengan sebuah paksaan
Rania mencoba meraih pakaiannya yang tercecer di atas lantai, dan dia pun mulai menuju ke arah kamar mandi dengan bersusah payah. Cukup lama Rania berada di dalam sana, Rania kembali meneteskan air matanya di bawah guyuran shower. Dia merasakan dirinya saat ini benar-benar hina
Setelah menyelesaikan semua ritualnya Rania keluar dari dalam kamar mandi, dan Galang sudah duduk di tepi ranjang menunggu Rania keluar dari dalam kamar mandi. Galang mulai menghampiri Rania dengan tatapan penuh penyesalan
" Apa masih sakit ? " Galang sudah mulai melangkahkan kakinya menghampiri Rania
" Aku ga apa kak " Rania berusaha untuk tak bertatap mata dengan Galang
" Mau aku bantu ? "
" Ga usah kak aku bisa sendiri " Rania mulai melangkahkan kakinya ke arah sofa dan Galang hanya bisa pasrah dengan semua sikap Rania
" Ya udah aku mau mandi dulu, aku udah suruh bi Inah bawa makan malam ke kamar aja " Rania hanya terdiam
Galang memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan dirinya, dia tak ingin berlama-lama meninggalkan Rania. Galang tau dengan pasti bila Rania saat ini sedang merasakan sakit baik di dalam hatinya maupun tubuhnya, pria dingin itu kini mulai bisa merasakan tentang perasaan orang lain
Saat Galang keluar dari dalam kamar mandi, ternyata makan malam sudah di antar ke dalam kamar dan kini sudah tersusun dengan rapi di atas meja. Galang mulai mendekati sofa dan mendudukkan dirinya tepat di samping Rania
" Apa mau makan sekarang kak ? " dingin dan tanpa ekspresi apapun
Galang langsung mengambil sebuah piring dengan cepat
" Kamu mau makan apa ? biar aku yang ambilin " Galang sudah memindahkan nasi ke piring tersebut
" Seandainya aja kamu dari dulu berbuat begini kak, mungkin aku bisa merasakan yang namanya kebahagiaan kak "
Untuk pertama kalinya seorang Galang menyiapkan makanan untuk seorang wanita, hal yang sama sekali belum pernah Galang lakukan baik itu kepada Anggi sekalipun. Mereka pun memulai menyantap makan malam tanpa ada yang bersuara
" Habis makan nanti kita istirahat lagi ya, biar tubuh kamu fit lagi "
" Nanti biar aku tidur di sini aja kak "
Galang hanya bisa membuang napasnya dengan kasar, dia berusaha tak ingin terpancing lagi emosinya dengan semua penolakan Rania sedari tadi
" Ya udah ga apa, tapi aku tidur di sini juga kalo gitu " Rania sampai tersedak oleh makanannya sendiri mendengar ucapan dari Galang
Dengan sigap Galang langsung memberikan gelas yang berisikan air putih kepada Rania, dan Rania pun langsung meminum air tersebut
" Besok kita bahas semuanya ya, malam ini kamu istirahat aja dulu " Galang mengambil kembali gelas dari tangan Rania, sedangkan Rania hanya terdiam
Setelah menyelesaikan makan malam mereka dengan terpaksa Rania mengikuti keinginan Galang untuk kembali beristirahat, Galang terus memeluk tubuh Rania dan Rania hanya bisa pasrah dengan semua itu. Setelah Galang benar-benar tertidur Rania mulai menatap wajah Galang dengan dalam
" Maaf kak semuanya udah berakhir. Ini akan jadi keputusan terbaik aku kak, aku akan pergi kak. Bagaimana pun juga di mata kakak aku hanya wanita bayaran dan sudah ada perempuan lain di sisi kakak "
Bantu like dan komentar ya teman-teman 😊
Terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Joen Marlina Lengkey
next
2021-06-08
1
Ika Sartika
😓😓😓😢😢😢😢
2021-03-19
2
Mei Shin Manalu
4 like
2020-12-24
2