DURJANA PEMETIK BUNGA
Kidung kedresaning kapti, (Nyanyian kesungguhan hati)
Yayah nglamong tanpa mangsa, (Seolah meracau tanpa kenal waktu)
Hingan silarja jatine, (Hingga keselamatan yang paling hakiki)
Satata samaptaptinya, (Selalu siap hatinya)
Raket rakiting ruksa, (Menghadapi rangkaian gangguan)
Tahan tumaneming siku, (Kuat menghadapi kemarahan)
Karasuk sakeh kasrakat. (Menerima semua penderitaan)
(Rangga Warsita, Serat Jayengbaya)
Suara merdu yang keluar dari mulut Miryam terus berkumandang, menembus pepohonan hutan yang berbaris disepanjang tepian sungai. Seolah lagu pujian untuk sang raja surya yang bergerak perlahan menuju peraduannya. Begitu riang suasana hatinya, mungkin karena tadi pagi baru saja bertemu Santika, pemuda idamannya.
‘Ah, semakin hari Santika semakin ganteng saja,’ bisik hatinya.
Ingatannya terbang ke masa kecilnya. Saat dahulu dia sering bermain bersama Santika. Di pekarangan rumah, di kebun, di sawah, di sungai mereka selalu bersama. Malah kadang-kadang Santika mengajaknya bermain di tepi hutan untuk berburu kupu-kupu. Sambil bersenandung, bibirnya terus menebarkan senyum. Hal yang membuatnya tidak sadar kalau ada sosok makhluk lain yang hadir di tempat itu.
Badranaya, makhluk jelmaan Nagabadra jantan, menatap tubuh molek Miryam tanpa berkedip. Kulitnya yang putih dan bening seperti batu pualam, menarik hati siapapun untuk membelainya. Sebagai gadis yang baru tumbuh berkembang, kecantikan Miryam mendekati sempurna. Tubuhnya padat berisi, matanya sayup bercahaya, rambutnya hitam bergelombang dan hidungnya lancip seperti sudut bintang. Lekuk tubuhnya bagaikan lembah Kemuning di perbukitan Grilangan yang menawarkan kesejukan dan keindahan. Dengan pesona sepasang bukit kembar yang menyembul ditengah kabutnya, membuat siapapun ingin mendaki sampai ke puncaknya.
“Owh, siapakah gadis itu. Kenapa dia bisa menghilangkan kemarahanku?”batinnya.
Mata siluman yang penuh nafsu itu memandang tubuh Miryam tak berkedip. Baru pernah dia melihat manusia secantik itu.
Hehh,.. Badranaya menghela nafas. Rasanya dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa suara, dia mendekati gadis itu. Namun firasat Miryam berkata lain. Dia membalikkan tubuhnya. Dan…
“Haa….!”teriaknya.
Namun terlambat, dengan gerakan hampir tak terlihat, Badranaya melompat dan menotok urat syaraf kesadarannya hingga gadis itu jatuh pingsan. Badranaya segera memegang tubuh Miyam agar tak jatuh ke sungai. Lalu dengan satu kali loncatan, tubuh gadis itu dibawanya ke daratan. Dipandanginya wajah Miryam sekali lagi. Kemudian matanya berputar kesana kemari, memastikan tidak ada orang lain yang melihat perbuatannya.
‘Hm, aku harus membawa gadis ini ke tempat yang sepi,’ bisiknya dalam hati.
Ditengadahkannya wajahnya keatas. Lidahnya menjulur keluar masuk dengan cepat. Penciumannya yang tajam dapat menemukan tempat yang aman untuk menyembunyikan tubuh gadis ini. Kemudian tubuh Miryam dipondongnya, lalu dengan sekali lompat mereka terbang ke suatu tempat tersembunyi di punggung bukit Grilangan. Disana ada sebuah gua keramat yang dikenal orang dengan nama Gua siluman.
“Sssh! Kamu cantik sekali,” desis Badranaya. Tak henti-hentinya dia memuji-muji kecantikan Miryam. Lidahnya yang panjang dan bercabang dua terus menjilati pipi gadis yang dijuluki Mawar Jalatunda itu. Dengan langkah hati-hati Badranaya membawa tubuh Miryam masuk ke dalam gua Siluman.
Di lantai gua yang dingin dan lembab, tubuh Miryam di letakkan. Perlahan dia belai pipi Miryam yang halus. Menuruti hasrat silumannya yang begitu liar, diciuminya seluruh tubuh gadis itu. Dibukanya kain yang menyelubungi tubuh gadis itu. Terlihatlah pemandangan yang tak akan pernah dilupakan Badranaya. Sepasang bukit kembar yang ranum dengan padang rumput hitam dibawahnya.
“Akh, rupanya perempuan ini masih suci. Urgh, aku sudah tidak kuat lagi,” kata hatinya. Namun dia harus menunggu matahari betul-betul tenggelam, mengganti warna hari menjadi dari terang menjadi gelap. Karena dunia siluman adalah dunia kegelapan.
