Rania terduduk lemas di hadapan jenazah ibunya, pamannya hanya bisa memeluk tubuh mungil Rania dengan erat pamannya berharap pelukan itu bisa memberikan Rania sebuah kekuatan. Karena hanya itu yang dapat di lakukan oleh pamannya untuk menebus kesalahan yang telah dia perbuat
" Kamu yang sabar ya, kamu harus kuat kasihan ibu kamu kalo dia liat kamu begini " Rania tetap diam seribu bahasa
" Bu apa Nia akan kuat menjalankan sisa hidup Nia sendirian tanpa ibu ? "
Walaupun pamannya tau Rania bukan lah anak kandung dari kakaknya tetapi dia mengetahui dengan pasti, rasa sayang Rania ke kakaknya tulus adanya. Kini Rania tak dapat melontarkan sepatah kata pun dari bibir mungilnya hanya ada air mata yang terus mengalir tanpa henti
Setelah semua ritual selesai di lakukan kini mereka membawa jenazah ibu Yati ke area pemakaman, paman Rania terus memeluk tubuh mungilnya. Sedangkan bibi dan sepupunya tak berani mendekati Rania karena perasaan bersalah yang mereka rasakan di dalam hati mereka berdua
Setelah selesai menguburkan jenazah ibunya Rania masih tetap setia berjongkok di hadapan makam sang ibu, serasa tak ingin dia mempercayai semua hal yang sudah terjadi
" Bu.. Kenapa ibu tinggalin Nia sendirian di sini bu ? sekarang Nia udah ga punya siapa-siapa lagi bu, kenapa ibu ga ajak Nia sama ibu ? "
" Nia mohon bu ajak Nia sama ibu, Nia ga kuat bu harus jalani ini semua bu. Cuma ibu penguat hati Nia selama ini "
Semua para pelayat mulai membubarkan diri satu persatu dari situ, paman Rania membantu Rania untuk berdiri dan membawa Rania kembali ke rumah kecilnya
" Ini paman kembalikan " sang paman memberikan sisa uang yang masih tersisa dan kartu yang pernah di berikan Galang
" Nia ga butuh itu, Nia cuma butuh ibu " lirih, Rania kembali meneteskan air matanya
" Nia paman tau kamu sedih, tapi kamu harus kuat, dan kamu juga harus ingat hidup harus tetap berjalan "
Rania memutuskan untuk tak mengambil sepeser pun sisa uang yang di berikan oleh pamannya, Rania hanya mengambil kartu yang pernah di berikan oleh Galang. Bagi Rania kartu itu sudah tak ada gunanya lagi, dia berencana mengembalikan kartu tersebut esok saat dia akan meninggalkan kediaman Galang
Sedangkan Galang di dalam kantornya sedang sedang gundah gulana, karena tadi pagi mamanya sudah memberikan surat cerai yang sudah di tanda tangani oleh Rania, dan dengan berat hati dan paksaan dari mamanya Galang ikut membubuhkan tanda tangannya di surat tersebut
Pikiran Galang sudah melayang kemana-mana dia mulai membayangkan bahwa Rania sebentar lagi akan pergi jauh dari dirinya. Ada perasaan tak rela untuk kehilangan Rania di dalam hati kecilnya
Hari itu Galang habiskan dengan memarahi hampir semua karyawan yang bekerja di kantornya, bahkan hal sepele pun menjadi masalah yang sangat besar pada hari itu
Sedangkan Revan yang mendapat berita dari anak buahnya, tak ingin melakukan kesalahan untuk kedua kalinya langsung berusaha menghubungi Adrian untuk memberikan kabar tentang Rania, tetapi karena Adrian yang sedang berada di tengah-tengah rapat penting yang, beberapa panggilan dari Revan sempat di abaikan oleh Adrian
Rania keluar dari rumah pamannya dan mulai melangkahkan kakinya ke sebuah danau, danau di mana dia pertama kalinya bertemu dengan kekasihnya. Rania mulai mendudukkan dirinya di sebuah bangku dan kembali meneteskan air matanya, rasa sakit di dalam hatinya tak dapat di ungkapkan dengan kata-kata lagi, Rania merasakan seperti seribu pisau sedang menghujam jantungnya
