Setelah selesai menghadiri rapat perjamuan di Paviliun Vampir yang berada di pusat Kota Kayu Cendana Tetua Zelda dan kedelapan Tetua lain nya pun mulai kembali ke tempat nya masing-masing.
"Esok adalah hari untuk memasuki Hutan Kayu Cendana, semoga saja Exian dengan senjata tingkat mahayana yang ku pinjamkan kepada nya,"
"Dapat membunuh murid-murid Tetua-Tetua Vampir yang tidak sepaham dengan Raja Vladmir." Gumam Tetua Zelda sambil terbang menuju Rumah Bordir Gadis Vampir.
Ia dapat merasakan token murid milik nya dari tempat tersebut.
"Whussss.......... " Suara hempasan angin saat Tetua Zelda terbang di atas langit Kota Kayu Cendana tersebut.
-[Di Dalam Kamar, Sore Harinya]-
Tampak Arung dan Dhieng baru saja selesai berpakaian dan sedang duduk di kursi di kamar tersebut.
Suasana pun tampak hening setelah pergumullan panas sebelum nya, raut wajah Dhieng masih tampak sedikit murung karena kematian Exian sebelum nya.
"Suami ku, minumlah,"
"Kau pasti haus kan." Ucap Dhieng sambil menuangkan arak dari kendi tersebut ke dalam cawan yang berada di atas meja tersebut.
"Walaupun ia memanggilku dengan sebutan suami namun itu hanya di mulut saja,"
"Dia belum sepenuh nya menerima ku menjadi suami nya, bagaimana dengan Ratu Racun ya?"
"Apa dia akan marah dengan pernikahan ku yang tiba-tiba ini?" Gumam Arung sambil memikirkan pendapat dari istrinya yang satunya lagi.
"Terima kasih Dhieng." Ucap Arung kemudian mulai meneguk arak di cawan tersebut sampai tak bersisa.
"Glek...... "
"Glek...... "
"Glek......." Suara saat Arung meneguk habis arak tersebut.
Tetua Zelda saat ini sudah tiba di dalam rumah bordil tersebut, beberapa Prajurit-Prajurit yang sedang bermain wanita itu pun mulai meninggalkan wanita nya kemudian mulai menghampiri Ratu nya tersebut.
"Hormat Kami, Ratu..... " Ucap Salah Satu Prajurit.
"Kemana Exian, aku perlu bicara dengan nya." Ucap Tetua Zelda.
Para Prajurit-Prajurit pun mulai saling bertatapan mereka seperti ketakutan saat ingin menceritakan perihal kematian Exian di arena tersebut.
"Kenapa kalian semuanya diam?" Tanya Tetua Zelda.
Salah seorang Prajurit pun mulai memberanikan diri nya untuk maju ke depan lalu mulai menceritakan peristiwa tentang kematian Exian tersebut, mendapat kabar kematian murid kesayangan nya tersebut raut wajah Tetua Zelda pun mulai berubah menjadi merah padam.
"Apa....... "
"Kalian membiarkan pewaris ku mati begitu saja." Ucap Tetua Zelda lalu mulai menampar kelima Prajurit-Prajurit tersebut bersamaan menggunakan tenaga dalam milik nya.
"Plak...... "
"Plak..... "
"Plak......" Suara tamparan di pipi para Prajurit-Prajurit tersebut yang membuat mereka terpental di sekitar ruangan tersebut.
"Dimana Dhieng saat ini?" Tanya Tetua Zelda.
"Dia ada di lantai tiga Ratu." Jawab Salah Satu Prajurit tersebut.
"Akan kubunuh laki-laki itu." Gumam Tetua Zelda kemudian mulai menaiki tangga menuju ke lantai tiga tersebut.
Beberapa saat kemudian Tetua Vampir Cantik itu pun tiba di depan pintu kamar Dhieng, aura kegelapan murni pun mulai menyelimuti seluruh tubuh nya.
"Brakkk........ " Suara pintu kamar yang terpental akibat tenaga dalam yang di keluarkan oleh Tetua Vampir tersebut.
Sepasang suami istri baru itu pun terkejut dengan suara tersebut kemudian mulai menoleh ke arah pintu masuk tersebut.
"Guru.... " Ucap Dhieng Vampir.
Setelah selesai menoleh ke arah Dhieng, Tetua Vampir itu pun mulai menoleh ke arah Arung dengan raut wajah yang sangat marah dan penuh dengan niat membunuh yang sangat besar.
"Jadi kau yang telah membunuh Exian, muridku." Ucap Tetua Zelda dengan nada suara yang keras.
Tubuh Arung pun mulai tertarik ke arah Tetua Zelda di saat itu juga, dengan penuh amarah Guru dari Exian tersebut mulai mencekik leher Arung.
"Ugh...... "
"Tu... Buh.... Buh.... Ku..... "
"Ti... Dak.... Bisa.... Di gerakkan." Gumam Arung yang saat ini sedang di cekik oleh Tetua Zelda.