Kedua tangan Badranaya mulai bergerak menggerayangi tubuh Miryam. Sepasang bukit kembar yang ranum bahkan diremasnya dengan penuh nafsu. Nafasnya pun semakin memburu. Dia sudah lupa dengan tujuannya datang ke Jalatunda. Melupakan janjinya kepada isterinya untuk membunuh setiap darah Jalatunda. Bukannya melampiaskan dendam, dia malah ingin melampiaskan hasratnya kepada Mawar Jalatunda ini.
Dan begitu matahari terbenam, Badranaya pun melampiaskan hasrat pejantannya. Badranaya adalah jelmaan Nagabadra, siluman naga. Kekuatan birahinya hampir sepuluh kali lipat manusia biasa. Tubuh dara yang tergolek tanpa selembar benang itu pun dilumatnya sampai habis. Sepanjang malam tubuh Badranaya bergerak naik turun diatas tubuh molek gadis malang itu. Gerakannya semakin lama semakin cepat, memacu air kehidupan untuk keluar dari tubuhnya. Dan pada puncak kenikmatannya, mata Badrayana mengatup rapat dan mulutnya mengaum keras, auman seekor naga.
‘Arrrgh!!!”
Sesaat perbukitan Grilangan seperti berguncang. Angin bertiup kencang, menabrak dedaunan. Menimbulkan nada gesekan yang begitu mistis dan menyeramkan.Membangunkan Nyai Badranaya yang tidur dalam kegelisahannya. Dia mencium aroma pengkhianatan!
Sesaat kemudian alam kembali menampilkan suasana sepi dan lengang. Hanya napas Badranaya yang masih tersengal. Tubuhnya tergolek lemas di samping dara malang itu. Malam itu menjadi malapetaka bagi Miryam, sang mawar Jalatunda. Siluman Durjana telah merobek kesuciannya.
Badranaya terhenyak. Rupanya kesadarannya mulai muncul. Kecantikan Miryam telah membuatnya lupa dengan rencana semula untuk menghabisi seluruh warga Jalatunda. Dipegangnya kepalanya dengan kedua tangannya. Lalu dipandanginya tubuh gadis tanpa busana yang baru saja direguk kenikmatannya. Ah, dia tidak mungkin membunuh Miryam. Karena benih yang telah dia sebar di rahim gadis itu.
“Maafkan aku isteriku,” kata hatinya.
Setelah berpikir sejenak, dia berdiri. Mengangkat tubuh Miryam, lalu dibawanya kembali ke sungai dimana mereka bertemu. Namun baru saja hendak turun dari bukit, mendadak langkahnya terhenti. Nun jauh dibawah bukit, di sepanjang sungai Tambra, tampak ratusan obor dan orang-orang bersenjata berjalan perlahan menyusuri sungai. Teriakan mereka terdengar memecah keheningan fajar.
“Miryam! Miryam! Dimana kau nak?” teriak ki Jogoboyo.
Disampingnya nampak Santika ikut berteriak memanggil puteri Jogoboyo itu.
“Miryam! Ini aku Santika!” teriaknya.
Badrayana pun menghentikan niatnya. Dia harus menghindari orang-orang itu. dibawanya tubuh Miryam ke arah hulu sungai. Di tempat yang agak jauh, Badranaya berhenti. Lalu meletakkan tubuh Miryam bagian atas terbaring di bebatuan, sementara kakinya masih terendam air. Setelah itu tubuhnya melompat terbang dan menghilang di kerimbunan hutan. Meninggalkan tubuh gadis yang telah dinodainya itu tergolek pingsan di tepi sungai dengan separuh tubuhnya terendam air.
Sementara itu ki Jogoboyo dan warga desa terus berjalan menyusuri tepian sungai. Sampai disuatu tempat, mereka melihat Miryam tergeletak ditanah hanya beralaskan daun pisang. Tanpa pakaian, tubuhnya hanya ditutupi selembar kain. Dan di depannya, nampak sosok seorang pemuda sedang berjongkok meraba-raba tubuh gadis itu.
“Miryam!” teriak Santika. Suaranya seperti tercekat.
Orang-orang langsung terhenyak. Dan begitu pemuda asing itu memalingkan mukanya, kemarahan ki Jogoboyo pun langsung meledak.
“Dadhungawuk! Beraninya kau merusak kehormatan anakku! Mampus kamu!”
Ki Jogoboyo mencabut kerisnya dan menerjang berandal itu untuk membunuhnya.
Terimakasih berkenan membaca karyaku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
KIA Qirana
Keren ceritanya, unik dan sangat menghibur 👍👍👍👍
2021-10-20
1
Little Peony
Like like like
2021-08-24
2
Isma Aji
kukirim mawar merah, semangat 🤗
2021-06-30
2