Rania menangis dengan hebatnya dan tiba-tiba sebuah pelukan hangat merengkuh tubuh mungilnya, pelukan yang sangat khas pelukan yang sudah sering dia rasakan. Rania mengangkat wajahnya menghadap ke arah orang yang sedang memeluk tubuhnya
" Kak " pria itu hanya terdiam menatap sendu ke arah Rania dan semakin mengeratkan pelukannya. Akhirnya tangis Rania lepas bebas di dalam pelukan hangat pria tersebut
" Maafin aku Nia, aku terlambat tau tentang kepergian ibu kamu. Seharusnya dari tadi aku orang yang berada di samping kamu untuk peluk kamu "
Setelah menyelesaikan rapatnya Adrian menghubungi Revan, dan Revan mengatakan bahwa ibu Rania baru saja meninggal dunia dia juga mengatakan di mana posisi Rania saat ini. Tetapi satu hal yang Revan tak katakan adalah hal tentang Galang, Revan masih berusaha melindungi sahabatnya tersebut dari orang nomor satu di kota itu
Setelah Rania cukup tenang Adrian membawa Rania ke sebuah cafe resto untuk memesan sebuah minuman hangat, Adrian hanya ingin agar perasaan Rania menjadi sedikit lebih baik. Satu hal yang mereka berdua tak ketahui adalah ada sepasang mata terus saja memperhatikan mereka berdua sedari awal mereka masuk ke tempat itu
" Kenapa kamu ga pernah cerita semua masalah kamu ke aku ? "
" Aku ga mau nambahin beban hidup kakak " Rania kembali meneteskan air matanya mengingat ibunya yang baru saja pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya
" Nia mulai sekarang kita coba mulai jujur ya " Adrian mulai menggenggam kedua tangan Rania
" Aku udah ga pantas kak untuk kakak " lirih
" Apa maksud kamu Nia bilang gitu ? "
" Apapun keadaannya itu ga penting, buat aku kamu itu jauh lebih penting "
Rania mulai menatap wajah Adrian dan Adrian memberikan senyuman terhangatnya
" Makasih ya kak "
" Kamu memang laki-laki baik kak, aku ga salah pernah buka hati aku ke kamu. Tapi sekarang aku udah ga pantas kak untuk kakak, aku cuma wanita bayaran kak "
Tampak kembali guratan kesedihan di wajah Rania
" Nia dengerin aku, kita akan mulai semuanya dari awal ya "
Rania menarik tangannya dari genggaman Adrian
" Aku ga bisa kak, sekarang aku bukan Rania yang dulu lagi " Rania mulai bangkit dari duduknya dan mulai melangkahkan kakinya hendak keluar dari tempat itu
Adrian langsung bergegas menghampiri Rania dan memeluknya dengan erat
" Aku ga perduli apapun yang udah terjadi sama kamu sebenarnya, mulai detik ini aku akan ada di sini untuk selalu jaga kamu "
Adrian mengucapkan kata-kata tersebut dengan sangat yakin, membuat hati Rania yang sedang rapuh seperti mendapatkan sebuah angin yang sangat segar. Dalam sekejap Rania mengingat kembali semua kenangan manis yang sudah mereka berdua lalui
" Tolong kasih aku waktu kak "
Adrian mulai melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Rania dengan lembut
" Aku akan selalu tunggu kamu, sampe kamu siap jalanin sama aku dari awal lagi "
" Makasih ya kak " Adrian mengecup kening Rania dengan sangat lembut, seperti ciuman dulu yang sering Rania dapatkan dari Adrian
Rania mulai meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke kediaman Galang untuk menjalani hari terakhir kontraknya, dan mengembalikan kartu yang pernah di berikan Galang kepadanya. Dan satu hal yang Rania tak ketahui adalah sebuah masalah sudah menanti dirinya di sana
Bantu like dan komentar ya teman-teman 😊
Terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Joen Marlina Lengkey
kasian Rania 😭😭
2021-06-08
1
Perjuangan cinta Tuan Muda
5 jempol lg drku kak. syukaa bca critamu. semangat terooss.
2021-05-07
0
Ika Sartika
deg..deg ,..gan
2021-03-19
0