Dhieng Vampir pun mulai beranjak ke hadapan guru nya kemudian mulai berlutut dan memohon ampunan bagi Suami baru nya tersebut.
"Guru, kumohon lepaskan Arung,"
"Kami baru saja menikah, aku tidak ingin menjadi janda untuk yang kedua kali nya." Mohon Dhieng Vampir.
"Aku sebenar nya tidak ambil pusing dengan kematian Exian, hanya saja rencanaku untuk menghabisi murid Tetua-Tetua yang berseberangan dengan Raja Vladimir,"
"Jadi kacau, aku tidak akan puas jika tidak membunuh b*jingan ini." Gumam Tetua Zelda kemudian mulai mencekik leher Arung semakin keras.
"Akh........ " Teriak nya.
Tak lama berselang Tetua Gilmore Vampir pun tiba ke dalam kamar tersebut, ia pun langsung melesatkan telapak tangan nya ke lengan Tetua Zelda yang sedang mencekik leher milik Penyelamat Hidup nya tersebut.
"Duakkk...... " Suara saat telapak tangan milik Tetua Gilmore berhasil mementalkan lengan milik Tetua Zelda.
"Kakak, apa yang kau lakukan?"
"Pemuda ini adalah muridku." Ucap Tetua Gilmore kemudian berdiri membelakangi Arung.
"Uhuk...... "
"Uhuk...... "
"Uhuk...... " Suara batuk Arung.
Dhieng Vampir pun segera menghampiri suami nya tersebut, sementara itu Tetua Zelda masih sangat marah dengan kejadian kematian Exian tersebut.
"Gilmore, laki-laki itu telah membunuh murid kesayangan ku,"
"Aku hanya ingin membalas kan dendam nya saja." Ucap Tetua Zelda sambil menunjuk ke arah Arung.
"Dia adalah murid ku, jika dia memang salah,"
"Kakak dapat menuntutnya di Mahkamah Vampir, aku tetap akan membelanya,"
"Apa pun resiko nya." Ucap Gilmore Vampir.
"Jika aku membunuh Gilmore saat ini, Kerajaan Federasi Darah Merah pasti akan menyerang Kerajaan ku,"
"Sepertinya aku harus mengalah kali ini." Gumam Tetua Zelda.
"Huh....."
"Dhieng, mulai saat ini kau bukan lagi bagian dari Kerajaan Vampir Bangsawan." Ucap Tetua Zelda lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Guru..... " Gumam Dhieng Vampir.
"Untung saja Gilmore cepat datang, jika tidak aku pasti sudah mati di tangan Tetua Iblis itu." Gumam Arung.
Setelah itu Dhieng Vampir pun mulai menceritakan seluruh kejadian yang terjadi saat itu kepada Tetua Gilmore hingga pada akhir nya dia dan Arung melangsungkan pernikahan nya tersebut dengan mengkultivasi PIL SIV bersama.
-[Di Trotoar Jalan Kota Kayu Cendana]-
Tampak Ratu Zelda saat ini sedang berjalan-jalan di trotoar tersebut sambil menghilangkan stres nya karena telah kehilangan salah satu pion nya, di belakang Ratu tersebut tampak beberapa Prajurit-Prajurit beserta beberapa Komandan-komandan nya yang sedang berjalan dengan teratur.
"Rencana dan Pedang Vampir Bangsawan ku kandas dan hilang di tengah jalan,"
"Sebaiknya aku menelpon dua murid ku yang lain nya untuk mengikuti misi mencari Goa Yin Yang Vampir tersebut,"
"Aku juga akan memberikan misi yang sama untuk membunuh murid-murid utama para Tetua yang berseberangan dengan Raja Valdmir di sana." Gumam Tetua Zelda kemudian mulai menelpon salah satu murid nya tersebut.
-[Halaman Paviliun Vampir Bangsawan, Benua Vampir Bangsawan]-
Terlihat Catur dan Meysi sedang bertarung dengan tangan kosong.
"DAP.... "
"DUP.... "
"DAP....."
"DUP..... "
"DAP..... " Suara saat tangan dan kaki-kaki mereka saling beradu.
Mereka bertanding sparing dengan lincah dan tangkas nya, tampak jika kekuatan mereka berdua hampir berimbang. Beberapa saat kemudian HP milik Catur pun mulai berdering dari dalam cincin ruang penyimpanan milik nya tersebut.
"Kring..... "
"Kring..... "
"Kring..... " Suara HP berdering.
Catur pun mulai berhenti melakukan latih tanding sparing tersebut, ia pun kemudian mulai mengeluarkan HP milik nya yang berada di dalam Cincin Ruang Penyimpanan milik nya tersebut.
___________________________________
"Mohon Like dan Vote nya agar Novel ini terus berjalan." TTD. NOVELIS JALANAN 2021.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Ara Setiawan
x
2021-03-28
2
Kusuma Junior
kapan ya..arung bertemu dg putri naga kecil
2021-01-15
3